Bab. 17

27.4K 2.1K 244
                                    

MALAM yang TERTUNDA (17)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MALAM yang TERTUNDA (17)

💖💖💖

"Mas, jika aku dan dia terpeleset ke dalam jurang, siapa yang akan Mas Aksa tolong duluan?"  

Sebuah pertanyaan meluncur begitu saja tanpa pikir panjang. Entahlah. Aku hanya penasaran dengan siapa yang akan ditolong lebih dulu jika aku dan mantan kekasihnya sama-sama dalam bahaya. 

Namun, pertanyaanku itu hanya menggantung tanpa jawaban. Mas Aksa bergeming menatapku dengan tatapan yang tak kumengerti. Cukup! Ini sudah menjadi jawaban pasti untukku, bahwa aku memang tak ada artinya sama sekali.

"Lupakan." Aku tersenyum getir. "Mas Aksa istirahat, ya. Cepet sembuh." Aku beranjak dari ranjang dan keluar kamar membawa mangkuk yang masih ada bubur setengahnya, sisa sarapan Mas Aksa.

Di dapur, aku menangis sejadi-jadinya. Sakit sekali rasanya. Entah sampai kapan semua ini akan berakhir. Butuh waktu berapa lama untuk Mas Aksa bisa membuka hatinya untukku?

Suara mobil Raka terdengar parkir di depan. Buru-buru aku mengusap wajah dan mata. Mencoba menghilangkan jejak air mata agar tidak menjadi pertanyaan Mama atau Raka.

Langkah kaki segera menuju pintu. Membukanya, dan tersenyum menyambut kedatangan Mama bersama Raka. 

"Kamu kenapa, Inaya?" Mama menyentuh daguku dan menatap dalam mata dan wajahku.

"Gak apa-apa kok, Ma." Aku mencoba tersenyum lebar. 

Mama menghela napas pelan, seolah tak percaya dengan yang kukatakan. Kemudian bertanya, "Di mana Mas Aksa? Masih demam?"

Aku mengangguk. "Baru selesai sarapan bubur dan minum obat."

Aku mempersilakan Mama dan Raka masuk. Entah apa yang sebenarnya terjadi, Mama mengajakku duduk di sofa untuk berbicara. Raka berdiri di samping Mama dengan tangan dilipat di dada.

"Nak, Mama mau tanya serius sama kamu." Mama memulai pembicaraan. Nada suaranya terdengar begitu serius.

"Apa, Ma?"

"Apa kamu benar sudah tau tentang wanita masa lalu Mas Aksa?" tanya Mama pelan sekali tapi mampu membuatku tercengang. 

"Jawablah yang jujur." Mama kembali berucap.

Bibirku kelu seketika, mendongak menatap Raka bertanya dengan tatapan ada apa sebenarnya, bagaimana Mama bisa tahu semuanya? Namun, Raka hanya mengangguk samar seolah meyakinkan bahwa aku harus jujur saja.

"Mama sudah tahu semuanya. Sekarang Mama cuma ingin kepastian darimu. Apa kamu juga sudah tau tentang wanita masa lalu Mas Aksa?"

Aku menunduk ketika mata mengeluarkan airnya. Mengangguk sebagai jawaban. Dan Mama langsung meraih tubuhku. Memeluk erat memberi ketenangan.

"Kenapa gak pernah cerita sama Mama?" Mama mengelus punggungku yang bergetar karena isakan.

Mama merenggangkan pelukannya. Mengusap wajahku yang basah lalu bertanya, "Apa kamu mencintai Mas Aksa?"

MALAM yang TERTUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang