D.G.B | 19

5.2K 518 154
                                    

"Luhan!" Chanyeol mengetuk-ngetuk pintu rumah Luhan. Tapi tidak ada yang menyahuti.

"Luhan, tolong buka pintunya!" Chanyeol mengetuk pintu rumah Luhan lagi, sementara dia menelponnya, tapi Luhan tidak mengangkat telponnya.

Chanyeol mulai khawatir, "Apa bodyguard itu menyakiti Luhan? Jangan-jangan dia bodyguard palsu!"
Chanyeol menempelkan telinganya di pintu untuk mendengarkan suara dari dalam, tapi tampaknya tidak ada suara apapun.

"Di mana dia?" Chanyeol bergumam pada dirinya sendiri. Dia berusaha untuk menghubungi ponsel Luhan lagi, sementara di dalam mobil yang melaju, Sehun mengernyit mendengar ponsel Luhan sedari tadi berdering.

Sehun mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel dari saku Luhan, kemudian senyum miring tercetak jelas di wajahnya ketika melihat nama Chanyeol tertera di sana.

"Bajingan itu, berani sekali terus-terusan menghubungi nomor istriku!" Sehun mematikan ponsel Luhan kemudian memasukan ke dalam kantong celananya.

Sementara Luhan yang duduk di samping kemudi sudah tidak sadarkan diri.

Mobil itu berbelok di perkarangan rumah.

Chanyeol segera menoleh dan matanya membelalak ketika melihat siapa orang yang berada di dalam mobil.

"Luhan?!" Dia segera berjalan mendekat dan membuka pintu mobil. Ketika melihat wajah Luhan yang mengenaskan, Chanyeol tidak bisa menahan amarahnya lagi.

"Brengsek!" Dia berjalan ke arah Sehun dan melayangkan pukulan di wajahnya. "Kau apakan Luhan?" Chanyeol menarik kerah baju Sehun dan hendak melayangkan pukulan lagi tapi tinjunya segera ditahan oleh tangan Sehun.

"Siapa kau berani sekali memukul wajahku?" Sehun meremat tinju itu sampai Chanyeol meringis, menahan sakit.
"Aku suaminya, aku berhak melakukan apapun padanya!" Dia menghempas tangan Chanyeol dan mendorong tubuh Chanyeol menjauh. "Sudah larut malam, seharusnya kau tidak bertamu di waktu seperti ini ke rumah wanita yang sudah berstatus menjadi istri orang."

"Istri?" Chanyeol tertawa. "Kau dan Luhan hanya istri di atas kertas. Jika saja Luhan tidak sedang membutuhkan uang. Dia tidak akan mungkin mau menikah dengan pria Gay sepertimu."

"Apa maksud dari perkataanmu?"

Chanyeol mendekat, senyum licik tercetak di sana.
"Kau hanya bank di mata Luhan."

"Eugh!" Suara Luhan terdengar. Dia bergerak tidak nyaman di dalam mobil dengan mata masih tertutup rapat.

Chanyeol menoleh, hendak menghampiri Luhan tapi bahunya seketika di tahan oleh tangan kekar Sehun.
"Stop mengkhawatirkannya! Aku bisa mengurusnya."

"Berhenti mengkhawatirkannya? Dia calon istriku, dan aku berhak atas segalanya tentang dia."

"Kau bermimpi terlalu banyak, Tuan Chanyeol!"

"Kau yang bermimpi terlalu banyak, Oh Sehun. Setelah bayi itu lahir, Luhan akan meninggalkanmu dan menikah denganku."

Sehun mengepal tangannya.

Chanyeol melempar senyum penuh kemenangan, kemudian berjalan menghampiri Luhan.

"Bayi itu bayimu kan? Jadi Luhan masih akan tetap menjadi istriku sampai dia melahirkan bayi dariku."

Langkah Chanyeol terhenti, dia menoleh ke arah Sehun dengan menaikan alisnya.
"Bayiku?"

"Ya, dia hamil karena kau bukan? Tidak pulang ke rumah dan pergi bersama seorang pria. Tidak mungkin dua orang berlain jenis keluar bersama semalaman tidak melakukan apapun."

"Brengsek!" Chanyeol kembali menghampiri Sehun dan memukul wajahnya, namun pukulan Chanyeol meleset karena Sehun berhasil menghindarinya.

"Sudahlah! Pulang saja! Tidak baik merusak suasana malam sepasang suami istri."

Dua Garis Biru (END-HUNHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang