05

1.7K 54 0
                                    

Angin semilir menerbangkan rambut cewek berpawakan tomboy, yang terlepas dari ikatannya. Walaupun terik menyengat kulit, tapi cewek itu tak beranjak dari posisinya. Sesekali matanya terpejam, hidungnya menarik dalam-dalam udara yang ada di sekitar lalu menghembuskan secara perlahan. Pemandangan apik nan cantik tak lepas dari penglihatannya.

Cewek itu menoleh pada cowok yang sedang duduk di kursi reot tak jauh dari posisinya. Cowok itu sedang menatap rumah-rumah yang terlihat kecil dari atas rofftop. Kondisinya lebih baik dari yang tadi. Seragam yang tipis membuat siluet tubuh atletis cowok itu terlihat begitu apik dan enak di pandang. Dada bidang, otot perut yang menyerupai roti sobek. Otot lengan yang mengembang apik membuat seragam yang dikenakan begitu pas.

"Mata lo copot"

Mars tersentak dari lamunannya. Apa tadi dia terpesona dengan tubuh Darren ?. Astogfirulloh hallazim. Zinah mata. Tampar Mars sekarang !. Tampar !. Lebih baik Mars di tampar para readers dari pada di tampar denga tatapan Darren yang penuh dengan kesongongan.

"Dih, apaan sih. Gak lucu" ujar Mars berbarengan mengalihkan pandangannnya pada Darren. Dia tidak ingin terlihat mengaggung-agungkan Darren seperti layaknya cewek-cewek yang tergolong fans garis keras Darren. "Lagian, ngapain sih ngajak gue ke sini. Lo tuh harusnya ke UKS. Bukan kesini. Bolos kok ngajak-ngajak" cercau Mars. Walupun dalam hati dia senang, karena terhindar dari pelajaran Bu Miah yang amat sangat membosankan.

"Gue kan cuman nyuruh lo nganter kesini. Bukan ikutan bolos ataupun nungguin gue"

Mampus !. Mampus aja lo Mars. Loncat !. Buruan loncat dari pada lo malu. "Sialan. Udah di tolongin juga" gerutu Mars menahan malunya. "Lagian kenapa sih lo tadi ?. Tiba-tiba ada di sana. Ngeri tau. Gue kira mayat"

Darren terkekeh. "Sejak kapan lo perhatian sama gue ?. Suka ?. Apa gimana nih ?" Goda Darren sambil menaik turunkan kedua alis tebalnya.

Oh god. Cobaan macam apa ini ?. Darren terlihat begitu mempesona walaupun dari jarak yang lumayan jauh. Ingatkan Mars untuk tidak terlena dengan pesona Darren. "Bodo !. Gue mau balik. Mendingan gue ikut pelajaran daripada disini sama lo, gak jelas..."

"Lo curhat ?"

Mulut Mars mengangga lebar. Darren begitu menyebalkan daripada jerawat yang nangkring di hidung Mars. Kalau saja membunuh orang tidak dosa, sudah dari tadi Mars mendorong Darren dari rofftop toh tak ada yang melihat.

Tanpa banyak bicara lagi, Mars langsung berjalan menuju tangga dengan mengentak-hentakkan kakinya. Dia menyalurkan segala emosinya. Kalau bisa biar rubuh sekalian gedungnya. Tapi langkah Mars terinterupsi oleh...

"Thanks, Mars"

Sial !. Cowok itu selalu saja bisa membuat Mars jatuh dan terbang ke angkasa.

***

Angkasa menatap bosan pintu akses keluar-masuk kelasnya. Dari tadi fikirannya berkecambuk kemana-mana. Harusnya banyak yang harus di urus Angkasa saat ini, tapi nyatanya dia malah kejebak dalam situasi yang merugikan dirinya dan banyak pihak. Semua ini karena keteledoran dua kecebangnya.

Sudah lima belas menit Bu Miah keluar dari kelas, sedangkan guru selanjutnya belum datang. Dia melihat dua bangku kosong yang ada di kelas. Satu bangku di sebelahnya. Bangku Mars. Satu bangku di belakang. Bangku Darren. Entah kemana para bocah-bocah itu pergi, Angkasa sama sekali tidak tahu dan tidak mau tahu.

Sejak koar-an Darren tadi pagi, Angkasa terpaksa duduk satu bangku dengan Mars. Tapi tak apa, dia malah bisa menggalin info lebih dalam tentang dimana cewek itu menyembunyikan kopernya.

Saat ingin menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan, mata Angkasa menangkap sosok cewek tomboy yang masuk kelas dengan kondisi tak wajar. Bibirnya pucat, tubuhnya bergetar. Bahkan tangannya meremas-remas rok yang sedang di kenakan. Kenapa dia ?.

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang