Bab 7

27.2K 1.5K 72
                                    

MALAM yang TERTUNDA (7)

💖💖💖

Kedatangan tamu tak diundang secara tiba-tiba itu, rasanya menyebalkan. Bukan tiba-tiba sih, memang sudah tanggalnya. Hanya saja, membuat malam-malam tertunda lagi sampai seminggu kemudian.

Seminggu kemudian, Mas Aksa mengajak pindah lebih awal. Maka hari ini, benar-benar disibukkan dengan membawa semua barang-barang yang diperlukan. Sisanya, bisa kapan-kapan.

"Kamu beresin saja pakaian. Buku-buku ini, biar aku sendiri yang beresin," kata Mas Aksa saat aku bingung ingin membantu membereskan barang apa saja.

Pakaian Mas Aksa, tidak dibawa semua. Hanya satu koper besar. Satu kardus buku dan peralatan kerja Mas Aksa yang biasa tertata rapi di meja.

Mama dan Raka ikut membantu. Hari ini juga, rumah diadakan syukuran kecil-kecilan yang mengundang beberapa tetangga di sebelah rumah baru Mas Aksa. Memberikan bingkisan kepada para satpam yang menjaga gerbang perumahan.

Rumah ini sangat sederhana jika dibanding rumah Mama. Keseluruhan dicat putih bersih. Halaman depan, ada taman kecil yang belum ditanami bunga, sampingnya tempat parkir satu mobil. Di dalam, ada ruang tamu, satu kamar mandi, dapur, dan belakang untuk menjemur pakaian. Lantai atas, ada dua kamar ukuran sedang dengan kamar mandi dalam, lalu ada ruang yang diisi televisi dengan sofa kecil di depannya.

Sorenya, Mama dan Raka masih membantu bersih-bersih dan mengatur barang-barang yang memang sengaja dibeli Mama untuk hiasan rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorenya, Mama dan Raka masih membantu bersih-bersih dan mengatur barang-barang yang memang sengaja dibeli Mama untuk hiasan rumah. Aku dan Mas Aksa, membereskan kamar, juga menata pakaian.

Sebelum Mama pulang, beliau sempat memberikan dua bungkus akar ginseng untukku.

"Ini Mama sengaja pesan dari teman yang berlibur ke Korea. Kamu bisa seduh dengan air panas, lalu rutin diminum pas masa subur," kata Mama.

"Buat apa, Ma?" Aku bertanya bingung.

"Biar cepat hamil."

Aku terbatuk seketika.

***

Malamnya, Mas Aksa mengajakku makan di luar. Ini yang sebenarnya kurang aku suka. Naik mobil padahal jarak tujuan sangat dekat. Andai punya motor, kan lebih enak. Bisa meluk dari belakang.

Mas Aksa mengajakku makan di warung lesehan saja setelah sebelumnya bertanya, "Kamu gak apa-apa kan, Dek, kalau aku ajak makan di warung lesehan?"

"Aku malah lebih suka makan di warung lesehan, Mas, daripada restoran." Aku menjawab dengan senyum lebar. Bagaimana mungkin aku bisa tidak suka, sedangkan aku berasal dari desa.

Kami duduk berdua dan memesan nasi, bebek penyet, lele penyet, dan dua gelas teh hangat. Mas Aksa makan dengan lahapnya. Tak kusangka, meski sekarang sudah jadi orang kaya, tapi masih tetap suka dengan makanan khas Indonesia.

MALAM yang TERTUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang