Semoga 16 chapter lagi bisa tamat ya. Aku mohon, kalian baca part ini secara dalam dan pikirin setiap apa yang Alvin bilang supaya kalian ngerti gimana Alvin yang sebenarnya.
Niat Keya yang tadinya akan menggoda Alvin dengan memanggil laki-laki itu dengan sebutan kakak langsung buyar, karena pertanyaan tiba-tiba yang keluar, dari bibir laki-laki itu. Bisa dia rasakan sendiri, jika senyum di wajahnya jadi agak sedikit berubah, otot bibirnya seketika langsung merasa kaku. Keya tercenung.
Sementara di dalam hati, Alvin merutuki bibirnya, yang kelewat cepat buat bicara sesuai, dengan apa yang ada di pikirannya saat itu juga. Kadang kala, Alvin merutuki perkataan dan tindakannya yang gegabah tanpa dipikirkan secara matang seperti contohnya kesalahan fatalnya dulu lima tahun lalu dan juga sekarang.
Bodoh. Kenapa bisa-bisanya dia langsung ceplos bicara begitu? Alvin tahu jika Keya pasti mendengar perkataannya barusan dengan jelas karena terlihat, dari gadis itu yang ekspresinya sedikit berubah dan terlebih, for cupcake, kafe ini sepi, tak ada pelanggan lain yang di dalam ruangan selain mereka berdua.
Menyugar rambut ke belakang, Alvin berdeham sebelum menjawab. "Sori, pertanyaan yang tadi tiba-tiba keluar dari mulut gue, lupain aja soalnya—"
"Aku tau kamu dalam arti?" potong Keya gamang. Karena baru menyadari tatapannya tak fokus, Keya menggeleng pelan. Gadis itu menatap Alvin serius dan ingin tahu apa maksudnya. "Maksud dari aku yang gak tau kamu itu, kenapa?"
Alvin memejamkan matanya sejenak. Dia tahu, kalau dia pasti sudah tidak punya pilihan lain selain tetap melanjutkan, untuk menjelaskan. Tak lagi ada jalan untuknya mundur. Rasanya Alvin seperti terus dipaksa untuk maju dan lanjut.
"Lo tau kan, nama gue, Alvinandra Eza Rifai?" tanya Alvin skeptis. Alvin, menarik nafas sejenak dan dimulai dari detik ini dia merasa sakit. "Mungkin kalau lo liat di web, gue masih jadi perbincangan hangat meski gak, separah dulu."
Keya masih belum bisa menangkap apa yang Alvin maksud. "Maksud dari kamu yang bilang di web perbincangan hangat... itu apa?" Keya mengerutkan dahi karena sungguh dia masih bingung. "Maksudnya, kamu pernah diberitain di media karena kamu publik figur atau artis?" tanya gadis itu dengan nada menebak.
"Bukan..." gumam Alvin seraya menggeleng. "Memang, lo beneran nggak tau, siapa Rifai dan sedikit aja tentang nama itu?" tanya Alvin super datar.
"Nggak," jawab Keya dengan polosnya tak lupa sebuah gelengan. "Serius, aku sama sekali gak tau Rifai siapa. Aku udah empat tahun di Praha dan aku sejak saat itu jarang buka kabar tentang gosip panas di Indonesia. Kamu tau sendiri kan, aku ini sebelum ke Praha, cuman anak panti yang harus rajin belajar, supaya nanti, bisa dapet nilai bagus dan ranking satu sampai akhirnya aku dapet beasiwa ke sini. Aku gak ada waktu buat ngegosip karena waktu aku buat belajar dan bantu bunda buat ngurusin adik-adik panti aku yang masih pada kecil-kecil..."
Selanjutnya, gadis itu tercenung. Di hadapannya, Alvin kini tampak tengah melamun, terlihat dari tatapannya yang kosong. Pertanyaan Alvin yang tiba-tiba—terlebih menanyakan apa ia tahu laki-laki itu, sangat aneh. Bohong kalau gadis itu, bilang jika sekarang dia jadi tak penasaran. Penasarannya justru jadi menyeruak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wake Up and Life [END]
RomanceCERITA INI SUDAH SELESAI KECUALI EXTRA CHAPTER [RIFAI SERIES - III] I sinned. Just stay away and dont be close Setiap orang, berhak mendapatkan kesempatan kedua, memperbaiki kesalahan dan juga kata maaf. Setiap orang berhak mendapatkannya termasuk...