27

550 23 1
                                    

hitungan ke tiga"



Beberapa orang berbadan besar dengan pakaian dan pelindung serba hitam mangut mengerti. Keenamnya saling melirik dan memberi kode.

"Satu"

"Dua"

"Tiga"







BRAKKK

Keenam orang berbadan besar itu memasuki ruangan saat pintu putih berhasil di dobrak dalam satu kali tendangan. Mereka langsung menuju kamar yang sudah menjadi target.

Cowok yang sedang tertidur lelap dibawah selimut tebal terlonjak kaget dengan wajah cengo saat di grebek enam orang di pagi buta seperti ini.

Cowok yang masih hilang nyawa itu terseret pasrah saat tubuhnya di tarik salah satu orang berbadan besar dengan beberapa yang lain menyodorkan pistol.

"Ck. Cupu"

Salah satu orang berpakaian hitam melepas topengnya. Orang itu tersenyum penuh kesombongan. "Cupu ?. Gue bahkan dengan mudah ngecoh semua pengawal lo" katanya kini menyaksikan si target di cekal dua lainnya.

Target mendecih "mau lo apa ?"

"Kerja sama" jawab orang itu enteng. Ikut duduk di sofa depan target dengan kaki menyila di lutut. "Mungkin kalau lo setuju, hukuman lo bisa lebih diperingan"

Si target memutar mata dengan ujung bibir tertarik sinis. "Gue bahkan bisa dengan mudahnya lolos dari lo"

Orang berpakain hitam itu mengangkat alis sombong. "Hmm? Ohya?" Remehnya melihat si target yang tidak bisa bergerak karena cekalan kuat dua lainnya.

"Oke. Kerja sama apa yang lo mau, Bintang ?"


***

Ardjun memijat pelipis, cowok itu menendang-nendang tumpukan kardus yang ada di bawahnya.

Ardjun mengangkat wajah, berkacak pinggang dengan raut wajah kesal yang ketaran. Matanya melebar saat melihat seorang yang dikenalinya tak jauh dari posisi sedang bersenandung dengan erephone putih menggantung di telinga.

"BULAN"











We got that
Boom boom boom boom boom
Boom boom boom boom boom
Boom boom boom boom boom



Bulan melepas sebelah erephonenya saat mendengar suara orang memanggil namanya. Cewek itu celingukan dengan kening berkerut tak melihat siapa yang memanggilnya.

Bulan mendesah, mungkin dia salah dengar.

"BULAN ANJAY"

Mata Bulan melebar melihat Ardjun menyembulkan kepala dari balik pilar dengan tangan melambai. Cewek itu meringis sambil berjalan mendekat.

"He anju. Masa gak lihat Lee Taeyong disini" umpat Ardjun saat Bulan semakin dekat.

Bulan bergidik enek, melepas kedua erephone lalu memasukkan ke saku jaket hitamnya. Pagi ini Bulan mengenakan jaket hitam. "Can i help u ?"

"Emang tujuan gue manggil lo buat itu" Bulan melengos. Menyesal menawarkan bantuan. Ardjun meraih salah satu kardus di bawahnya lalu menyerahkan ke Bulan. "Anak OSIS emang laknat semua. Disuruh ambil barang-barang buat persiapan pensi malah pada budek. Kan anying" curcol Ardjun berjalan di samping Bulan.

Bulan acuh tak acuh "kapan sih pensinya ?"

Ardjun mendelik "he anjir. Jangan bilang kelas lo gak ada persiapan apapun" dengan polosnya Bulan menggeleng "tiga belas hari lagi, Lan."

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang