MALAM yang TERTUNDA (5)
💖💖💖
Hari pertama berada di rumah mertua. Rasanya, masih belum nyaman dan terbiasa. Walaupun Mama begitu baik dan Raka yang terlihat menyenangkan. Tetap saja, butuh waktu untuk bisa adaptasi dengan suasana baru.
Bangun tidur, bingung sendiri harus melakukan apa. Kata Mas Aksa, tak perlu melakukan apa-apa. Sudah ada asisten rumah yang mengerjakan segalanya. Kalau mau, bisa bantu Mama memasak. Tapi Mama memasak hanya sore hari. Pagi, sarapan roti selai atau roti basah dan susu cokelat. Siang, biasanya tidak ada yang di rumah. Menyenangkan sekali, karena tidak perlu capek memasak, menyapu, mengepel, mencuci baju, dan pekerjaan rumah lainnya.
"Kamu mau mandi dulu atau nanti?" Mas Aksa bertanya. Ah, lagi-lagi perkara mandi. Tidak sadarkah dia bahwa semalam sudah membuatku gemetar hanya dengan ucapannya yang menawari mandi bersama?
Bagaimana bisa mandi bengkan tangan dipegang saja, sudah gemetaran. Kalau kalian bertanya siapa yang akhirnya mandi duluan? Jawabannya adalah aku. Ya, semalam aku langsung mengambil handuk dan buru-buru masuk kamar mandi meninggalkannya yang tertawa pelan. Memangnya ada yang lucu?
"Mas Aksa duluan saja gak apa-apa. Katanya pagi ini sudah kerja?"
"Tapi gak sepagi ini juga, Dek. Kalau kamu mau mandi duluan, mandi saja gak apa-apa."
Aku mengangguk dan segera mengambil handuk.
***
Menyenangkan sekali bisa duduk di ruang makan dengan meja persegi panjang dan kursi-kursi yang pastinya mahal. Bersama keluarga baru yang sama sekali tak pernah membedakan.
Mama yang lebih banyak mengajak bicara. Katanya, nanti akan diajak jalan-jalan ke butik miliknya. Kemudian belanja keperluan dan makan-makan di restoran.
"Sudah lama Mama ingin punya anak perempuan. Pasti menyenangkan bisa diajak ngobrol. Nggak seperti Aksa sama Raka. Mereka para lelaki mana mengerti tentang dunianya perempuan."
Aku tersenyum mendengar pengakuan Mama. Mas Aksa juga hanya tersenyum tipis. Raka yang justru nyeletuk tak terima. "Halah! Apa asyiknya dunia perempuan. Palingan juga ngegosip."
Aku tertawa saat Mama menjewer telinga Raka. Lucu sekali mereka. Seperti bukan anak dan Mama. Apalagi, wajah Mama yang masih terlihat muda dari usianya yang sudah menginjak 53 tahun. Bekas kecantikan waktu muda dulu masih tampak jelas, meski sedikit tertutup dengan guratan keriput.
Setelah sarapan, aku mengikuti Mas Aksa kembali masuk kamar. Melihatnya bersiap-siap untuk berangkat kerja. Hanya berdiri memerhatikan, karena tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Mas Aksa masih berdiri di depan lemari. Sepertinya bingung harus mengenakan kemeja warna apa.
Aku memberanikan diri bertanya, "Ada yang bisa kubantu, Mas?"
Mas Aksa menoleh. Tersenyum. "Mau bantu apa? Memakaikan baju untukku?"
Aku menelan ludah susah payah. Memalingkan wajah. Tersenyum canggung. Dan bingung.
Kudengar Mas Aksa tertawa pelan, sebelum kemudian memanggil dan bertanya, "Kemeja ini cocok, nggak?"
Aku mendongak. Mengangguk biasa. Tersenyum masih dalam keadaan canggung. Ingin rasanya menjawab, apa pun yang Mas Aksa kenakan, sepertinya akan cocok dan pas.
***
Ternyata, Mama memiliki butik yang terletak di salah satu mall, Jakarta Selatan. Hampir seharian aku diajak keliling dan belanja banyak barang. Diperkenalkan dengan semua karyawan di butik. Sorenya, sebelum pulang, Mama mengajak makan di restoran milik temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MALAM yang TERTUNDA
Fiksi UmumCerita tentang Inaya, gadis yang baru saja menyandang status istri dari dr. Aksa Arjuna. Romance, Drama, Komedi, Action. Baca saja selengkapnya, part satu pasti langsug jatuh cinta😘