11

808 39 1
                                    

Angkasa tersenyum sinis dengan sangat tipis. Cowok itu mengambil baju polos hitam yang ada di saku jok kemudi untuk menutupi badan bagian atas yang terekspos bebas.

Setelah memakai baju, Angkasa kembali bersemender. Cowok itu melihat kearah jendela yang ada di sebelah kananya. Memandangi pohon-pohon yang bergerak cepat seirng dengan kecepatan mobil yang sedang melaju.

Angkasa mendongak. Me-relaxs-kan kepalanya sebelum meledak. Cowok itu terpejam, damai.

Tapi ingat !.

Jangan tertipu dengan sikap santai yang sedang di tunjukkan Angkasa. Cowok itu licik. Sangat licik. Bahkan otaknya sedang berkelana. Memprediksi apa yang akan di lakukan si penghianat semacam Aland untuknya.

Chitttt...

Mobil yang di rem dengan tiba-tiba membuat Angkasa dan Aland terhuyung. Kalau saja Angkasa tidak menahan diri dengan menyentuh jok depan, bisa saja ia terbentur. "Maaf, Tuan" ujar Aland meminta maaf. "Tadi ada anjing lewat"

"Oh"

"Saya boleh keluar sebentar ?. Tiba-tiba saya kebelet"

"Oke"

Angkasa kembali tidur dengan terjaga sambil melipat tangan di depan dada. Dia mendengar pergerakan Aland yang mulai melepas seatbelt, menekan tombol, membuka pintu, keluar dan akhirnya menutup pintu.

Selang sekian menit, Angkasa mendengar pergerakan dari luar mobil. Tak lama, terdengar suara pintu yang terbuka, kemudian kembali menutup pintu setelah suara decitan jok pengemudi terdengar.

Bukan Aland

Angkasa tahu itu. Aroman dan hawanya beda.

Angkasa masih setia dengan posisinya. Tidur terjaga sambil melipatkan tangan di depan dada. Hawa semakin berbeda saat terdengar suara...

Pletak

Angkasa tersenyum tipis. Masih dengan mata terpejam. Suara yang tidak asing. Suara pistol yang ujungnya di tekan. "Wah. Sepertinya Anda sedang berpura-pura menjadi pangeran tidur" ujar seseorang itu dengan nada tenang. Suara tenangnya mampu membuat siapa saja merinding.

"Hmm. Begitulah" Angkasa membuka mata tanpa merubah posisi bersandar dengan tangan terlipat di depan dada. "Oh, masih belum puas ?" Tanya Angkasa meremehkan. Ternyata si alis tebal, yang tadi menyerangnya di pertigaan.

"Kita bahkan belum bermain" sahut si alis tebal santai.

"Oke" respon Angkasa singkat. Dengan secepat kilat, Angkasa membenturkan kepala si alis tebal dengan sekali dorongan menggunakan kakinya. Suara benturan kepala dengan setir mobil terdengar memekakan teling. Sangat keras.

Si alis tebal segera mengangkat kepalanya yang terasa berdenyut hebat. Di sekanya darah yang mengalir di hidung dan pelipisnya dengan kasar. "Oke"

Bredakkk

Angkasa tersentak saat kepalanya di dorong dengan keras hingga membentur senderan jok. Angkasa menggeleng untuk menetralkan denyutan di kepalanya. Tangan kirinya tergerak menuju sabuk bagian belakang. Tangan kanan dan tubuhnya berusaha bergerak untuk tetap menyakiti lawan. Menyamarkan tangan kirinya yang sedang memgambil sesuatu, hingga...

Cruppp

Si alis tebal memebrontak. Pergelangan tangannya baru saja tertancap sebuah jarum kecil seperti jarum pentul. Angkasa semakin menekan jarum itu untuk masuk. "Sial" pekik si Alis tebal.

Angkasa tersenyum sinis seiring dengan berontakan si alis tebal yang mulai melemah. Hingga akhirnya tidak berontak sama sekali. "Harusnya lo gak ketemu Tuahn secepet ini" lirih Angkasa. Cowok itu baru saja menancapkan sebuah racun berbentuk seperti jarum yang langsung mencair jika terkena sesuatu yang panas. Contohnya, panas darah yang mengalir melalui nadi.

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang