21

506 27 3
                                    

Bulan meremas jarinya. Cewek berkardigan hitam itu mencoba menenangkan hatinya yang bergemuruh sejak tadi. Tungkainya terasa lemas, kepalanya terasa pusing akibat kesenengan. Rasanya benar-benar ingin terbang.

Bau rokok dari depan tak membuat Bulan ingin segera pergi. Malahan betah berlama-lama. Kalau saja ada kaca, pasti sekarang Bulan bisa melihat wajahnya yang semerah tomat.

"Pegangan"

Bulan mengerjab, interuksi singkat itu membuatnya terkejut dan tersadar. Tersadar bahwa dia tidak sedang bermimpi atau membayangkan, karena sekarang dia benar-benar berada di boncengan Darren. Cowok yang Bulan suka dari dulu.

"Hm" Bulan hanya sanggup bergumam. Cewek itu terus saja merunduk. Mengigit bibir bawah sekeras mungkin agar tidak merengek manja akibat kesenengan.







Lain lagi dengan Darren. Cowok itu mengeraskan rahang. Kenapa saat seperti ini dia diserang. Setelah memastikan Bulan berpegangan dengan erat, Darren melajukan motor besarnya dengan kecepatan penuh, cowok itu meliak-liuk diantara padatnya kendaraan saat jam pulang sekolah. Darren juga merasakan pegangan di pinggangnya semakin kencang.

"Pegangan, Lan !"

"Pelan-pelan. Gue takut"

Darren mendesah pelan, cowok itu menoleh ke belakang sebentar. "Lo percaya sama gue. Gue janji enggak bakal terjadi apa-apa sama lo. Lo cukup peluk gue dan pejamin mata lo. Paham ?"

Bulan mengangguk dengan kerutan di kening. Cewek itu tidak memiliki waktu untuk protes ataupun bertanya karena tanpa aba-aba Darren menambah kecepatan membuat Bulan harus menuruti perintah Darren.

Bulan memeluk erat punggu Darren dengan pipi kiri menempel bahu kiri Darren.






Darren mengeram saat dua mobil hitam sialan itu bisa mengejarnya. Di balik helm full facenya, Darren tersenyum sinis. "Permainan di mulai" gumam Darren dengan tangan membenarkan spion.

Dua mobil hitam di belakang Darren semakin gencar mengejar, walau Darren sudah berkilah di belokan tajam, gang sempit tetap saja ujung-ujungnya bertemu dengan dua mobil itu. Darren yakin mereka raja jalanan. Bisa di lihat dari cara mengemudi, kecepatan, ketepatan dan tau jalan.

Motor besar Darren sedikit oleng saat salah satu mobil hitam itu berhasil menghantam bagian belakang motor. Untung saja dengan cepat Darren bisa menguasai motornya. Jika tidak, sudah dapat di pastikan Darren dan Bulan akan terhempas.






Bulan semakin mengeratkan pegangan. Cewek berkardigan hitam itu ingin membuka mata, tapi rasa takut sudah menguasai sekujur tubuh. Badannya yang sudah lemas bertambah jadi lemas. Apalagi dia dan Darren sedekat ini.

Bulan menipiskan bibir, jantungnya berdetak lima kali lebih cepat, apalagi saat benda keras menghantam bagian belakangnya. Rasanya seperti di tabrak tepat. Bulu kuduk Bulan sampai meremang.

Sebenarnya banyak pertanyaan di benak Bulan. Mengenai apa, kenapa, siapa, bagaimana. Intinya sebenarnya apa yang terjadi ?.

Untuk saat ini, Bulan hanya bisa percaya dengan ucapan Darren... walau ragu.







"Ah shit" umpat Darren saat hampir saja menabrak pejalan kaki. Derren bergeleng kecil, melajukan motor semakin cepat. Bahkan sampai 145km/jam. Gila memang. Kalau saja saja tidak ingat di belakang ada Bulan mungkin bisa lebih.

Saat sampai di tempat sepi --area pembangunan jalan lingkar--, Darren mengerem motornya, belum turun, masih mengawasi sekitar dengan tangan merogoh saku jaket. "Tetap di posisi. Jangan buka mata" titah Darren dengan nafas terengah. Cukup lelah berpacu dengan kecepatan.

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang