D.G.B | 22

6.3K 499 189
                                    

"Mama!" Sehun masuk ke dalam mansion dengan berteriak memanggil mamanya. Wajahnya merah padam, menandakan bahwa pria itu sedang marah sekarang.

"Sehun? Ada apa?" Mama Sehun menuruni anak tangga dengan wajah gelisah. "Apa yang terjadi?"

"Aku ingin Mama memecat Jongin sekarang juga. Berikan dia kartu hitam agar tidak pernah diakui di mana pun dia berada dan tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan apapun."

"Sehun tenanglah! Ceritakan pelan-pelan apa yang telah terjadi. Mengapa kau menginginkan itu? Kau tahu bukan Jongin adalah orang kepercayaan Papa-mu. Dan papa-mu sudah pasti akan berpikir panjang untuk melakukan itu semua."

Sehun menjambak rambutnya dengan erangan frustasi.
"Dia bajingan, Ma. Dia berani menyentuh Luhanku. Dia harus dihukum."

Mama Sehun tersenyum.
"Sehun, kenapa kau semarah ini? Luhan bukan bagian dari keluarga Oh lagi. Dia sudah pergi dari kita. Jadi, biarkan dia berbahagia dengan yang lain."

"Apa?" Sehun tidak menyangka Mama-nya yang tadinya sangat mendambakan Luhan bisa bersatu dengannya bisa mengatakan hal semacam ini.

"Sehun, kau punya kehidupan, begitu pula Luhan. Kau bilang memilih Baekhyun, ya kalau begitu lepaskan Luhan. Biarkan dia bersama yang lain. Lagi pula kau tidak menginginkannya 'kan?"

"Aarrgghh!" Sehun berteriak keras. "Tidak! Aku tidak akan pernah mengizinkan orang lain memiliki Luhan. Dia istriku! Dia milikku!"

Mama Sehun tersenyum, dia melirik ke arah pintu utama yang terbuka, terlihat Luhan dan Jongin baru saja datang dan berjalan masuk.

"Sehun, apa yang kau katakan? Bukannya kau telah memilih Baekhyun? Bagaimana bisa kau mengatakan menginginkan Luhan?"

"Tidak, Ma. Aku dan Baekhyun sudah berakhir. Aku mencintai Luhan. Aku ingin Luhan. Aku mencintainya. Sangat mencintainya. Aku tidak akan membiarkan orang lain memilikinya, Luhan hanya milikku." Sehun berbalik hendak pergi tapi gerakannya langsung terhenti ketika melihat Luhan berdiri di ambang pintu dengan mata menyorot ketidakpercayaan.

Air mata menetes di kedua pipinya seiring berjalan mendekat ke arah Sehun.
"S-seehun-" suaranya serak, seperti tertelan dikerongkongannya.
"Aku juga mencintaimu." Luhan menubruk tubuh di depannya. Memeluknya dengan erat. Isak tangis terdengar mengiringi senyum puas Mama Sehun dan Jongin yang saling melempar tatapan penuh kemenangan.

Mendengar itu, Sehun segera membalas pelukan Luhan dan mengeratkan pelukan mereka, seiring menciumi pipi Luhan bertubi-tubi. "Kau milikku, Luhan. Milik Oh Sehun. Jangan berkata pergi lagi. Tetaplah bersamaku."

Luhan mengangguk kecil di dalam pelukan Sehun.
"Aku berjanji tidak akan pernah pergi lagi."

____

Semua menjadi lebih indah. Sehun yang berperan manis menjadi seorang suami dan Luhan menjadi sangat menggemaskan dikehamilan yang sudah memasuki bulan ke 7.

Sehun tengah melihat grafik saham dari dalam tabletnya sore itu, ketika pintu terbuka dan menampilkan sesosok istri tersayangnya yang tengah terenggah dengan keringat membanjiri tubuh sedikit gemuknya.

Sehun menyipit melihat tingkahnya.
"Apa yang kau lakukan, Sayang?"

Luhan terduduk lemas di sebelahnya sambil menunjuk ke arah kulkas di ujung sana.

"Kau tidak sedang berkelahi dengan Jongin lagi kan? Jika benar, biar aku bunuh orang itu!" Sehun hendak berdiri pergi tapi Luhan segera meraih tangannya dan menggeleng.

"Aku haus, ambilkan air!"

Sehun tersenyum, kemudian mencium tangan Luhan yang memegang tangannya.
"Tunggu sebentar, Sayangku. Suami tampanmu ini akan mengambilkan minuman untukmu."

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang