05 - Let Me

583 46 11
                                    

Kantong kertas berisi belanjaan Alvin sudah jatuh ke lantai dan isinya, kini berceceran di lantai. Beruntung, Alvin tak membeli makanan basah, atau makanan dan minuman yang wadahnya dari benda pecah. Tubuh laki-laki itu membeku dan dia merasa bulu kuduknya kini meremang tatkala ia mendengar suara cempreng—yang lagi-lagi berbicara bahasa alien, yang tadi pagi dan siang didengarnya.

Sebenarnya, Keya baru saja keluar. Di malam hari begini, niatnya dia akan memainkan biola di Jembatan Charles, ikutan mengamen, bersama musisi jalanan, yang berada di sana. Musim panas adalah ketika langit di malam hari terlihat amat cerah. Meski sudah malam, nyatanya Praha tidak pernah sepi oleh pelancong yang akan menikmati malam mereka, terutama di Jembatan Charles—ikonnya Praha.

Tapi siapa sangka jika dia baru saja menutup pintu, dibalik gelapnya lantai dua, koridor yang membatasi ruangan mereka, ia melihat sosok tetangga barunya.

Nyatanya Edward benar. Laki-laki itu serba hitam serta membawa kantong kertas berisi belanjaannya. Keya yakin pasti tetangganya belanja di toserba 24 jam yang letaknya memang lumayan dekat dengan gedung tua flat mereka.

Melihat si tetangga barunya hanya diam, Keya jadi urung untuk membantu mengambil belanjaan yang berceceran milik si tetangga barunya. Ingin sekali juga dia menepuk bahu laki-laki itu dan bertanya kenapa hanya diam seperti itu...

"Can you speak, english?" tanya Alvin pelan. Dalam sepinya malam, juga situasi diantara mereka, Keya bisa mendengari laki-laki itu mendesah pelan. Suatu hal yang tak Keya sangka akhirnya laki-laki itu berjongkok untuk memunguti satu persatu belanjaannya yang berceran dan memasukkannya ke kantong kertas.

Keya sempat terpekur. Namun pada akhirnya, dia ikut membantui tetangga barunya untuk memunguti belanjaannya. "Yes, I can..." Setelah selesai memungut belanjaan laki-laki itu, Keya berdiri dan bersamaan dengan itu pula, tetangga baru itu juga berdiri, masih dengan posisi belum berbalik—aneh.

"Thank you," ucap Alvin seraya membungkuk sekilas, masih dengan laki-laki itu yang belum berbalik. Melihatnya, Keya mengerutkan dahi bingung. Makin aneh pemikirannya mengenai laki-laki yang menjadi tetangga barunya ini.

Sementara Alvin, dari semenjak si gadis pendek serta cempreng ini sedang memergokinya tadi, sejak di detik itu pula laki-laki itu terkejut dan merasa bahwa dirinya kecolongan. Sebisa mungkin Alvin tak berbalik, tak membiarkan gadis itu melihatnya dari depan. Cukup, hanya sebatas sampai di sini. Jangan sampai, gadis itu mengenalnya dan dekat dengannya—laki-laki itu tak mau cari masalah.

Buru-buru Alvin membuka kunci ruangannya. Keya yang melihati itu, jadi makin menyipitkan matanya heran. "If You don't mind, can I know, where do you, from?" tanya Keya agak kikuk. Tetangganya barusan bilang untuk bicara didalam Bahasa Inggris berarti otomatis, laki-laki itu mungkin bukan orang Ceko.

Pertanyaan itu, membuat Alvin sedikit gusar. "You don't need to know..."

"Why?" tanya Keya kelewat cepat, sangat cepat bahkan. Ketika ia melihat tetangga barunya akan masuk ke ruangannya, buru-buru Keya memegangi sebelah tangan Alvin yang tak memegang belanjaan, membuat laki-laki itu membeku. Dia tak menyangka jika gadis cempreng ini akan memegang tangannya.

Baru kali pertama ada seseorang yang memegangi tangannya seerat ini...

Keya berdeham saat dirasanya tenggorokannya kering. "My name is Keya. I'm your neighbour. I'm last semester in Charles University, from Indonesia..."

Dibalik kacamata minus yang dikenakannya, mata sipit Alvin membulat—tepat saat gadis cempreng yang katanya bernama Keya ini ternyata dari Indonesia. Tanpa sadar tangannya yang memegang kantong belanjaan kini mengerat. Negara, yang bahkan saat ini sedang dia hindari, setengah mati. Karena masa lalunya.

Wake Up and Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang