26

551 18 0
                                    

"Ayah enggak suka sama dia"

"Hn ?"








Mars menggigit kuku telunjuknya. Cewek itu merapatkan bibir, kini menumpu siku pada handel pintu. "Eung... maksud ayah ?" Tanyanya tak paham. Kenapa ayahnya tiba-tiba seperti itu. Padahal saat makan tadi, semua baik-baik saja. Bahkan Adam terlihat akrab dengan Angkasa.

Adam mendesah berat. Menghentikan mobil karena lampu merah.

"Eung... anu... maaf, tadi Mars bolos--"

Adam berdehem membuat ucapan panik Mars terpotong. Kini Adam menginjak gas karena lampu sudah hijau. "Kamu tau biaya sekolah mahal kan ?!" Ucap Adam memulai pembicaraan. "Ayah enggak mau kamu nyia-nyian sekolah"

Adam merapatkan bibir, nafasnya terasa berat "belom lagi biaya rumah sakit. Bukannya ayah ngeluh. Tapi ayah enggak mau perjuangan ayah kamu permainkan" Adam memutar kemudi, memasuki gang perumahan "...kamu paham kan ?!"

Mars menunduk, entah kenapa nyawanya terasa hilang setengah. Ada rasa penyesalan yang datang. Benar kata Adam, dia mulai lalai. "Maaf, ayah" cicit Mars.

Adam tersenyum, tangannya terjulur mengulas lembut puncak kepala putri kesayangannya. "Hmm" jawab Adam sambil tersenyum, yang tak lama matanya membulat. Tangannya turun ke bibir Mars. Mengulasnya lembut dengan kening berkerut. Bibir Mars nampak sedikit bengkak ?.

Mata Mars bergerak tak pasti. Jantungnya berdetak hebat bercampur rasa takut.

"Jangan lagi, ya"

Tangan Mars yang ada disamping jarit meremas rok abu-abu SMAnya. Bagai ketahuan melakukan hal besar, Mars berasa seperti di tembak tepat.

Mars merasa nafanya tertahan untuk sementara waktu.






Adam terkekeh, menarik tangannya untuk mengendalikan kemudi mobil "jauhi dia... ya ?" Reflek, Mars menoleh ke Adam dengan cengonya. "Ya ?" Ulang Adam untuk memastikan.

"Sulit untuk menyanggupi permintaan ayah ?"

Mars mengepalkan kedua tangannya. "Mars janji enggak bakal bolos atau aneh-aneh lagi. Tapi--"

"Ya ?" Potong Adam tidak mau mendengar alasan Mars.

Mars memasang wajah merengek, matanya berkelip polos meminta belas kasih. "Tapi, ayah--"

"Tinggal bilang iya kok susah" potong Adam masih dengan nada tenangnya dan keegoisan yang dimanipulasi agar terlihat seperti tidak memaksa.

Mars meringis. Kenapa ayahnya ngotot ?. Selama ini Adam tidak pernah melarangnya dekat dengan siapapun. "I-iya"

Adam tersenyum penuh kemenangan, pria itu menghentikan mobil di depan pagar rumah. "Ayah langsung ke kantor lagi. Kamu baik-baik dirumah" ucap Adam sambil menepuk puncak kepala Mars. "Bunda pulangmya sore"

Mars mangut "iya, ayah" ucapnya sedikit lesu. Lengannya terangkat, menyalami tangan Adam. "Semangat kerjanya, ayah" Adam mangut sambil tersenyum. Kini Mengantar Mars dengan Mata menuju pintu utama.

Adam melambai, menutup kaca hitam lalu melajukan mobil hitam milik atasannya itu. Menuju kesuatu tempat untuk menyelesaikan semuanya.





***

Angkasa mendesah berat. Cowok itu menopang dagu dengan malas. Padahal rencana bolosnya akan diisi dengan mononton film, makan, shopping atau hal menyenangkan lainnya. Intinya melakukan apapun bersama Mars.

Kenyataan yang terjadi malah ketemu ayah Mars, diajak makan lalu dia pulang sendiri. Menyedihkan.

Angkasa melirik dengan malas, cowok itu menghela nafas kasar. Melihat luar jendela yang penuh sesak dengan berbagai macam kendaraan. Ada motor, mobil, bajai, motor beraneka ragam, mobil beraneka ragam. Ada yang berwarna merah, hitam dengan logo 'Monster'

ANGKASA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang