03 : I Won't Stop

698 47 6
                                    

"Henry, aku tahu kalau kau diam-diam suka dengan Keya, kan?"

Di apartemennya, Henry sekarang sedang berbaring di atas ranjang, seraya menatapi langit-langit kamarnya yang terdapat tempelan bintang, dimana bintang-bintang itu nantinya akan menyala di dalam kegelapan. Pertanyaan dari Renesmee masih tergiang-ngiang di pikirannya. Menyukai gadis seperti Keya?

Laki-laki itu—Henry Giodindra, berpikir, bahwasanya dia sama sekali, tak punya alasan untuk menyukai Keya. Baginya Keya hanyalah seorang sahabat juga dianggapnya sebagai adik kecil karena tubuh kecilnya itu. Mereka pun dari negara yang sama dan Keya menjadi tempat dimana selama dia di Ceko, laki-laki itu bisa dengan bebas mengatakan bahasa dari negara asalnya, sesederhana itu.

Bahkan tak pernah sekali pun Henry berpikir, jika dia menyukai Keya. Itu, pasti hanya Renesmee dengan pemikirannya jauh yang di luar batas. Semua sudah tahu kalau pikiran Renesmee merupakan pemikiran terliar diantara yang lainnya.

Tanpa sadar Henry berdecak serta menggelengkan kepalanya. Sedikit laki-laki itu menertawakan pertanyaan Renesmee tadi yang rasanya tak mungkin.

"Gak aneh kalau Renesmee mikir kayak begitu..."

***

Dengan semangat, Keya yang memiliki tinggi badan dibawah rata-rata kini tengah menentengi tas jinjing berisi belanja bulanannya di tangan kanan-kirinya—yang tentunya lumayan banyak, mengingat ini belanja bulanan. Meski semua yang melihatnya tak akan peduli dan acuh, tapi mereka tetap melihat serta heran dengan bagaimana Keya yang memiliki tubuh mungil bisa membawa belanjaan sebanyak, serta sepenuh itu. Mereka heran sekaligus kagum meski tak ada niat membantu.

Keya sendiri sudah terbiasa. Terbiasa membawa belanjaan banyak dan dia, juga terbiasa dilihati oleh orang-orang. Biarlah. Memangnya perempuan pendek—kecil dan mungil sepertinya tidak memiliki tenaga dan lemah?

Supermarket tempat ia selalu belanja bulanan, kebetulan letaknya itu tidak jauh dari gedung tua flatnya. Alhasil dia selalu berjalan kaki tak perlu naik trem.

Ketika sadar sebentar lagi dia akan sampai ke gedung tua flatnya, gadis itu tanpa sadar tersenyum sumringah. Tadi dia membeli mie pedas khas Korea, merek Tamyang. Itu salah satu mie favoritnya selain Nusanmie. Dan Keya, sudah sangat-sangat tidak sabar ingin memakan mie instan itu dan jus jeruk yang tadi dibelinya.

Bagi Keya, makan mie sambil minum jus jeruk ditemani anime dari laptop kesayangannya merupakan salah satu hal paling membahagiakan dalam hidupnya. Waktu memanjakan diri yang terasa menyenangkan baginya dan sebagian orang.

Senyum Keya pudar saat di depan meja lobi, tidak ada Edward, yang kalau di waktu-waktu siang seperti sekarang, biasanya akan berjaga di depan. Keya baru ingat jika siang hari tidak ada di meja lobi, berarti Edward ada di ruangannya, pria tua hampir kepala enam itu pasti menikmati diri dengan tidur siang.

Gadis itu memilih naik tangga, menuju ke kamarnya. Bahkan, gadis itu tak merasa lelah atau merasa berat membawa belanjaannya dari tangga ke lantai dua.

Keya menaruh tas jinjingnya di depan pintu kamarnya. Tadinya, Keya niat mengambil kunci dari tas selempangnya untuk masuk dan melanjutkan bayangan-bayangan kesehariannya, saat memanjakan dirinya itu.

Namun gadis itu kembali penasaran dengan tetangga barunya.

Spontan Keya berbalik dan menatap pintu ruangan di depannya yang Keya tahu, pasti itu ruangan dimana tetangga barunya huni. Obsidian khas asia miliknya kini menyipit efek penasaran berlebih dengan tetangga barunya.

Mengabaikan niat, buru-buru masuk, Keya akhirnya berjalan mendekati ke pintu ruangan tetangga barunya itu. Tunggu dia tidak salah kan, penasaran dengan bagaimana tetangga barunya? Terlebih, sebagai penghuni lama gedung flat ini, dia harus menyapa, menyambut dan memperkenalkan diri pada tetangganya.

Wake Up and Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang