Main cast: Yoo Jeongyeon
Park Jinyoung
Bambam***
Park Jinyoung berjalan memasuki kafe langganannya menghabiskan waktu ditemani secangkir kopi. Pria itu melangkah ke meja pojok, ia duduk, sendirian.
Mata Jinyoung melebar ketika melihat sosok yang dirindukannya, sosok yang dengan bodohnya ia sakiti dan ia lepaskan. Mata mereka bertemu, tetapi Jinyoung tak kuat untuk tersenyum. Wanita itu pun, Yoo Jeongyeon, hanya menatapnya datar, kemudian mengalihkan pandangannya.
Jeongyeon menatapnya seolah mereka tidak saling mengenal. Jinyoung tersenyum miring, memangnya dia masih mau baik-baik denganmu setelah hatinya kau lukai? batinnya mencibir.
"Tuan?"
Jinyoung tersentak mendengar suara pelayan tersebut. "Maaf, aku pesan americano panas."
***
Jinyoung duduk di bangku tepi trotoar yang menghadap ke arah jalan raya. Ia menatap orang yang berlalu lalang, serta kendaraan-kendaraan yang lewat. Di musim gugur seperti ini, saat sore hari masih ramai. Berbeda ceritanya jika musim dingin.
"Kau brengsek!"
Jinyoung menoleh mendengar teriakan itu. Sepasang kekasih sedang bertengkar. Adegan saat ia memutuskan Jeongyeon dulu kembali terputar di pikirannya.
Jinyoung duduk disalah satu kursi di kafe tempat biasanya dia menghabiskan waktu bersama Jeongyeon. Tak lama kemudian, wanita Yoo itu datang. Tersenyum manis.
"Ada apa, Oppa?" Jeongyeon membuka pembicaraan.
"Ma-maaf, Jeong," Jinyoung tak berani menatap kedua mata indah Jeongyeon. Mata wanita itu terlihat membulat sejenak, sebelum akhirnya menormalkan kembali ekspresinya.
"Oh..." Jeongyeon tahu apa yang akan Jinyoung katakan.
"A-aku nggak bisa lanjutin hubungan kita."
"Apa karena Saeron?" Wanita itu berusaha menjaga ketenangannya.
"Maaf."
"Gwenchana. Lebih baik Oppa jujur, aku akan lebih sakit jika Oppa merahasiakannya dan memaksakan diri untuk tetap melanjutkan hubungan kita. Ini aku kembalikan," Jeongyeon selalu terlatih untuk mengalah. Dan kali ini, ia kembali mengalah. Wanita itu meletakkan sebuah cincin ke atas meja, kemudian keluar dari kafe dengan air mata menggenang.
Pada saat itu, datang seorang wanita bernama Park Saeron dalam kehidupan mereka. Disaat Jinyoung merasa hubungannya dan Jeongyeon terasa hambar.
Jeongyeon, meskipun orangnya cuek, selalu berpikiran tenang, dewasa, dan teliti. Hidupnya terstruktur. Tak pernah protes jika Jinyoung membatalkan janji kencan mereka.
Berbeda dengan Saeron yang cuek, spontan, dan terkadang kekanak-kanakan. Saeron membuat Jinyoung merasa tertantang. Dan pada Jeongyeon, Jinyoung tak merasakan itu.
Pada akhirnya Jinyoung memilih meninggalkan Jeongyeon, menganggap perasaannya telah hilang.
Dan itu, menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya.
Saeron itu bom, yang dengan cepat meledak. Kemudian hilang tanpa jejak. Katakan Jinyoung brengsek tapi ternyata ia tak mencintainya. Saeron hanya pelariannya, saat lelah dari rutinitas biasanya.
Lamunan Jinyoung berhenti, ketika netranya menangkap Jeongyeon dan Bambam keluar dari toko yang menjual perlengkapan seni disebrang jalan. Chae Bambam, Jinyoung hanya bisa tersenyum sedih melihat mereka berdua bercanda tawa dengan bahagia dan terlihat romantis. Chae Bambam, yang dulu Jinyoung tahu statusnya hanya sekedar sahabat dekat Jeongyeon sejak kecil. Dan mungkin sekarang mereka lebih dari itu.
***
Mungkin Tuhan memang ingin mempermainkan Jinyoung.
Hari ini Jinyoung kembali bertemu Jeongyeon di kafe yang sama. Ia memberanikan diri untuk menyapa wanita itu. Hubungan mereka boleh berakhir, tapi nggak berarti mereka nggak jadi teman kan?
"Jeongyeon?" sapa Jinyoung.
"Jinyoung Oppa?" Jeongyeon tersenyum canggung ketika pria itu menarik kursi dihadapannya.
"Apa kabar? Kuliah kamu gimana?"
"Baik. Baru aja selesai sidang," jawab Jeongyeon. "Oppa sendiri?"
"Baru rampung skripsi."
"Oppa sama Saeron gimana?"
"Ba-baik." Bohong. Jinyoung sudah lumayan lama mengakhiri hubungannya dengan wanita itu. "Udah punya pacar?" tanyanya.
"Udah, sahabat jadi cinta, aku sama Bambam ngalamin itu."
Ah ya, benar. Status Jeongyeon dan Bambam telah berubah.
"Se-selamat, Jeong."
"Makasih, Oppa juga langgeng sama Saeron." Jeongyeon tersenyum tulus.
"Bambam nggak ikut sama kamu, Jeong?" Jinyoung mengalihkan pembicaraan dari Saeron. Jeongyeon menggeleng, "Nggak. Dia lagi sibuk ngerjain tugas. Ini aku beliin coklat milkshake sama cake kesukaannya. Buat penyemangat. Tumben dia rajin." ujarnya kemudian sedikit terkekeh. Jinyoung ikut tertawa pelan, ia hanya berharap tawa palsunya tak terlihat terlalu dibuat-buat.
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawakan pesanan Jeongyeon. Wanita itu tersenyum ramah pada sang pelayan, kemudian menyodorkan beberaps lembar uang.
"Pesanan ku udah jadi, aku duluan, Oppa. Lain kali kita ngobrol lagi." Wanits itu keluar dari kafe. Sepeninggalan Jeongyeon, Jinyoung terdiam. Ia tak bisa menyalahkan siapapun. Ia yang meninggalkan Jeongyeon. Ia yang menyakiti Jeongyeon. Dan sekarang Jeongyeon telah bahagia bersama Bambam, sosok yang selalu bersama Jeongyeon disaat suka dan duka sejak kecil.
"Jinyoung..."
Jinyoung menoleh mendengar seseorang memanggilnya. Itu Jackson, salah satu sahabat karibnya. Sahabat yang beberapa kali mencegah Jinyoung untuk tidak melepaskan Jeongyeon.
"Menyesal? Makanya, pikir-pikir dulu kalo mau buat keputusan! Penyesalan itu dibelakang! Kalo didepan sih, namanya pendaftaran." Pria itu mencibir, kemudian keluar dari kafe. Ini memang karma yang harus dialami Jinyoung karena menyakiti wanita sebaik Jeongyeon.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/189256474-288-k885931.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeongyeon Short Story
FanficHanya beberapa cerita pendek bertokoh Yoo Jeongyeon TWICE.