Cerita tentang Inaya, gadis yang baru saja menyandang status istri dari dr. Aksa Arjuna.
Romance, Drama, Komedi, Action.
Baca saja selengkapnya, part satu pasti langsug jatuh cinta😘
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wawancara Aksa Arjuna.
Selamat malam semuanya. Masih dalam keadaan sehat dan waras, kan? Hahaha. Atau masih baper sama kisah Malam yang Tertunda? Ahai. Tenang saja, semua akan terungkap nanti di versi novel. Tunggu pengumuman open PO nya, ya. Sabar!
Nah, buat ngobatin rasa kangen kalian sama tokoh-tokohnya, saya akan wawancara secara pribadi sama mereka. Dan yang pertama akan saya wawancarai adalah Mas Aksa. Uhuk!
Oke, langsung saja, ya. Duh, kok deg-degan duluan ya haha.
Saya : Mas Aksa apa kabar?
Aksa : Alhamdulillah baik. (Tersenyum ramah)
Duh senyumnya. Lumer, Mak! Pantes aja jadi rebutan.
Saya : Hm, maaf ganggu waktunya sebentar ya, Mas. Saya mau tanya-tanya sedikit. Boleh, ya?"
Aksa : Iya silakan.
Saya : Bagaimana perasaannya sekarang?
Aksa : Perasaan yang mana nih?
Saya : Tentang perasaannya sama Inaya?
Aksa : Oh. (Tertawa) Ya, begitulah.
Saya : Duh. Begitu ini bisa dijabarkan sedikit, gak?
Aksa : Ya … sayang.
Saya : Sayang banget atau sayang aja?
Aksa : Sayang banget dong.
Saya : Serius nih?
Aksa : (Tertawa) Ada pertanyaan lain?
Saya : Nah, kok saya jadi ragu, ya? Ayolah, Mas. Jawab yang jelas dulu tentang perasaannya sama Inaya. Pembaca pada penasaran juga lho.
Aksa : (Tersenyum) Ya sayang banget. Bukan hanya sebagai istri atau ibu dari anak saya nanti, tapi saya sayang sama Inaya sebagai wanita terpenting dalam hidup setelah Mama.
Saya : (Menutup mulut. Tersenyum. Tersipu. Jangan ditanya bagaimana rasanya. Lumer. Hahaha padahal bukan saya yang disayang.)
Saya : Uhum. Terus perasaannya sama Ulfa?
Aksa : (Tertawa canggung) Ada pertanyaan lain?
Saya : Oh tidak bisa. Hahaha ayo pokoknya jawab.
Aksa : (Tersenyum bingung) Hm, gimana, ya?
Saya : Nah, kan. Secara sepuluh tahun bersama. Berbagi segalanya. Rasanya gak mungkin semudah itu melupakan.
Aksa : (Mengangguk-angguk) Ya, benar.
Saya : Jadi?
Aksa : Untuk sekarang, mungkin belum bisa sepenuhnya melupakan. Tapi perlahan. Insya Allah. Apalagi dengan kesabaran Inaya.
Saya : Ada rasa penyesalan gak sih? Karena kan selama pernikahan, selalu membuat Inaya nangis. Ups maaf.
Aksa : Gak apa-apa. Santai saja. Sekalian saya bisa jelasin pada mereka yang membenci.
Saya : Hahaha ya ya bener. Banyak sekali pembaca yang mencaci Mas Aksa gara-gara masih cinta sama Ulfa.
Aksa :Saya sama Ulfa itu sebenarnya gak pernah ada ikatan pacaran. Hanya teman dekat. Pacaran saat SMA sampai semester dua. Ya, waktu Almarhum Papa meninggal. Ulfa sempat menghindar setelahnya saat tahu saya punya amanah. Tapi, dekat lagi karena saya yang belum bisa melepaskannya. Jadinya ya, kita berteman. Teman berbagi suka dan duka.
Saya : Hm, gitu.
Aksa : Dan sekarang, saya sedikit menyesal sebenarnya. Kenapa gak dari dulu tegas sama perasaan sendiri.
Saya : Nah, makanya jangan menaruh hati pada yang belum pasti. Eh!
Aksa : (Tertawa) Ya benar. Kalau bisa jangan pacaran. Hanya akan menyakiti diri sendiri kalau nanti nikahnya sama yang lain.
Saya : Jadinya, jagain jodoh orang ya, Mas?
Aksa : (Tertawa) Benar. Kasihan sama pasangan halal kita nanti, kalau hati kita masih sama masa lalu.
Saya : Jadi, apa harapan Mas Aksa sama pernikahan sama Inaya?
Aksa : Apalagi selain membuat bahagia Inaya. Apa pun akan saya lakukan untuk kebahagiaannya. Dan berharap bisa langgeng sampai maut memisahkan. Ya, seperti yang Inaya bilang. (Tersenyum malu)
Saya : Cieee! Hahaha. Memangnya, Inaya bilang apa sih, Mas, sampai bisa membuat Mas Aksa tersipu malu begini. Uhum!
Aksa : Ada lah pokoknya. Baca aja versi novelnya.
Saya : Jiahhh! Siap-siap aja ditimpuk sama Mamak Mamak berdaster karena buat penasaran.
Aksa : Gak apa-apa. Udah biasa. Lagian kalau saya samperin beneran paling malah dicubit doang. (Tertawa)
Saya : Jiah! Hahaha. Oh ya, Mas, adegan apa yang paling Mas Aksa suka di cerita Malam yang Tertunda?
Aksa : Apa, ya? (Berpikir) Saat Inaya memulai duluan.
Saya : Ahai! Mulai apa tuh? Hahaha
Aksa : Ya malam yang tertunda haha.
Saya : Okelah. Terus apa yang paling Mas Aksa suka dari Inaya?
Aksa : Saat dia tersenyum malu-malu dan kedipan lugunya itu. (Tersenyum)
Saya : Cieee! Hahahaha. Terus apa yang paling Mas Aksa gak suka dadi Inaya?
Aksa : Hm apa, ya? Oh, tidurnya haha. Gak bisa diem. Tapi sekarang mendingan sih.
Saya : Uhuk! Karena dipeluk, ya?
Aksa : Dia gak suka dipeluk lama-lama. Gak bisa gerak katanya haha.
Saya : Wah baru tahu haha. Oh ya, kan ceritanya kemarin itu Mas Aksa sempat cemburu gitu ya sama Raka?
Aksa : Apa ya? Gak tau juga sih. Cuma, agak takut aja kalau Inaya jadi lebih nyaman sama Raka.
Saya : Dih! Ternyata rata-rata cowok sama aja, ya. Egois. Hahaha.
Aksa : Ya karena sayang.
Saya : Ah! Bisa aja. Nah, kemarin kan sempet berantem sama Danniel, itu gimana sih? Sempet masuk rumah sakit juga kan?
Raka nyelonong masuk.
Raka : Lama banget sih? Giliran gue kapan?
Saya : Dih, Raka. Bisa sabar, gak? Sana keluar dulu.
Aksa : (Geleng-geleng)
Raka : Ya kelamaan banget nanya apa aja emangnya?
Saya : Ya banyak. Sana sih keluar dulu. Kamu itu terakhir.
Raka : Harus terakhir, ya?
Saya : Iya. Terakhir dan selamanya. (Menutup mulut malu)
Raka : (Mengedipkan mata) Gue suka gaya lo. (Kembali keluar)
Aksa : Masih lanjut?
Saya : Eh! Hm iya sih. Tapi kita lempar pertanyaan ke pembaca aja deh. Pertanyaan dipersilakan untuk Mas Aksa Arjuna.