BuCin

1.8K 100 5
                                        

Main casts: Yoo Jeongyeon
                     Kim Wooseok (X1)

***

Bugh!

Suara pukulan terdengar. Kantin riuh karena dua orang pemuda yang sama-sama terkenal di sekolah ini memukul satu sama lain.

"Wooseok! Jinhyuk! Cukup!" Salah satu guru, Lee Dongwook menerobos kerumunan. Berteriak, membuat Wooseok dan Jinhyuk menolehkan kepalanya. Mereka berdua bangkit berdiri.

"Kalian ini kenapa? Sudah besar, tapi masih saja kekanak-kanakan!" bentak Dongwook lagi.

"Wooseok duluan mukul saya, Pak." Jinhyuk menepuk-nepuk seragamnya yang sedikit kotor karena terkena debu lantai kantin. Di sudut bibirnya ada sedikit bekas luka.

"Kim Wooseok..." Dongwook menatap Wooseok tajam.

"Saya nggak terima lah Pak dipanggil Miskin. Saya kan kaya." jawab Wooseok dengan nada kesal. Membuat Dongwook ingin menjedukkan kepalanya ke dinding. Alasan macam apa itu? Mereka berantem hanya karena hal sepele seperti itu?

"Sekarang kalian berdua ikut saya!"

Selanjutnya, Wooseok berakhir di ruang Osis setelah diseret Pak Dongwook tadi. Tapi yang aneh, dia senyum-senyum gaje.

Tak lama terdengar suara langkah. Yoo Jeongyeon, sang Ketua Osis itu melangkah mendekat.

"Kau tak lelah selalu membuat ulah?" tanyanya. Wooseok hanya diam menatap perempuan cantik berambut sebahu itu.

Jeongyeon gelagapan. Ia tipe orang yang mudah salting jika ditatap terus menerus. Jeongyeon berdehem pelan, berusaha mencairkan suasana.

"Seok?"

Wooseok tak menjawab.

"Wooseok?"

Wooseok masih tak menjawab.

"Kim Wooseok?"

Wooseok tak menjawab lagi.

"Wooseokie?"

"Hm?" Wooseok akhirnya menjawab setelah Jeongyeon memanggilnya dengan panggilan itu. Kedua matanya masih menatap Jeongyeon.

Jeongyeon menghela nafas, "Kenapa kau bertengkar dengan Jinhyuk?

Wooseok tersenyum kecil, "Oh, itu niat sih, berantemnya."

"Hah?"

"Iya, niat, biar bisa ketemu kamu."

Hati Jeongyeon sedikit berdesir mendengarnya. Tapi kemudian dia menepisnya. "Seok, aku serius."

"Aku juga serius, Jeong. Kamu kenapa menjauh dari ku?" balas Wooseok.

"Kau berubah, Seok. Kau sekarang nakal. Tawuran, rokok," Jeongyeon menghela nafas kasar. Wooseok menarik nafas, "Baik. Aku akan berubah untukmu. Tapi berjanjilah untuk tidak menjauhi ku."

"Seok itu--" Ucapannya terhenti ketika Wooseok tiba-tiba berdiri, mencengkram pundaknya, memaksanya bersandar ke sandaran kursi. Jeongyeon langsung menempatkan tangannya didepan dada, menahan Wooseok yang bergerak maju.

"Apa ini karena perempuan itu, hm?" tanya Wooseok dengan nada rendah. Yang ia maksud adalah Jung Hanna, teman Jeongyeon yang menyukainya, yang membuat Jeongyeon menjauh darinya.

"Seok, ini terlalu dekat."

"Berjanjilah untuk tidak menghindariku."

"Iya, Seok! Iya!" Jeongyeon tak tahan dengan kedekatan ini. Jantungnya seperti akan meledak. Wooseok tersenyum, kembali duduk. "Mulai sekarang, Yoo Jeongyeon hanya milik Kim Wooseok seorang."

"Ya! Apa-apaan kau main klaim aja?!"

Wooseok menopang dagunya, "Jangan bohong deh, kau juga suka aku kan?"

Pipi Jeongyeon merona sekila, "Enggak!"

"Ngaku aja dasar tsundere!"

"Aku nggak tsundere Kim Wooseok!"

"Terus yang ngasih cokelat ke lokerku dulu siapa?" tanyanya membuat Jeongyeon terdiam. Wooseok tersenyum lebar, menarik kedua sisi kepala Jeongyeon, kembali mendekatkan jarak antara mereka. Nafas Wooseok berhembus menggelitik kulit Jeongyeon, perempuan itu memejamkan matanya.

Bibir Wooseok mendarat di dahi Jeongyeon, cukup lama. Penuh dengan penghayatan.

"Sekali-kali jadilah egois untuk kebahagiaan mu, Jeongie." katanya dari jarak dekat. Menatap Jeongyeon dengan mata teduhnya.

"Permisi--MATA SUCI KU!!!" teriak Jinhyuk lebay, melihat jarak Wooseok dan Jeongyeon terlalu dekat. Dia kan jadi salah paham.

"Ngerusak suasana dasar!" Wooseok balas berteriak emosi. Sementara Jinhyuk terkekeh geli. Rencana mereka pura-pura bertengkar berhasil.

Iya, perkelahian tadi hanya settingan.

"Jadi inget, Jihyo kan masih disini?" gumam Jeongyeon. Jihyo, anggota OSIS lain itu sedang membereskan berkas-berkas.

"Ku kira kau bakal lupa," Setelah gumaman Jeongyeon, Jihyo muncul dari belakang. Tiga manusia itu langsung menatapnya.

"Kau denger semua tadi?" tanya Jeongyeon. Jihyo mengangguk, "Semua." Ia menatap Wooseok, "Dasar BuCin."

"Ih, kayak situ nggak aja." balas Wooseok tak terima.

"Donghyuk sama Jennie lagi diperpustakaan bareng lho, Hyo. Si Jennie katanya minta diajarin Matematika." goda Jinhyuk. Tiga orang dengan marga Kim itu, Kim Donghyuk-Jennie-Jihyo, punya kisah yang hampir sama dengan Wooseok-Jeongyeon-Hanna. Bedanya, Jennie dan Jihyo sama-sama tak mau mengalah.

"Hyo! Mau kemana?" tanya Jeongyeon melihat Jihyo keluar ruangan membawa sebuah buku. Perempuan cantik itu menoleh, "Ngembaliin buku ke perpus." jawabnya. Keluar ruangan dengan langkah sedikit menghentak. Jeongyeon tersenyum, menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalian lihat kan? Dia juga BuCin." ucap Wooseok.

"Lhah? Berarti kau mengakui kalo kau BuCin?" tanya Jinhyuk. Wooseok tersenyum, mengangguk. "BuCin ku hanya untuk Jeongyeon seorang." jawabnya membuat Jinhyuk memasang wajah mau muntah dan pipi Jeongyeon kembali memerah.

***

Jeongyeon Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang