Kesepuluh

2.3K 321 124
                                    

Namun Lisa tercekat saat sebuah tangan membelai surai panjangnya dan membuatnya semakin gugup saat merasa sebuah hembusan teratur berada di sekitaran lehernya.

"Apa kau sudah lelah berlari Lis?"

Lisa kini menahan nafasnya saat sebuah tangan kini menyisiri poninya dari belakang.

Tentu saja Lisa mengenalinya! Itu adalah sisir miliknya, yang ia berikan pada Xiumin minggu yang lalu.

"Kau benar Lis, sisir ini benar benar ajaib. Kau selalu muncul saat aku menyebut namamu sembari memegang sisir ajaib ini" Sambung pria itu lagi yang belum beranjak dari posisinya.

"Dan sekarang katakan padaku, kenapa kau selalu mengawasiku dari jauh?"

Lisa membalikkan tubuhnya dan refleks mundur karena jarak Xiumin yang hanya beberapa senti darinya "A--anniyo oppa. Itu mungkin hanya perasaanmu saja"

Xiumin mengangguk kecil "Mungkin hanya perasaanku saja kau mengawasiku di supermarket, mungkin hanya perasaanku saja kau mengawasiku di cafetaria dan mungkin hanya perasaanku saja kau mengawasiku saat kami sedang latihan tadi?"

"Wah ternyata perasaanku terlalu banyak salah menduga" Sambung Xiumin lagi terkekeh pelan.

Lisa refleks menggeleng cepat sembari membungkukkan tubuhnya "Anniyo oppa! Maafkan aku! Aku tidak pernah berniat jelek padamu! Aku--aku hanya tanpa sadar memperhatikanmu" Jujur Lisa.

Xiumin menarik dagu Lisa agar gadis itu tak lagi menunduk dan mau menatapnya. Ia menatap Lisa sendu yang membuat Lisa sedikit tersentak karena tentu saja ini adalah pertama kalinya pria itu memberikan tatapan berbeda padanya.

"Lisa, lihatlah aku. Aku---tidak pernah menuduhmu memiliki niat jahat padaku. Aku hanya bertanya, kenapa kau terus mengawasiku. Hanya itu" Jelas Xiumin pelan.

"Maafkan aku oppa! Mianhe!" Seru Lisa cepat yang kembali membungkukkan tubuhnya.

Xiumin memijit pelan pelipisnya, akhirnya gadis itu kembali. Sama seperti saat mereka pertama kali bertemu, gadis itu kembali membungkuk berulang kali sembari mengucapkan kata maaf yang tak putus putus.

Sebenarnya apa yang salah dengan gadis ini?

Atau apa yang salah dengan dirinya yang membuat Lisa seakan akan sangat takut padanya sehingga membuatnya berpuluh kali mengucap kata maaf padanya. Padahal jika ia tak salah mengingat, dari awal hingga sekarang dia hanya bertanya mengapa Lisa selalu mengawasinya bukan menuduh gadis itu macam macam dengannya.

"Lisa!"

Lisa dan Xiumin bersamaan menoleh pada pria yang kini mengintrupsi pembicaraan mereka. Menatap seorang pria jangkung yang kini menatap mereka bergantian.

"Hyung? Lisa? Kenapa kalian berada di lorong sepi ini?"

Xiumin yang tersadar refleks menggeleng cepat diikuti oleh gelengan Lisa yang semakin membuat pria bermarga Park di depan mereka mengeryitkan dahinya.

"Ah, hyung! Bisakah aku meminta bantuanmu? Apa kau bisa mengantar Lisa dan Rose balik ke dorm mereka? Kaki Rose sedang cidera dan aku tidak mungkin lepas tangan membiarkan mereka pulang sendiri apalagi Rose tadi sempat bilang kalau manager mereka sedang berhalangan untuk menjemput"

Lisa mengeryitkan dahinya, mungkin ia bisa paham tentang kekhawatiran Chanyeol karena merasa bersalah pada Chaeng. Tetapi soal menjemput dan meminta bantuan Xiumin, apa itu tidak terlalu mengada ngada?

Siapa yang ada di balik semua ini?

"Apa tidak bisa oppa saja yang mengantarkan kami?" Ucap Lisa yang mulai bernegoisasi.

Stalker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang