Perkataan Keya barusan membuat Alvin mundur selangkah karena terkejut tak menyangka. Laki-laki itu terhenyak. Laki-laki itu menyadari kalau dirinya saat ini, bahkan semenjak dinyatakan bersalah dan menjadi tahanan pun, merasa, kalau dirinya tak pantes untuk segala hal yang ingin dia dapati, ingin dia miliki.
Keya membuang nafasnya kasar, masih berusaha untuk menahan tangis. Ia tidak peduli bagaimana perasaan Jones padanya sekarang. Persetan jika Jones jadi semakin membencinya, atau benar-benar menganggapnya tidak ada—Keya, sudah benar-benar tidak peduli. Hanya saja ia merasa menyesal, kalau dirinya tidak terus terang pada laki-laki itu sekarang, tentang apa yang dipikirkannya.
"Kita manusia dan setiap manusia butuh manusia yang lain buat bertahan." Gadis itu mendesah pelan. "Aku liat kamu sendirian. Meski kata Kakek Edward... kamu waktu pertama kali datang ke sini sama orangtua kamu. Karena kamu di sini sendirian, apa salahnya kalau kita berteman? Denger. Manusia, memang nantinya, bakalan berakhir mati sendirian. Maka dari itu kenapa selagi hidup kamu gak mau punya seenggaknya, satu teman dan habiskan waktu kamu sama orang lain?"
Tak sanggup, Alvin kini membuang muka. "Pergi..." gumamnya pelan.
Dengan tegas, Keya menggeleng. "Nggak, perlu kamu tau aku nggak akan pergi sampai aku bisa nyadarin kamu dengan pemikiran kamu yang kelewat salah. Kamu perlu bangun. Kamu butuh orang lain buat ingetin kamu, nyadari kamu..."
Lidah Alvin kelu. Laki-laki itu tak tahu harus dengan cara apa lagi agar dia benar-benar bisa mengeluarkan Keya dari flatnya. Karena nyatanya sekarang laki-laki itu merasa pikirn dan fokusnya terbelah. Antara mengusir Keya dari sini, serta memikirkan ucapan gadis itu yang sangat benar di logikanya namun masih terus ia tolak mentah-mentah dengan alasan yang sama—lo masih gak pantes dengan itu.
"Aku nggak tau, apa yang buat kamu, jadi se-tertutup ini sama orang lain." Keya tersenyum tipis. "Aku tau susah buat kamu cerita dan terbuka tapi disini aku pengin liatin ke kamu kalau berteman gak seburuk itu. Kamu yang minta bantuan, bukan berarti kamu lemah dan payah. Kamu yang sendirian, belum tentu juga bisa buat semuanya jadi baik-baik aja. Kamu yang terus nutupin diri kamu—"
"Keya bisa lo, pergi?" pinta Alvin dengan suara lemah. Sekarang, dadanya sudah nyeri dan sesak sekali. Terlebih kilatan masa lalu buruknyadan kelam, lagi-lagi kembali muncul dalam benaknya tanpa izin. Alvin tak menyukai ini. Dan kini berkat perkataan Keya, semuanya terulang begitu saja seperti kaset rusak.
"Gak akan bisa sampai kapan pun untuk buat kamu bangkit." Alih-alih dia menuruti permintaan Alvin, gadis itu malah, menyambungkan maksud ucapannya, yang sempat terpotong oleh Alvin. "Kamu harus bangun. Kamu harus mau keluar, dari cangkang pikiran kamu yang semakin lama bakalan terus bikin kamu ngerasa kamu rendah, kamu gak pantes, kamu terbelakang, kamu hina..."
Ucapan Keya kali ini tidak selesai karena gadis itu melihat Jones yang kini jatuh terduduk begitu saja dengan kepala tertunduk. Melihatnya gadis itu terkesiap karena cukup terkejut sampai tiba-tiba dia mendengar suara isakan di ruangan ini.
"Jones..." panggil Keya pelan. Dia sadar betul kalau Jones sekarang pasti... tengah menangis. Pikiran tentang yang menangis adalah hantu kunti memang ada sempat hadir dalam benaknya. Namun bagi Keya, terlalu konyol kunti harus pergi, sejauh itu dari Indonesia menuju Ceko. Tidak kali ini, dia akan serius.
Masih sedikit tak percaya, Keya memutuskan untuk mendekat ke Jones. Ia bisa mendengar suara isakan itu semakin jelas. Gadis itu ikut terduduk di hadapan Jones guna benar-benar memastikan kalau Jones memang tengah menangis.
"Aku, minta maaf," gumam Keya pelan. "Aku gak bermaksud untuk..."
Alvin kali ini, benar-benar meluapkan sesaknya. Ia tak sanggup lagi, untuk menahan semuanya. Menahan rasa sakitnya, menahan air matanya, menahan luka, menahan perasaan bersalah yang terus mengejarnya, menahan masa lalunya. Baru kali pertama dirinya menangis di depan orang lain dan sayangnya itu Keya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up and Life [END]
RomanceCERITA INI SUDAH SELESAI KECUALI EXTRA CHAPTER [RIFAI SERIES - III] I sinned. Just stay away and dont be close Setiap orang, berhak mendapatkan kesempatan kedua, memperbaiki kesalahan dan juga kata maaf. Setiap orang berhak mendapatkannya termasuk...