16

591 25 3
                                    

Happy readers



Terima kasih, silahkan datang kembali"

Wanita berhijab yang kini memakai kaca mata hitam dan jaket kulit hitam mengangguk ramah. Wanita itu segera keluar saat melihat cowok yang datang bersamanya sudah memasuki mobil dengan tidak peduli. "Dito, ayo"

Cowok berusia sekitar dua belas itu mangut, meraih tangan Aisyah yang sudah mengulur. Dito juga sudah memakai pakaian layaknya anak orang kayak. Setelah pakaian dari astas sampai bawahnya kalau di totoal mencapai dua puluh lima juta. Sangat mahal bukan ?. Pasalnya Angkasa sengaja memilih butik mahal yang ada di pusat kota.

Angkasa berdehem, melepas kaca matanya yang kemudian merunduk. Baru tiga detik, cowok itu menyembulkan sedikit kepala "Aisyah !. Ayo, !"

Aisyah yang baru meraih tangan Dito mendongak "iya... iya... sabar" gerutu wanita berhijab itu. "Kita mau kemana ?" Tanya Aisyah saat sudah duduk di samping Angkasa. Kali ini cowok itu mengemudi sendiri.

Angkasa melirik Dito dari kaca sepion depan, kemudian melihat ke Aisyah lagi "jalan-jalan. Study tour ?. Edukasi untuk Dito. Tahun depan dia udah masuk sekolah, kan ?"

"Hn ?" Aisyah menyerngit. Bagaimana tidak ?. Seorang Angkasa Jaya peduli dengan orang lain adalah hal yang paling mustahil untuk di dengar, apalagi di lakukan. "Kok tumben ?"

Angkasa melengos, tak menyahut banyak. Cowok itu segera menghidupkan mesin yang kemudian menginjak gas.







Fikiran Aisyah berkecambuk. Ia tahu kalau Angkasa bukan orang yang baik dan tidak akan memberi tanpa meminta balasan. Wanita itu menoleh pada Dito yang ada di belakang, kemudian menengguk ludah saat melihat Angkasa yang sedang fokus menyetir.

Dalam hati berdoa, semoga Angkasa tidak merencanalan hal buruk untuk Dito atau dirinya sendiri.

"Kamu kenapa ?"

"Hah ?"

Aisyah mengerjab, sedikit terlonjak saking kagetnya. Wanita itu mengelus dadanya, "Saya lagi baik. Saya tidak akan menyakiti kalian asal kalian nurut" ujar Angkasa sekan tahu kekawatiran Aisyah.

Aisyah berdehem. Menoleh ke jalanan dengan hati yang masih bergemuruh. Antara ingin percaya dan tidak ingin percaya. Pasalnya ini Angkasa Kaya. Si Mafia kejam. Jika di usik, nyawa melayang.



***



Angkasa menepi, cowok itu menarik rem tangan lalu mematikan mesin. Angkasa menoleh ke belakang. Dito sedang melihat sekitar dengan pandangan lurus ke luar jendela. Dito ingin beralih ke kaca sebelah, tapi matanya tertangkap oleh pandangan Angkasa. Dengan takut Dito menunduk. Walau majikannya tidak pernah kasar atau jahat, tapi tetap saja, aura Angkasa sangat kuat.

Angkasa berdehem "nanti kamu panggil saya papah dan Aisyah, mamah. Mengerti ?"

Dito bergumam mengiyakan sambil mengangguk samar.

"Kita turun. Belajar di luar ruangan." Ujar Angkasa cuek, lalu segera turun.

Dito melihat Angkasa yang keluar sambil memakai kaca mata. Terlihat keren dan menawan. Apalagi bibir Angkasa yang tersenyum miring samar. Semakin membuat cowok itu penuh karisma.

Dito bernafas legah, menyembulkan diri di bangku samping Aisyah. "Ada banyak polisi. Kenapa kita disini, nyah ?" Tanya Dito yang sedari tadi melihat banyak polisi berkeliaran. "Tuan Angkasa lagi ada masalah ?"

Aisyah menggeleng. Hendak menyahut tapi suara Angkasa sudah mengelegar menginteruksi untuk keluar. Wanita itu segera keluar bersama Dito.
"Kita belajar. Ini kan pabrik" ujar Aisyah saat baru akan menutup pintu.







ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang