extra part (*)

1.2K 39 10
                                    

Angkasa merasakan badannya sakit semua, cowok itu mendengar suara kasak-kusuk yang tidak begitu jelas didekatnya. Ingin menegur tapi tak banyak memiliki tenaga.

"Kamu sudah sadar ?"

Satu alis terangkat, memangnya dia kenapa ?.

Secara perlahan, kelopak mata Angkasa mulai terbuka. Sinar masuk dengan tajam menembus kornea. Entah susah berapa lama dia berbaring, rasanya seluruh panca indranya mati.

"Mbak, dia sudah sadar"

"Oke, saya panggil dokter dulu sekalian ngasih kabar Bintang"

Yang pertama kali Angkasa lihat adalah langit putih dengan bohlam menyala terang. Sangat terang, sampai membuatnya silau.

"Alhamdulillah, kamu sudah sadar"

Angkasa menoleh tepat saat pundaknya dipegang. Cowok itu melihat wanita berhijab tak asing disampingnya. "A--"

"Tunggu dokter dulu."

Mangut, hanya itu yang bisa Angkasa lakukan.









Pintu terbuka, seorang dokter dan cewek berpakaian formal memasuki ruang inap. Secara naluri, dokter langsung menempatkan diri di dekat Angkasa dengan alat-alat medis yang sudah dibawanya.

Tak butuh waktu lama bagi dokter untuk memeriksa, Dokter itu tersenyum kala mendapati perubahan dari tubuh pasien. "Tuan Angkasa sudah melewati masa kritisnya. Keadaanya akan berangsur membaik"

Aisyah melegah, wanita itu tak henti-hentinya bersyukur. Setelah kurang lebih satu bulan Angkasa koma, akhirnya dia sadar.

"Mari saya antar, dok" ujar cewek berpakaian formal.

"Saya saja, Mbak. Mungkin Mbak Iga ada yang mau disampaikan ke" Aisyah melanjutkan ucapannya dengan tindakan (menoleh ke Angkasa) "mari, dok" kata Aisyah lalu berjalan keluar bersama dokter.









Angkasa melihat Iga tanpa celah dengan kening berkerut. Dia sama sekali tidak ingat atau seingatnya dia tidak pernah bertemu dengan cewek di depannya ini.

Iga yang menyadari itu tersenyum tipis. "Gue Iga. Gue dari agen FBI. Bisa dibilang gue patner Bintang. Gue yakin lo enggak hilang ingatan, jadi gak perlu gue jelasin ditelnya"

Angkasa hanya bergumam.

"Oh iya--" Iga menoleh kearah pintu. "Sebentar lagi Bintang dateng. Lo bisa istirahat dulu"

"Enggak perlu" jawab Angkasa paruh. "Mau gue istirahat sekarang atau nanti, hasilnya tetep sama. Gue harus bertanggung jawab"

"Oke" pasrah Iga. "Lo mau makan atau minum buat ngisi tenaga dulu ?"

Angkasa menggeleng tepat saat pintu terbuka. Bintang disana.

"Gimana keadaan lo?"

Angkasa melengos "langsung aja" Bintang dan Iga saling toleh menunggu kelanjutan ucapan Angkasa.


***




"Bersiap pada posisi. Kalau target melakukan perlawanan kalian baru gerak"

"Siap!"

Bintang mangut, cowok itu menoleh ke Iga lalu memasuki sebuah kantor besar yang ada di hadapannya ini. Keadaan kantor normal terkendali karena Bintang hanya memakai pakaian santai sedangkan Iga memakai pakaian kantor normal.

Iga menunjukkan sebuah foto, cewek itu menggerakkan dagu saat melihat sesoerang yang sama persis seperti di foto sedang berbicara kepada beberapa klien di area dekat lobi.

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang