Ada sesuatu dalam diri Alvin yang tiba-tiba tergerak ketika dia dengar jika Keya bilang, ia tak punya satu orang pun teman yang bisa bisa menemaninya buat tampil pada malam ini. Gadis yang, lumayan cantik dan manis, pendek selayaknya bocah, sedikit Alvin berpikir bisa saja gadis ini diculik karena jalan sendirian. Oke ini memang Cekoslovakia, ini luar negeri. Tapi, siapa tahu juga, kan?
Pemikiran konyol. Alvin tiba-tiba, teringat Irene, anak umur delapan tahun didalam ceritanya yang berjudul The Sixth of Umbraviolet yang diculiki bayangan untuk dijadikan tumbal. Konyolnya, dia berpikir Keya akan seperti Irene.
Maka di sinilah dia, berjalan disebelah, gadis mungil itu. Baik dia, ataupun Keya, tidak ada yang berbicara sama sekali. Tapi lucunya, suasana diantara kedua manusia itu tidak ada yang canggung. Alvin tahu arah ini. Arah yang sama ketika, mereka berdua ke Karluv Most malam itu. Mungkin Keya akan tampil di sana.
Namun Keya tiba-tiba berhenti, membuat Alvin pun, melakukan hal sama.
"Kenapa lo berhenti? Kita mau, ke Jembatan Charles, kan?" tanyanya agak heran. Sesekali Alvin melihat ke sekitar mengingat mereka kini berhenti di tengah trotoar, takutnya menghalangi pengguna jalan yang lain. "Keya, kenapa kita—"
"Aku berubah pikiran," potong Keya, cepat. Gadis itu juga melihat ke kiri-kanan, sadar jika mereka ada di tengah-tengah. Buru-buru, Keya menariki sebelah tangannya Alvin, membawai laki-laki itu ke pinggiran supaya tidak mengahalangi jalan orang lain yang akan melintas. "Aku gak akan tampil di Jembatan Charles."
Alvin terperangah, lantaran terkejut. "Terus, lo mau tampil di mana?"
Keya menggigit bibirnya lantaran, dia bingung. Selama empat tahun ada di Praha, Keya ikut tampil karena ada Kei, Rei dan Audy dan mereka memang selalu tampil di kota tua, kalau tidak, pasti di Jembatan Charles. Selain itu tak ada lagi.
Malam ini dia sendirian. Kota tua dan Jembatan Charles selalu ada banyak orang dan tentunya, Keya tidak sepercaya diri itu untuk tampil sendirian.
"Mungkin, aku bakal tampilnya di stasiun kereta bawah tanah..."
"Apa?" sela Alvin karena tak percaya. "Seriusan lo mau tampil di sana? Di sana, memangnya boleh?" Karena setahunya, beberapa tidak semua memberi izin.
Ada beberapa terminal seperti, bandara, terminal bus, MRT atau, stasiun di luar negeri, yang melarang keras seseorang untuk mengamen. Keya yang barusan, mengatakan akan mengamen di sana, jadi membuat Alvin sangsi. Ngeri juga nanti jika melihat gadis itu digrebeg petugas karena mengamen di tempat umum.
Gadis itu tersenyum tipis, seakan tahu apa yang Alvin pikirkan. "Bolehlah, kamu gak perlu khawatir. Kita boleh ngamen di sana, asal jangan buat gaduh."
Laki-laki itu mangut-mangut saja karena sepertinya Keya tahu mengamen, bukan hal yang dilarang, terutama, di stasiun kereta bawah tanah di Praha. Sedikit menyelusup rasa lega dalam benaknya karena itu tandanya, nanti saat Keya tampil tak akan ada drama petugas keamanan kereta yang menggerebek gadis itu.
"Ya udah. Tunjukin jalannya, karena gue gak tau arahnya ke mana..."
***
Metro Praha alias stasiun kereta bawah tanah, pada malam hari ini tak bisa dikatakan sepi atau juga ramai, biasa saja. Beberapa orang ada yang tengah makan seraya bercengkrama dengan teman, keluarga atau pasangannya. Terlihat ada juga beberapa backapacker yang sedang tidur, mungkin untuk menghemat energi serta, ada juga mereka yang asyik berkutat dengan laptop atau ponselnya.
"Lo jadinya, mau tampil di mana?" tanya Alvin mengingat mereka tak ada berhenti dan masih terus berjalan entah mau kemana. "Mau sampe ujung stasiun?" tanya Alvin sedikit menyindir, karena Keya ternyata sama sepertinya yang sedang melihat ke sekitar. Alvin melihat ke sekitar karena dia baru kali pertama ke sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up and Life [END]
RomanceCERITA INI SUDAH SELESAI KECUALI EXTRA CHAPTER [RIFAI SERIES - III] I sinned. Just stay away and dont be close Setiap orang, berhak mendapatkan kesempatan kedua, memperbaiki kesalahan dan juga kata maaf. Setiap orang berhak mendapatkannya termasuk...