Bab. 18

27.7K 2.2K 299
                                    

Raka Dewantara 😍😍😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raka Dewantara 😍😍😍

💖💖💖

MALAM yang TERTUNDA (18)

💖💖💖

"Ya udah pulang aja," ucap Mas Aksa akhirnya dengan helaan napas berat dan sorot mata kecewa. Kemudian menarik tanganku.

"Pulang beneran? Tapi aku pengen liat Raka main basket."

"Nanti kita main basket sendiri di kamar."

Aku menutup mulut. Mengerjabkan mata tak mengerti. Menurut saja ketika diajak pulang, dan sepanjang perjalanan aku memilih diam melihat luar dari balik kaca jendela mobil. 

Sesekali melirik Mas Aksa yang diam dan fokus mengemudi. Menghela napas pelan. Kenapa Mas Aksa tidak bisa seceria Raka? Andai saja ....

Ketika melewati jejeran restoran, tiba-tiba Mas Aksa memanggil membuyarkan lamunanku.

"Dek."

"Hm?" Aku menoleh.

"Beneran gak mau makan?"

Aku menggeleng. "Masih kenyang."

"Nanti malam mau makan apa?"

"Di rumah masih ada sayuran kok. Nanti masak seadanya saja. Mas Aksa sudah lapar, ya?"

"Belum. Ya udah nanti masak aja."

Aku mengangguk-angguk. Mobil pun kembali meluncur pelan dan Mas Aksa menatap lurus ke depan lagi. Tanpa kata hingga sampai di rumah.

***

Sekitar jam setengah lima, kami sudah sampai di rumah setelah sebelumnya mampir di masjid untuk sholat Ashar. Aku langsung menuju kamar, berganti pakaian biasa. 

Aku melirik dari balik kaca, Mas Aksa yang baru saja keluar dari kamar mandi sudah berganti pakaian santai. Kaus merah lengan pendek dan celana kain selutut. Berjalan mendekatiku yang berada di depan meja rias sedang menyisir rambut. 

Aku berdiri setelah menjepit asal rambut. "Aku masak sekarang ya, Mas?"

Mas Aksa diam dan terus berjalan mendekat hingga tanpa jarak. Aku menatap tak mengerti apalagi ketika Mas Aksa melepas jepit rambutku. 

"Lho kok malah dilepas?" 

"Kamu gak kangen sama aku apa, Dek?" Tak menghiraukan pertanyaanku, tangan Mas Aksa justru mengurai rambut panjangku. Membuang jepit rambut ke meja rias.

"Kangen? Mas Aksa kok lucu? Tiap hari kan ketemu, masa kangen." Aku menutup mulut. Terkekeh pelan.

"Kalau ketawa jangan ditutup." Mas Aksa mengambil tanganku dan menciumnya. "Aku suka lihat kamu ketawa."

Aku terdiam. Tertegun lebih tepatnya. Dada kembali berdesir dengan perasaan yang telah lama hilang. Rasa debar-debar yang dulu begitu aku suka. 

"Beritahu aku caranya membuatmu bahagia, Dek." Mas Aksa menatap sangat lekat. Tangan kanan menyentuh daguku lalu mendekatkan wajah. Membungkam bibirku yang hendak berkata.

MALAM yang TERTUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang