29

674 25 0
                                    

"Gimana ?"




Iga mengangkat bahu dengan wajah lesuh. Cewek itu duduk di bangku panjang ruang tunggu. "Enggak ada harapan. Mainnya bersih. Satu-satunya cara ya nunggu Angkasa siuman"

Darren mengusap wajah kasar, ikut duduk di samping Iga.

"Gimana kata dokter ?" Tanya Iga sambil memutar-mutar ponsel.

Darren menoleh, cowok itu melihat ruang UGD yang ada di belakangnya sekilas. "Dari tadi dokternya belum keluar. Gue rasa Angkasa kena hipotermia soalnya tadi bandannya dingin banget. Belum lagi memar di tubuhnya. Emang gila sih dia. Orang kepercayaannya sampe dibuat gitu"

Iga mendesah berat. "Gue rasa dia bayar profesional tukang gebuk. Sama sekali gak ada cacat di lokasi kejadian. Semuanya normal"

Darren merapatkan bibir, cowok itu mendengus pelan. "Satu-satunya cara gue harus baikan lagi sama Bulan--"

"Lo masih curiga Aditya si Mr. BM ?"

Darren mengangkat bahu "masih abu-abu. Makannya gue mau selidikin dia"

Iga menepuk pundak Darren memberinya semangat "kalau butuh bantuan lo bisa hubungin gue"

Darren tersenyum, menangkup tangan Iga "thanks, Ga" Iga mangut.



***





Darren : cantik

Darren : gue didepan rumah lo






Cewek berpyama onise bebek yang tadinya nyawanya hanya setengah, kini segera terlonjak saat membaca pesan dari Darren. Cewek itu melirik jam, melengos karena menunjukkan pukul 5.45am

"Ck, ngapain sih pagi-pagi udah kesini" protes cewek itu berbicara pada ponselnya.

Bulan : ngapain ?

Bulan kembali menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya termasuk kepala. Minggu pagi paling enak tidur sampai siang. Right ?

"Ck" Bulan merengek saat merasa ponselnya bergetar. Dengan malas Bulan meraba-raba ponsel.

Darren : gue denger taman komplek lo baru selesai di bangun.

Darren : joging kuy

Bulan : mager

Darren : gue masuk, habis itu gue seret kalo enggak keluar

Darren : satu

Darren : dua

Bulan : ck. Diem !!!


Bulan makin mendengus saat pintu kamarnya diketok, cewek itu melempar ponsel asal lalu berdiri dengan malas berjalan menuju pintu.

"Non ada--"

"Iya udah tau" potong Bulan sebelum bibi menyesesaikan ucapannya. Bulan menggaruk rambut, menutup mulut yang sedikit menguap. "Buatin dia minum sama sekalian buatin aku susu"

Bulan kembali masuk. Ingin menghempaskan tubuh di kasur saar ponselnya bergetar. Bulan mendelik saat nama Darren terpampang jelas disana.










Darren is video calling....




"Ya Tuhan" rengek Bulan frustasi sendiri.

Tak menjawab panggilan Darren, Bulan segera kekamar mandi untuk membersihkan diri setelah itu menemui Darren daripada serasa seperti di teror seperti ini.










Selesai dengan aktivitas mandi, Bulan mendudukan diri di depan meja rias. Cewek itu menyapu bedak tipis diwajahnya, mencepol rambut lalu meraih jaket baseballnya yang berwarna merah marun di dekat pintu.

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang