D.G.B | 5

5K 541 65
                                    

Setelah menghentikan pendarahan di hidungnya, Luhan merebahkan tubuhnya di ranjang.

Hanya butuh sekitar 5 menit, dia sudah jatuh tertidur.

Dari ambang pintu, Sehun meliriknya, memastikan Luhan sudah tertidur, kemudian diam-diam masuk.

Dia memperbaiki selimut Luhan, dan menatap wajah Luhan sejenak.
Helaian napas panjang terhembus dari bibir tipisnya.

Ketika dia ingin mengecek suhu di dahi Luhan, ponselnya berdering.

Takut membangunkan Luhan, Sehun segera beranjak pergi dan mengangkat telfonnya.

"Lama sekali! Ada apa?" Baekhyun bersungut sebal dari seberang.

"Tidak ada apa-apa, hanya masalah kecil."

"Baiklah! Aku sudah memasakanmu makan malam. Kemarilah!"

"Hm, Baekhyun, untuk malam ini sepertinya aku tidak bisa datang."

"Kenapa?" Ada nada kecewa terdengar di sana.

"Luhan sakit."

"Oh-" terdengar helaian napas, sedikit hambar.

Baekhyun dan Sehun mematikan teleponnya bersamaan dengan hati yang tiba-tiba kosong.

___

Jam menunjukkan pukul 10 malam, ketika Sehun entah sudah berapa kali mengganti kompres di dahi Luhan.

Suhu tubuh Luhan sudah sedikit menurun.

Sehun menghela napas, melirik jam di dinding kamar, kemudian beranjak tidur di sofa.

___

Saat pagi, Luhan sedikit menyipit mendapati handuk kecil di atas dahinya, dia melirik sekitar, dan suara gemericik air dari kamar mandi membuatnya tersadar jika Sehun sedang mandi.

Dia melirik jam di dinding, kemudian beranjak dari ranjang untuk menyiapkan pakaian kantor untuk Sehun. Meskipun tidak ada cinta di antara mereka berdua, namun Luhan ingin menjadi istri yang baik.

...

Sekitar sepuluh menit berlalu, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan Sehun dengan rambut basah dan sehelai handuk melilit pinggulnya.

Luhan tersenyum,
"Sudah aku siapkan baju untukmu."

Sehun sedikit terkejut mendapati Luhan yang sudah terbangun, namun detik berikutnya dia memasang wajah datar seperti biasanya.
Tidak merespon, Sehun justru berjalan ke arah lemari dan memilih bajunya sendiri.

Luhan mendengus.
"Heh! Aku sudah menyiapkan baju untukmu," teriaknya sambil menunjuk ke arah ranjang, di mana sepasang baju lengkap dengan dasi tergeletak di sana.

Namun, Sehun pura-pura tuli. Ia hendak memakai kaos dalam saat tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh Luhan.

"Tuli ya? Aku sudah menyiapkan baju untukmu!"

Sehun menggorek telinga dengan jari kelingkingnya, sedikit sebal dengan tingkah polah sok polos Luhan.

"Aku tidak mau pakai. Jangan siapkan baju kantorku lagi!"

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang