keduapuluh enam

1.2K 188 61
                                    

Namun Lisa yang tadi mulai terhibur karena Sohee mendadak membeku saat nyonya Kim kembali mendekati mereka, menatap sang putri hingga akhirnya terhenti pada Lisa yang tengah menatapnya gusar.

"Lis, kau bisa ikut denganku sebentar?"

"Ah, kau disini saja, gwenchana" ucap Lisa cepat saat menyadari Sohee yang akan bangkit dari duduknya.

"Tapi eon..." ucapan Sohee terhenti saat Lisa kembali mengisyaratkan Sohee untuk tinggal sebelum ia menghilang bersama nyonya Kim.

"Ah, jadi eomma---ah! maksud ku nyonya Kim! apa yang harus aku lakukan?" ucap Lisa mengembangkan senyuman lebarnya saat nyonya Kim membawanya ke taman belakang.

Alih-alih menjawab, nyonya Kim malah melemparkan pandangannya pada tanaman hijau di depan mereka, yang malah membuat Lisa menunggu dalam cemas "Seperti yang kau lihat, aku hanya memiliki dua orang anak dan seperti yang kau tahu juga, Min seok adalah anak tertua di keluarga ini..." nyonya Kim menghentikan kalimatnya dan kembali menoleh pada Lisa yang berada persis di depannya.

"Menurutmu apa arti dari pernikahan?"

Lisa menggigit bibir bawah nya, ia tahu cepat atau lambat pertanyaan seperti itu pasti akan muncul, namun tentu saja ia tak menyangka pertanyaan itu akan datang secepat ini. Dia bahkan sama sekali tak menyiapkan jawaban apapun untuk pertanyaan besar seperti itu.

Bukannya Lisa tak serius, hanya saja---memang sampai sekarang ia masih tak benar-benar memahami arti dari pernikahan. Ah! tentu saja Lisa sangat paham pernikahan, hanya saja---jika yang di maksud adalah penilaian dan arti sesungguhnya dalam pernikahan, ia masih tak benar benar paham.

"Apa menurutmu jika seseorang saling mencintai atau bahkan hanya mencintai sepihak lalu harus berujung dengan pernikahan? hmm? bagaimana pendapat mu?" cecar nyonya Kim lagi karena Lisa yang masih belum bisa menjawab pertanyaan nya.

"Bukankah---memang seperti itu?" jawab Lisa sangat pelan namun tentu saja terdengar sangat jelas oleh nyonya Kim yang kini menyunggingkan senyum simpulnya.

Nyonya Kim mengalihkan pandangannya pada Lisa, mengamati Lisa sangat dalam yang bahkan membuat Lisa sedikit gusar karena tak bisa mengartikan tatapan wanita berumur itu.

"Kau---masih tak benar-benar mengerti apa arti pernikahan Lis" nyonya Kim mengangguk kecil "Maaf---aku tak bisa mengizinkan hubungan kalian melangkah lebih jauh"

Pernyataan singkat dari nyonya Kim berhasil membuat Lisa mengangakan mulutnya. Mengapa nyonya Kim memilih kalimat kejam itu dari banyaknya kalimat yang biasa seorang eomma katakan pada calon menantunya.

Meskipun Lisa sebenarnya juga masih tak terlalu yakin dengan pernikahan buru-buru yang di sampaikan Xiumin tadi, tetapi bukan berarti ia tak mau menikah dengan pria itu.

Tentu saja menikah dengan seorang pria yang di cintai adalah impian semua wanita. Begitupun halnya dengan Lisa, namun bukankah semuanya terasa mustahil dan sia sia saat nyonya Kim mengatakan ultimatumnya tadi.

Lisa yang masih terdiam kini tertawa sumbang, menatap hamparan hijau taman belakang rumah keluarga Kim. Tentu saja tawa tak percaya Lisa tersebut mengundang perhatian dari nyonya Kim yang kini menatapnya.

"Apa ini juga ada hubungan karena asal ku? Karena aku yang berbeda? Karena aku asing?" Tanya Lisa ragu namun akhirnya merasa sedikit terluka karena tak mendapat bantahan apapun dari wanita itu.

"Kau tidak ingin menjawab ku nyonya Kim?" Lisa kembali tertawa getir saat masih tak mendapat respon apapun, kecuali keheningan dan semilir angin yang memecah keheningan mereka.

Lisa mengangguk paham "Jadi seperti itu. Apapun yang aku katakan tidak lagi penting karena aku adalah orang asing" Lisa berdecih pelan "Aku tidak tahu bahwa perbedaan adalah sebuah aib"

Stalker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang