22. Memory

13K 914 26
                                    

PRANG!!!

Suara pecahan kata itu terdengar sangat nyaring dirumah besar ini, kedua manusia ini sedang menatap tajam masing-masing seakan tidak ingin kalah satu sama lainnya. Si perempuan yang sudah menahan emosinya tidak bisa lagi membendung air matanya yang sedaritadi di tahannya itu. Dan si laki-laki yang emosinya jelas terpancar inipun maaih setia memasang tampang dingin nan menakutkannya.

"Sudah cukup Kim, kesabaranku sudah habis. Aku minta cerai sekarang juga!!" Ucap sang wanita yang tak lain adalah Mrs.Kim ini. Airmata semakin jatuh dari kedua matanya yang sembab itu.

"Cih, kau memintaku bercerai setelah aku bangkrut eoh ? Apa kau sudah menemukan pria kaya sekarang ?!" Ujarnya dengan sedikit bergetar, jelas raut kecewa tergambar jelas di wajah yang semakin menua itu.

"Ya! Kim-"

"Kau sama saja dengan jalang diluar sa-"

PLAK

"CUKUP !! AKU BENAR-BENAR MUAK DENGAN SIKAPMU INI KIM, TERSERAH KAU MEMANDANGKU APA TAPI YANG JELAS AKU SAMA SEKALI TIDAK SEPERTI YANG KAU PIKIRKAN. AKU PERGI!!" Sungutnya dengan itu ia berjalan berbalik arah dengan emosi yang sudah menggebu-gebu

"PERGILAH JALANG, DAN JANGAN KEMBALI LAGI! AKU SUDAH TIDAK PEDULI LAGI SEKALIPUN KAU MATI!!" Teriaknya kencang

Di dalam kamar, Jennie tengah menangis tertahan mendengar semua keributan yang hampir setiap hari ia dengar itu. Ia rindu keharminisan keluarganya dulu yang tudak oernah ada keributan sama sekali , tapi mengapa sekarang hampir setiap hari ia dengar ? Dimana kelembutan sang Ayah dan Ibunya dulu ? Kemana perginya sisi hangat mereka dulu ? Kini yang terdengar hanya suara teriakan-teriakan yang memekikkan telingan dan menyakitkan hati.

"Sudah cukup Kim, kesabaranku sudah habis. Aku minta cerai sekarang juga!!"

Jennie terkesiap saat mendengar ucapan Sang Ibu, kenapa jadi seperti ini ? Apa perceraian satu-satunya jalan keluarnya ? Apakah tidak ada cara lain lagi selain perceraian ?

Jennie benar-benar mendengar semuanya keributan antara kedua orang tuanya, ia hanya tidak bisa apa-apa. Ia memang anak yang bodoh tidak bisa membantu masalah yang menimpa keluarganya sendiri, bahkan untuk berteriak menghentikannya juga ia tak mampu. Apa yang sekarang harus ia lalukan ? Jennie terlalu takut akan teriakan dan suara pecahan kaca itu.

"CUKUP !! AKU BENAR-BENAR MUAK DENGAN SIKAPMU INI KIM, TERSERAH KAU MEMANDANGKU APA TAPI YANG JELAS AKU SAMA SEKALI TIDAK SEPERTI YANG KAU PIKIRKAN. AKU PERGI!!"

"PERGILAH JALANG, DAN JANGAN KEMBALI LAGI! AKU SUDAH TIDAK PEDULI LAGI SEKALIPUN KAU MATI!!"

Jennie hanya mematung mendengar kata terakhir yang merrka ucapkan, Ibunya benar-benar pergi ? Apakah mereka benar-benar akan bercerai ? Oh tidak ini tidak boleh terjadi, dengan ketakutan yang amat besar Jennie menghapus kasar air matanya lalu beranjak keluar kamar, Jennie menuruni anak tangga dengan tergesa.

"Daddy" Lirih Jennie saat melihat sang Ayah duduk termenung dengan amat sangat berantakan, Ayahnya mendongak melihat anak satu-satunya itu dan tersenyum kecut.

"Apa kau ingin pergi bersama jalang itu juga ? Pergilah selagi Daddy mengizinkan" Ucapnya dengan dingin, dan sontak membuat Jennie menatap Ayahnya tak percaya.

"Dad" Lirihnya dengan airmata yg membanjiri kedua pipinya.

"Bagus jika kau ingin tetap disini, mulai sekarang aku tidak mengizinkanmu menemui jalan itu" Sungutnya

"Dad, dia ibuku aku berhak-"

"Jangan kau sebut dia sebagai ibumu lagi Jennie Kim, atau kau akan tau akibatnya!" Emosinya benar-benar tidak terkendali , bahkan sekarang Ayahnya mendekati Jennie dengan tatapan mengancam. Jennie bergidik ngeri, pria dihadapannya seperti bukan Ayahnya.

Broken Heart ( JenLisa )✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang