D.G.B | 10

5K 553 146
                                    



Rintik hujan masih terdengar nyaring dari luar, Luhan menatap kosong pada buku bacaannya. Bosan. Dia mendorong kursinya ke belakang. Lalu bangkit dan meraih gelas kopinya.

Secangkir kopi panas dengan kepulan samar cocok untuk situasi sekarang ini, dingin.

Luhan berjalan ke arah jendela, memandang keluar ke arah rintik yang tidak begitu deras. Lelehan air pun jatuh pada kaca di depannya, meneduhkan.

Sedikit mengangkat cangkirnya, fokusnya tertuju pada jam di dinding, pukul tiga sore.

Tok... Tok...

Ketukan pintu menarik perhatian Luhan.

Seseorang melongok dari luar dengan senyum andalannya, wajah yang tidak asing lagi.

Chanyeol.

Cowok itu berdiri di ambang pintu dengan senyum sejuta umatnya, menatap Luhan dengan tampang menggemaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cowok itu berdiri di ambang pintu dengan senyum sejuta umatnya, menatap Luhan dengan tampang menggemaskan.

"Ini weekend, Tuan putri. Jalan-jalan ke mana gitu dari pada sendirian di rumah." Omelannya yang sudah biasa Luhan dengar.

Luhan menggeleng. "Aku suka di rumah."

Chanyeol mengusak-usak rambut Luhan dengan cengiran khas mengejek.
"Sejak kapan kau suka berdiam diri di dalam rumah?"

Luhan tersenyum, jika dipikir-pikir lagi itu benar, Luhan tidak suka berdiam diri di rumah. Apalagi jika malam, dia paling takut sendirian di rumah. Namun, semenjak Sehun jarang pulang, semua itu menjadi suatu kebiasaan, dan Luhan menyukainya.

Chanyeol berjalan mendekat. Senyumnya tak pernah lepas dari wajah tampannya.
"Ck! Kau melamun lagi! Setelah menikah kau benar-benar berubah. Jangan-jangan wajahmu sebentar lagi juga akan berubah."
Mulutnya emang kurang ajar. Suka berkata blak-balakan dan spontan. Tapi dia sosok yang menyenangkan. Sikapnya yang selalu santai membuat siapapun merasa nyaman.

"Sialan!" umpat Luhan membuat Chanyeol sedikit menurunkan kadar senyumannya.

"Kau ... sejak kapan bisa mengumpat?"

Luhan menyadari itu.
Dia segera membungkam mulutnya. Sekalipun dia tidak pernah mengumpat, meski sedang dalam keadaan marah.

Chanyeol yang menyadari perubahan raut dari wajah Luhan segera meraih tangannya.
"Suamimu tidak akan pulang saat weekend bukan? Ayo, pulang ke panti asuhan! Anak-anak merindukanmu."

"Tapi bagaiamana kalau Sehun tiba-tiba pulang?"

"Tidak akan. Dari pada pulang, dia pasti lebih suka menghabiskan waktu bersama pacar Gay-nya."

"Baiklah, kalau begitu aku ambil tas-ku dulu!"

Chanyeol mengangguk, dan Luhan segera pergi mengambil tas-nya.

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang