Ketigabelas

1.5K 212 29
                                    

"Yak Lalis, ada apa dengan ekspresimu itu? hmm? Apa kau baru kalah taruhan dengan Mino oppa? Atau kau sedang mendalami ekspresi para preman di dalam drama itu?" Tanya Jisoo asal.

Gadis yang diajak bicara itu hanya merotasikan maniknya malas dan semakin menekuk wajahnya sembari kembali memfokuskan dirinya pada layar di depannya,p meskipun ia sama sekali tak menangkap isi dari drama itu.

Tentu saja kegiatannya sekarang hanya sebagai kamuflase dari suasana hatinya. Ya, Lisa sedang kesal!

Gadis itu bahkan sudah uring uringan dari semalam yang membuat Jennie sedikit takut berbicara padanya karena Lisa yang akan langsung menskakmat setiap perkataan Jennie yang terkenal sangat pedas.

"Apa kau sedang bertengkar dengan Xiumin oppa?"

Lisa yang tadi mencoba serius menonton drama kini menoleh pada Jisoo dengan wajah kesalnya "Aku bahkan tak mengenal nama itu. Jadi, jangan coba coba menyebutnya lagi eonni" Ucap Lisa datar dan kembali mengalihkan pandangannya membuat Jennie dan Jisoo berpandangan.

"Kau--benar benar sedang bertengkar dengan Xiumin oppa Lis?" Celetuk Chaeng yang kini lebih terfokus pada ekspresi Lisa daripada drama yang ia idamkan.

Lisa tertawa sumbang, menatap Chaeng seakan ingin memakannya hidup hidup "Bertengkar? Dengan Xiumin sunbaenim? Cih yang benar saja! Aku tidak mengenalnya, dia hanya senior yang hanya kujumpai saat acara awards, tidak lebih"

Lisa mendecih pelan "Bertengkar dengannya? Yang benar saja. Berbicara denganku saja ia tidak mau. Dan lagi wanita? Cih siapa wanita itu" Gumam Lisa sangat pelan sebelum akhirnya bergerak meninggalkann ketiga eonni yang masih terbengong menatapnya.

Gadis berponi itu merotasikan maniknya saat mendengar langkah mendekat kearahnya. Sebenarnya tadi ia juga sudah menebak salah satu eonninya pasti akan menemuinya karena ti gkahnya yang benar benar kelewatan tadi. Seperti sekarang, Chaeng yang sudah berada di sisi ranjang gadis berponi itu.

"Aku tidak apa apa Chaeng dan tak ada yang ingin aku sampaikan" Terang Lisa bahkan sebelum gadis bermarga Park itu berbicara.

"Tapi kau terlihat tak baik baik saja Lis. Kau yakin tidak ingin berbicara apapun denganku?" Tanya Chaeng khawatir.

Ya sebenarnya ketiga eonninya itu memang tengah mengkhawatirkan adik bungsu mereka. Bukan tanpa alasan, Lisa si gadis periang yang selalu menyebarkan virus bahagia mendadak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan dua hal. Gadis itu bisa benar benar hanya diam atau bisa menjadi sangat marah dan uring uringan yang tentu saja berimbas langsung pada ketiga eonninya.

"Gwenchana Chaeng. aku baik baik saja"
.
.
.
.
.
Lisa yang lebih memilih tidur meskipun malam belum terlalu larut itu akhirnya terbangun saat beberapa panggilan masuk ke ponselnya.

Gadis itu mengerjapkan maniknya berkali kali dengan tangan kanan yang mencoba meraih ponsel dari nakasnya.

Lisa merapatkan tubuhnya pada bantal yang sudah ia sandarkan pada sandaran ranjangnya "Siapa yang menelepon terus menerus di malam seperti ini?" Guman gadis itu serak.

Gadis itu sedikit kesal, tidur nyamannya harus terganggu dengan suara panggilan telepon. Tentu saja bukan hanya sebuah panggilan sehingga ia bisa terbangun. Namun beberapa kali panggilan yang terus berdering karena ia tak kunjung mengangkatnya.

"Annyeong" Ucap Lisa pelan sembari berusaha membuka manik bulatnya yang masih ingin menutup.

Tiga sampai empat menit Lisa berbicara, namun tak ada yang meresponnya. Gadis itu kembali membuka matanya, ingin rasanya ia memaki seseorang di seberang sana. Bagaimana bisa orang tersebut tak menjawab setelah ia membangunkan Lisa dari tidurnya.

Stalker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang