25

555 25 1
                                    

"Mplhhh"

"M-mmplhhh"





Tadi saat menjelang pergantian jam, dua murid rusuh 11 HD mendapat tugas dari Mrs.Kiki untuk membawa buku-buku tugas ke ruangannya.

Harusnya setelah menyelesaikan perintah, mereka langsung ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Tapi malah berakhir di belakang gedung.

Mars yang merasa kebahisan nafas, mendorong dada bidang Angkasa untuk melepas tautan "udah" kata Mars lalu mengelap bibirnya yang basah.




Saat akan kembali ke kelas, Mars berdance asal di sepanjang koridor, tangan dan kakinya bergerak mengikut irama dari suara tenggorokan. Saat di belokan, Angkasa menariknya paksa lalu mengurungnya di tembak.

Tentu saja Mars menolak karena masih diarea sekolah. Tapi tidak kepedulian Angkasa membuat Mars mengalah.

Ah, sebenarnya itu bukan sifat Mars. Cewek tomboy itu sangat keras kepala. Tapi entah pesona apa yang dikeluarkan Angkasa sampai Mars luluh.








Angkasa menarik satu ujung bibir tipis kemudian lidahnya terjulur mengelap bibirnya yang basah bekas air liur Mars. Cowok itu menatap Mars penuh kasih. Lengannya terangkat untuk menghapus bulir keringat tipis di dahi kekasihnya.


Setelah mendorong Angkasa agar berjarak dengan dirinya, Mars merauk oksigen sebanyak mungkin. Angkasa kalau sudah kumat membuat Mars seperti orang mati. Tidak bisa bernafas dengan kaki lemas karena detak jantung yang tak beraturan.

Mars membuang muka, nafasnya masih tersenggal. Cewek itu membiarkan punggung tangan Angkasa mengelap keringat tipisnya. Mata Mars menerawang jauh ke arah benteng belakang sekolah yang tinggi.

Tadi pagi ada nomor yang tidak dikenal mengiriminya pesan yang isinya menyuruh Mars untuk menjauhi Angkasa karena cowok itu bukan cowok baik.

Saat Mars menghubungi nomor itu, nomor itu sudah tidak aktif. Sepertinya orang itu memang sengaja membeli nomor hanya untuk mengirim pesan yang tidak penting.

Pasalnya, Mars memang sudah mengetahui siapa Angkasa. Si big boss gembong narkoba.

Lalu ?






Mars mengerjab tersadar saat merasa sensai itu datang lagi. Cewek itu membulatkan mata. Entah sejak kapan Angkasa menekan bibirnya lagi. "Mpplhhh le...lepas" Mars memukul pundak Angkasa. "Ang.. mplhh ud.... awkhh... udah !" Angkasa tak mengindahkan peringatan Mars, cowok itu malah mencekal kedua tangan Mars.

Angkasa menarik satu ujung bibir saat Mars mulai tenang. Cowok itu menaruh tangan Mars didadanya.

Setidaknya untuk lima menit, karena selanjutnya...








"HE ASTAGA. ANJING. JANGAN DISITU. GUE JADI PENGEN"






Mars yang kaget ingin menoleh tapi telapak tangan lebar Angkasa segera menutupi wajah mereka berdua lalu menarik Mars untuk kabur.

Mereka lari kearah semak-semak dekat benteng belakang sekolah. Masih dengan tangan Angkasa menutupi wajah mereka berdua.

Saat tidak ada jalan lagi, alias jalan sudah buntu, Angkasa menghentikan langkahnya begitupun dengan Mars. Cowok itu mengecek sekeliling lalu menurunkan telapak tangan.

Nafas Angkasa terengah, bahkan sampai membungkuk memegang lutut. Cowok itu jadi kaget saat Mars memukul pundaknya

"tu kan. Elo sih ah" kesal Mars dengan mulut merengut. "Udah dibilangin ini tuh masih diarea sekolah. Masih ae bandel. Untung cuman ketauan Ardjun. Kalo guru atau kepsek gimana?. Kan enggak lucu seorang Mars ketauan grepean di belakang gedung" cercau Mars panjang lebar.

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang