35 - In Case You Don't Live Forever

371 40 33
                                    

Tolong komen yang banyak biar aku semangat.

Jangan kaget ya, baca chapter ini.

Kayaknya akhi bulan Januari aku bisa namatin WUAL deh.

Jadi akhir Februari Escape meluncur.









Tidak, Keya tidak bisa terus berdiam diri dan menangis begini jika ia tidak ingin Alvin pergi begitu saja. Alvin kemungkinan akan menjauh juga yang jelas—pasti membencinya dan keduanya memang bukan hal yang Keya sukai namun, dia tidak bisa bebuat apa-apa untuk mengembalikan apa yang sudah hancur karenanya sendiri. Terlebih mengembalikan kepercayaan dan pandangan Alvin padaya.

"Vin, please jangan pergi," gumam Keya seraya bangkit. Gadis itu berdiri, keluar dari kamarnya untuk mengetuk pintu kamarAlvin yang ternyata tertutup.

Di tengah malam serta lorong lantai dua yang sepi, gadis itu kini menangis tergugu di depan pintu kamar Alvin, mengetuk lemah pintu kamar itu sebab sadar diri ini sudah malam juga dia tidak mau mengganggu tidur penghuni kamar, lantai bawah khusunya karena di sana ada Edward. Dia tidak mau menarik atensi juga.

"Alvin, can you hear me, inside?" tanya Keyra lemah, tapi dia harap Alvin dapat mendengar ucapannya di dalam sana. "Aku bener-bener minta maaf. Maafin aku yang lancang, kurang ajar, gak sopan juga jahat sama kamu di saat maksudku, sebenarnya bukan begini. Aku gak pengin kita berakhir kayak begini, Vin."

Sementara di dalam kamarnya, Alvin sendiri sedang duduk tepat berada di belakang pintu, bersandar dan memejamkan mata untuk mengusir emosinya. Keya yang bicara di luar sana, Alvin dapat mendengarnya dengan baik. Perasaannya tak tentu arah sekarang. Emosi yang berada dalam dirinya tak terdefinisikan. Satu sisi, Alvin merasa marah karena kelancangan gadis itu dan bagaimana bisa, Keyra juga membohonginya dan membuatnya seakan-akan menjadi orang bodoh.

Kembali teringat dalam benaknya awal pertemuan mereka. Bagaimana dia, dibukai maskernya oleh Keya, Keya yang mengajak ke dunia luar Praha yang bisa membuatnya terpana, Keya yang memberikan pandangan baru akan dunia dan dia, juga memberikan pandangan padanya tentang cinta. Keya yang memberikan suatu pandangan akan hidup, Keya yang memberi dekapan saat dia tidak baik-baik saja.

Puncak di mana Alvin merasa bodoh adalah, saat dia menceritakan kepada Keya semuanya tentang dirinya, di Kafe malam itu. Menceritakan dia siapa, cerita tentang Rifai itu apa, membuka luka lama dan perasaan bersalahnya waktu itu.

Tidak mudah sebenarnya sulit baginya jika memang tanpa Keya untuk bisa seperti itu. Tapi kenyataan yang baru diketahuinya jika ternyata bahkan jauh lebih tahu dirinya dari itu di saat dengan bodohnya Alvin bercerita membuatnya—Shiit! Alvin benar-benar merasa sakit karena, siapa di sini yang selalu merasa baik-baik, meski dia dobohongi? Tidak ada. Alvin pikir tidak ada yang suka dibohongi.

"Alvin aku minta maaf. Tolong jangan pergi..." gumam Keya masih ada di balik pintu. Laki-laki itu yang memejamkan mata, perlahan membuka matanya, di saat ia sadar akan satu hal yang paling krusial. Keya sudah tahu dirinya, lebih dari yang dia tahu sendiri, kan? Gadis itu, katanya tadi sudah lama mengenalnya kan?

Wake Up and Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang