04

1.8K 58 3
                                    

Tiga puluh hari sudah Johan dan Okky meneror dua cewek yang selalu di anggap kembar padahal keduanya tidak mirip sama sekali. Sudah tujuh belas kali Johan dan Okky mendatangi mereka, tapi tujuh belas kali juga, mereka gagal.

Kegagalan mereka membuat Angkasa murka. Dia marah hingga membuat Johan dan Okky harus di larikan kerumah sakit, karena Angkasa tak segan-segan menyiksa anak buahnya jika gagal melakukan tugas sampai membuat batas kesabaran Angkasa habis.

"Urus pendaftaran saya di SMA NASA. Masukin saya ke 11 HD. Bayar mahal, Bila perlu. Supaya saya bisa masuk ke sana"

"Baik Tuan Angkasa"

Angkasa baru saja menyuruh orang kepercayaannya yang akan mengantikan Johan dan Okky selama menjalani perawatan. Sudah dapat dipastikan dua orang pecundang itu akan lama di rumah sakit, karena, harusnya Angkasa menghabisi nyawa mereka berdua, mengingat pertemanan sedari belia, terlebih mereka selalu bersama sedari dulu. Maka Angkasa akan berfikir dua kali untuk melakukan itu.

Saat ini Angkasa sedang berada di ruang kerjanya yang ada di Jaya Company. Istriahat selama satu bulan membuatnya bosan dan ingin kembali beraktivitas. Angkasa juga sudah menghabisi nyawa orang-orang yang telah berani mencelakainya. Ternyata Mr.Koi dari I company yang telah mencelakainya. Mereka pernah bersaing untuk mendapatkan lahan bahan baku yang ada di antero Kalimantan.

Mr.Koi saat ini berada di bawah tekanan Angkasa. Karena Angkasa masih memiliki hati untuk membuat bajingan itu tetap hidup demi Devita --anak Mr.Koi yang masih 12 tahun-- dengan syarat merawat dan menjaga anaknya dengan baik. Jika saja bukan karena gadis kecil itu yang menangis dan memohon kepadanya saat hendak menyeret Mr.Koi ke dalam mobil, Angkasa tak akan luluh. Sebagai jaminanya Angkasa meminta agar I company berada di bawahnya, membantu Jaya Company untuk maju dan melawan pesaing lain.

***

Wahh... ternyata anda melayani kalangan bawah juga. Mmm... apa setelah anda terbebas dari saya, anda menjadi kalangan bawah juga ?!"

Pagi ini Angkasa sengaja berangkat pagi-pagi sekali hanya untuk menyempatkan diri berkeliling sekolah barunya. Dia mencari tempat-tempat yang memberikan peluang untuk melakukan sesuatu yang selalu menjadi kebiasaanya. Lalu... apa yang baru saja Angkasa lihat ?. Seorang teman sekolahnya, yang dapat di pastikan anak kelas 10, baru saja mengambil barang yang amat di kenali Angksa dalam jumlah banyak. Anak itu menyembunyikannya di dalam sebuah wadah rokok. Benar-benar penerus bangsa yang... ahh sudahlah. Lupakan saja. Angkasa menunggu anak itu pergi terlebih dahulu, barulah dia menemui penghianat rendahan itu. Angkasa juga tak bodoh untuk membuat penyamarannya di ketahui banyak orang.

"Tu... tuan Angkasa"

Angkasa mencebik "masih ingat panggilan itu, ternayata" Angkasa terkekeh, entah apa yang membuatnya terkekeh. Tapi melihat penghianat itu ketakutan, hati Angkasa menjadi senang "lucu sekali, Tuan Pynton. Oppss... apa perlu saya memanggil Anda pak bon ?"

"Apa yang Tuan Angkasa lihat ?"

"Apa perlu saya menjawab pertaan anda ?" Kata Angkasa tersenyum sinis. Dia suka jika ada orang yang merasa tertindas karenanya. "Cukup basa-basinya. Lebih baik gue pergi dari tempat sampah dan kumuh seperti ini" lanjut Angkasa dengan senyum remeh. Tapi saat Angkasa hendak pergi, langkahnya terinterupsi oleh...

"Saya pegang kartu Tuan, dan tuan pegang kartu saya. Berati kita impas. Kalau Tuan membongkar kartu saya, saya juga akan membongkar kartu tuan"

"Lo ngancem gue ?" Angkasa terkekeh, lalu kekehan itu berubah menjadi sebuah tawa. Tawa yang amat sangat menakutkan. "Kalau gue mau. Gue bisa cabut nyawa lo sekarang juga" tangan Angkasa mengambil sebuah benda kecil mirip jungkas. Bukan mirip. Memang jungkas. Tapi, jungkas itu bisa berubah menjadi pisau tajam ketika sebuah tombol rahasia di tekan.

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang