12

741 33 1
                                    

Angkasa menyusuri koridor dengan langkah tenangnya. Cowok itu memasukkan kedua tangannya di saku celana abu-abu. Berjalan ala model fasion show di koridor yang tidak terlalu ramai.

Sudah hampir satu minggu Mars tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Sebenarnya apa pernyakit cewek itu sampai-sampai hampir satu minggu izin. Apa separah itu ?. Seingat Angkasa, terakhir bertemu Mars, cewek itu baik-baik saja.

Atau pura-pura terlihat baik-baik saja ?.



"Kata Bulan, Mars belom boleh di jenguk"



Angkasa berhenti tepat di balik pintu kelasnya. Saat mau masuk, dia sempat mendengar seklebatan informasi tentang Mars. Si cewek tomboy. Angkasa lebih mepertajam pendengarannya.

"Ya enggak tahu sakit apa. Bulan enggak ngasih tahu. Cuman bilang, belom boleh di tengok"

"Setahu gue Mars gak pernah sakit deh. Tapi sekali sakit, kenapa langsung lama gitu, ya"

"Intinya, kita doain aja semoga Mars cepet sembuh. Biar bisa gabung belajar sama kita lagi. Biar Darren sama geng cowok-cowok enggak berkuasa di kelas"


Plakkk

Angkasa berjinggat. Baru saja ada yang menepuk bahunya pelan. Angkasa menoleh. Kemudian menghembuskan nafas berat. Tersenyum kaku. "Ngapain lo di depan kelas ?. Gak masuk ?" Ujar orang yang mengagetkan angkasa.

"Lagi nunggu.... Bulan. Iya Bulan" alibi Angkasa. Kebetulan Bulan juga baru sampai di koridor kelas.

"Oh" kata orang itu. "Ngapain nunggu Bulan. Lo kan sukanya sama Mars"

"Kata siapa ?" Sahut Angkasa reflek.

Orang itu menyerngit. Agak kaget dengan ucapan Angkasa yang langsung menyahut. "Ya kata gue-lah. Darren cogan kelas" ujarnya sambil menepuk dada kiri. Bangga. "Eh, Bulan" panggil Darren saat Bulan mau masuk. Bulan yang di panggil jadi noleh dan berhenti di tengah pintu. "Lo di tunggu Angkasa tuh" lanjut Darren. Menunjuk Angkasa dengan dagunya. "Gue duluan. Ati-ati laper. Ehh.... baper. Apa wafer ?"



Anjir.... itu si Darren nyeletuknya unfaedah banget sih abis kejedok apa gimana ?.






Bulan masih setia di posisinya. Cewek itu menatap Angkasa dengan tatapan menuntut. "Sambil jalan" kata Angkasa. Cowok itu menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Berjalan di belakang Bulan. Padahal tadi kan cuman alibi. Tapi si pengganggu malah menganggap serius.

"Kenapa, Sa ?. Lo ada perlu sama gue ?" Tuntut Bulan.

"Mmm..." Angkasa masih berfikir. Belum menemukan alibi yang tepat. "...hari ini kamu sebangku dengan saya..." Angkasa mendelik. Kenapa alibinya bodoh banget ?. Sejak kapan Angkasa menjadi bodoh ?. "...mmm maksud saya. Teman sebangku saya kok belum masuk. Sakit apa ?" Ralat Angkasa.

Bulan mangut. Raut wajahnya belum setenang awal tadi. "Kecapekan. Dia harus istirahat total" jawab Bulan. "Udah cuman itu ?" Tanya Bulan. Pasalnya mereka masih berdiri di bangku Angkasa-Mars.

"I... iya. Cuman itu. Thanks"

***

Darren berjalan dengan tergesa menuju belakang gedung utama. Cowok itu seperti orang kebelet. Tapi, kalau orang kebelet seharusnya ke toilet bukan ke belakang gedung.

Angkasa yang melihat dari balik jendela jadi menyerngit. Darren memang sering membolos saat jam pelajaran. Fikir Angkasa cowok itu kemungkinan nyebat atau tidur di UKS. Tapi saat melihat gerak-gerik Darren, dia jadi curiga.

"Jendelanya lebih cantik daripada ibu ?"

Angkasa terkesiap. Tiba-tiba Mr.Kiki sudah di depan mejanya. Mentap dengan garang karena pelajarannya tidak di perhatikan. "Lihat apa, Angkasa ?"

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang