Duduk dibalik meja belajar Alvin kini tengah membuka laptopnya. Sekitar satu jam lalu ada pesan dari mamanya yang bilang kalau dirinya sudah diterima di Cyber University dengan prodi Manajemen. Pesan dari mamanya menjadi sesuatu hal yang paling membahagiakan baginya, ketika dia baru saja bangun pagi.
Alvin membuka email dan link kampusnya. Senyum laki-laki itu terpatri—saat melihat ia menerima email dari kampusnya dan ketika membuka link kampus Alvin melihat, namanya memang sudah terdata di sana, di prodinya. Dia senang.
Setelah kejadian kelam akibat kesalahan fatalnya dulu, tentunya, Alvin tak punya pilihan lain oleh pihak kampus untuk dikeluarkan. Dan sekarang, dia cukup senang karena Cyber University masih mau menerimanya serta menyembunyikan, identitasnya dengan baik. Setidaknya masih ada kampus yang mau menerimanya.
Di email-nya, sudah ada jadwal pengumpulan tugas, materi serta tugas apa yang harus dikerjakan minggu ini sesuai mata kuliahnya. Alvin senang karena dia, sudah lama juga tidak belajar. Terakhir mungkin hampir lima tahun lalu.
"Jones!"
Mendengar teriakan itu, Alvin hampir saja terjungkal karena terkejut. Baru saja, Alvin hendak membaca materi kuliahnya. Laki-laki itu menoleh, ke pintu flat dimana dibaliknya, sudah Alvin yakini pasti gadis yang tadi malam melihatnya, si pendek mungil gadis bernama Keya yang suaranya super cempreng.
Di luar sana, karena tak mendapatkan tanggapan, Keya pun akhirnya mulai berani untuk mengetukkan pintu kamar Jones, tetangga barunya. "Jones, kamu itu, udah bangun atau masih tidur? Mau sarapan bareng di depan? Ada toko roti lho."
Diam-diam Alvin membuang nafas kasar seraya memejamkan matanya. Ia sungguh sudah tak tahan lagi. Lima hari pertamanya saat di sini, benar-benar sepi, sunyi, tenang dan tanpa usikan. Di detik berikutnya, dia baru sadar, kalau saat kali pertama dia datang ke sini, pasti Keya sedang tidak ada di flatnya.
Kembali terdengar suara ketukan pintu. "Jones! Ayo sarapan di depan, ya? Kita makan roti sama kopi frappe. Roti sama kopinya enak banget! Pasti kamu itu belum nyobain! Kamu bakalan nyesel kalau kamu gak nyoba, Jones!"
Ada beberapa hal yang mengusik Alvin selain teriakan serta gedoran Keya di pintu kamarnya. Saat menyebut nama samarannya, Keya mengatakan Jones itu, bukan Jons atau Jhons melainkan Jones—The real, Jones dengan pengejaannya Jo dan Nes, percis saat kamu mengucapkan singkatan Jomblo Ngenes. Untungnya ini Ceko dimana tidak akan ada orang yang tau singkatan Jones itu apa.
Khawatir Keya akan mengundang penghuni flat lain akibat teriakannya itu yang bisa dibilang cetar, Alvin tak punya pilihan lain. Dia memakai kacamatanya, memakai masker hitam dan topi baseball untuk menutupi rambutnya. Kemarin dia sesudah belanja, tak ganti baju lagi sehingga dia masih memakai jeans hitam, serta hoodie hitam di tubuhnya. Kesal sekali dengan Keya yang mengusiknya terus.
Ketika pintu di depannya terbuka, Keya terkesiap lantaran tak menyangka. Namun di detik berikutnya, dia mundur selangkah, karena Jones masih berpakaian sama seperti kemarin, serba hitam terlebih wajahnya ditutupi masker.
"Ngapain lo manggil-manggil sama ngetuk pintu kamar gue? Berisik."
Keya gelalagapan. Tanpa sadar dia mengusap tengkuknya canggung. "Aku di sini, mau ajakin kamu sarapan bareng aja, kok." Dua hal yang ada di pikirannya sekarang adalah, Jones ternyata memang orang Indonesia dan Jones ternyata sinis dan pedas sekali padanya, padahal mereka adalah tetangga flat di gedung tua ini.
Alvin memasukkan tangannya ke saku hoodie. "Lo liat kemaren kalau gue, habis belanja. Gue masih punya makanan dan lo gak perlu repot-repot ngajak gue, busat sekedar sarapan bareng. Gak usah manggil dan ngetuk kamar gue kek tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up and Life [END]
RomanceCERITA INI SUDAH SELESAI KECUALI EXTRA CHAPTER [RIFAI SERIES - III] I sinned. Just stay away and dont be close Setiap orang, berhak mendapatkan kesempatan kedua, memperbaiki kesalahan dan juga kata maaf. Setiap orang berhak mendapatkannya termasuk...