D.G.B | 21

5.5K 538 81
                                    

Luhan berjalan mencari Jongin, ketika dia melihat seorang maid sedang menyapu, Luhan segera meminta sapu itu darinya dan kembali berkeliling mencari Jongin.

"Jongin!" Luhan memanggil saat dari jauh dia melihat pria itu sedang bersantai di halaman mansion.

Bug!

"Awwh!" Jongin langsung berteriak kesakitan dengan memegangi lengannya yang terkena pululan sapu dari Luhan.

"Kali ini kau harus mati Jongin!"

Bug!

Sontak Jongin terkejut, kemudian dia menghindar dan mencoba untuk menghentikan Luhan yang terus saja memukulkan sapu ke arahnya.

"Nona, apa yang terjadi? Kenapa kau terus memukuliku?"

"Kau menipuku! Kau benar-benar sialan!"

Jongin melindungi dirinya dengan tangannya, walaupun dia berbadan kekar tapi ini bisa membuat kepala Jongin gagar otak jika terus menerus Luhan memukulnya.

"Nona, hentikan!"

"Apa? Hah? Tadi aku bilang untuk berhenti dengan ide gilamu tapi kau tidak mendengarkan aku hah?kenapa sekarang aku harus mendengarmu?"
Luhan yang masih kesal dia terus memukulkan sapu itu, sebenarnya Luhan merasa sakit pada perutnya yang bergerak tapi Luhan tidak mempedulikannya, dia ingin membunuh Jongin kali ini.

"Arg! Ini sakit, Nona."

"Apa? Kau bilang sakit? Ini bahkan tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan padaku." Luhan masih memukulnya dengan keras , Jongin yang sudah tidak tahan lagi, langsung berlari menyelamatkan diri dan masuk ke dalam toilet samping.

Luhan yang melihat Jongin lari langsung mengejarnya tapi karena dia sedang hamil, jadi Luhan tidak bisa berlari.
"Sial kau Kim Jongin!"

Jongin menutup pintu dan menguncinya dari dalam, sedangkan Luhan, dia masih berusaha untuk berjalan dengan langkah lebar mendekati toilet.
"Buka pintunya sialan!"
Luhan berusaha untuk membuka pintu dengan mendorong dan menendangnya tapi tidak bisa, sedangkan Jongin yang ada di dalam hanya tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya, dia senang bahwa situasi sekarang sudah menjadi lebih baik.

"Baiklah! Jangan keluar sampai kau membusuk di sana, jika aku melihatmu keluar aku akan segera membunuhmu, Jongin, apa kau mendengar itu?" Luhan kesal dan menendang pintu toilet, kemudian dia berbalik.

Namun, gerakannya terhenti ketika melihat Sehun berdiri di sana dengan dahi mengerut, lalu tertawa.

Luhan yang masih emosi, segera berjalan mendekat.
"Apa yang kau tertawakan?" tanyanya dengan memajukan sapu ke arah Sehun.

Sehun yang melihat sapu itu terarah ke arahnya segera menghentikan tawanya.
"Tidak. Aku hanya tidak sengaja lewat." Sehun hendak berjalan pergi tapi Luhan segera meraih tangannya.

"Sehun."
Luhan menarik tangan itu hingga sang pria berbalik menghadap ke arahnya.
"Aku minta maaf. Aku memang orang sialan yang tiba-tiba masuk merusak hubunganmu dengan Baekhyun. Tapi aku senang dengan ini aku bisa tahu satu hal." Luhan tersenyum, menatap Sehun dalam. "Kau pria yang benar-benar setia. Bagaimana pun caranya aku memisahkanmu dengan Baekhyun, kau tetap tidak bisa meninggalkannya. Baekhyun sangat beruntung mendapat cinta dari orang sepertimu."

Sehun ingin menyanggah tapi kata-katanya tertelan dengan ucapan Luhan yang tiba-tiba terdengar bagai petir di telinganya.

"Aku akan pergi. Aku doakan kau bahagia bersama Baekhyun." Luhan mengusak sebentar rambut Sehun sebelum akhirnya berjalan pergi.

Sehun membeku beberapa saat. Tidak ada seorang pun yang berani mengusak rambutnya, Sehun paling membenci itu. Tapi entah mengapa ketika Luhan yang mengusaknya, Sehun merasa nyaman dan senang.

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang