13 - Bounce Back

415 33 14
                                    

I told you kalau WUAL sweet momennya bakalan banyak banget, jadi hati-hati.





Padahal tadinya Alvin akan mengatakan, kalau Keya tidak perlu lagi untuk sekedar repot-repot memasak untuknya dan mereka makan malam bersama seperti tadi lagi—sebelum Keya memotongi ucapannya yang ternyata mengajaknya pergi jalan-jalan ke luar. Alvin sedikit percaya jika Keya mengajaknya pergi.

Keya memainkan jari-jarinya sebagai pengalihan dari rasa gugup yang kini tengah melandanya. Sudah terjebur, sudah basah, rasanya tidak bisa bagi gadis itu, untuk mengelak dan menarik kembali ucapannya. Ibaratnya itik yang sudah basah kuyup karena terjebur, tidak bisa dalam sekejap kembali lagi menjadi kering.

"I-iya, pergi ke luar, jalan-jalan, buat nikmatin, night life di Praha..." Gadis itu menjawab pertanyaan Alvin barusan, dengan rasa gugup yang luar biasa. "Ada di Praha beberapa hari ini, belum pernah buat kamu keluar, kan?"

Alvin membuang mukanya. "Gue gak mau keluar kecuali buat belanja dan itu pun, ketika gue sadar kalau bahan makanan gue habis."

"Kenapa?" tanya Keya heran. "Karena kamu gak tau Praha dan kamu pikir kamu bakalan tersesat gitu, makanya kamu gak mau jalan-jalan?"

"Bukan," jawab Alvin kelewat cepat. "Untuk masalah kesesat, gue gak ada di jaman purba kali. Ada Maps atau Gugel, yang bisa jadi petunjuk arah gue."

"Lalu?" Gadis itu masih tak mau menyerah, efek sudah terlanjur maka dari itu dia juga harus membuat Alvin setuju dan membawa laki-laki itu pergi. "Empat tahun aku di sini, aku bisa nemenin kamu jalan-jalan tanpa Meps atau Gugel."

Laki-laki itu berdecak. "Gue mau belajar sama ngerjain tugas gue—"

"Tunggu-tunggu," potong Keya buru-buru, sampai Alvin mendelik karena, lagi dan lagi ucapannya dipotong oleh gadis itu. "Kamu belajar dan ngerjain tugas berarti itu kamu, kamu lagi kuliah?" tanyanya antusias. "Kalau iya kamu kuliah di mana, Vin? Kenapa kamu gak bilang dari awal kalau kamu kuliah karena aku—"

"Lo gak perlu tau dan gue juga, gak mau tau." Alvin memotongi perkataan Keya dengan nada datarnya dan sedikit dingin, namun dia sendiri, tak menjadikan, perkataan Alvin sebagai ucapan yang menyakiti hatinya. "Gue mau balik..."

Sebelum Alvin benar-benar masuk ke flatnya, buru-buru Keya mencegah.

"Tapi," ucap Keya seraya kedua tangannya, memegangi sebelah tangannya Alvin hingga si empunya tangan kini memelototkan matanya yang sipit itu karena, ia cukup terkejut Keya kini memegang tangannya. "Inget saat kamu bilang ke aku, kalau kamu mau cerita tentang kamu yang ternyata penulis itu?"

Pertanyaan Keya membuat Alvin yang tadinya mau menghentakkan kedua tangan Keya yang masih memegangnya, jadi teurungkan. Laki-laki itu tentu masih ingat jika dia nanti akan cerita ke Keya perihal dirinya yang penulis itu. Dia dalam hati kini tengah merutuki mulutnya. Agak menyesal dia jadi orang yang terbuka...

"Jujur, sebagai teman sama tetangga kamu, aku pengin kita saling terbuka, saling cerita dan kalau bisa gak ada perasaan canggung lagi. Kamu bisa butuh aku dan aku juga bisa butuh kamu. Dan aku pikir dengan jalan bareng lebih bagus."

Alvin berdeham pelan. "Jadi lo ngajak gue makan malem bareng karena lo pengin gue cerita, tentang seluk-beluk gue yang jadi penulis, gitu?"

Mendengarnya, Keya terperangah. Gadis itu buru-buru melepaskan, kedua tangannya yang tadi memegan sebelah tangan Alvin lalu mundur selangkah. Agak tak percaya jika makan malam mereka barusan, Alvin anggap begitu.

Meski memang dia penasaran. Tapi ucapannya Alvin barusan terkesan jika dia mengajak makan malam, sebagai bentuk sogokan agar Alvin mau cerita...

Keya mendesah pelan. "Bukan," sahutnya pelan. "Memang ada yang salah tentang makan malam bareng tetangga? Aku tau kalau kamu itu tipikal orang yang harus diulurin tangan lebih dulu bukan yang ngulurin tangan. Kamu juga di dalam kategori orang yang pasif makanya lawan bicara kamu harus aktif, kelihatan."

Wake Up and Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang