PART 7

778 100 1
                                    

Tangga mewah yang memiliki dua sisi dalam sebuah mansion yang baru dibersihkan kembali ternodai karena sepasang sandal rumah milik Rose yang berjalan di atasnya.

Anak kedua dari keluarga Kim tersebut sudah siap dengan pakaian kantornya dan tengah turun ke lantai dasar menemui saudaranya yang tengah bercengkrama di meja makan.

"Dimana Irene? Dia tidak pergi pagi buta lagi'kan?" tanya Rose sembari menarik kursi disamping si bungsu, Kim Jisoo.

"Entahlah, kami belum melihatnya." Wendy membalas namun tidak melihat ataupun melirik Rose. Matanya sibuk memperhatikan sesuatu yang menurutnya menarik di ponselnya.

Jisoo mengerucutkan bibirnya dan memandang Rose seperti anak kecil. "Eonnie, aku lapar," rengeknya.

Rose mengerutkan kening mulusnya lalu melihat ke arah jam glamour yang tergantung di tengah ruangan. "Kenapa tidak membuat makan sendiri?"

Wendy yang tengah asik memainkan ponselnya tiba-tiba meletakkan benda persegi panjang itu di atas meja dan menatap Rose. "Kurasa dia sedikit trauma dengan dapur."

"Trauma? Omong kosong!" Rose memutar kedua bola matanya jengah lalu mencari roti.

"Kita juga kehabisan roti Eonnie, nanti kubeli," ujar Jisoo seakan mengetahui bila Eonnienya mencari roti tawar.

"Kau tidak kuliah?" tanya Wendy.

"Dosennya tidak datang, dengan kata lain aku libur," jawabnya singkat.

Rose kembali duduk dan memperhatikan Wendy yang tengah memasak sesuatu.

Beberapa menit kemudian, Wendy kembali ke tempat duduknya lalu memberikan satu pancake untuk Rose dan pancake lainnya untuk dirinya sendiri.

"Selamat makan!" seru Wendy dan Rose bersamaan tanpa memperdulikan tatapan sengit Jisoo.

"Ya! Eonnie kau sangat pilih kasih! Mana pancake milik-"

Wendy memotong ucapan Jisoo. "Ambil sendiri di meja! Masih ada 2 lagi untukmu dan Irene," jawab Wendy dan terus makan dengan lahap.

Jisoo mendengus kesal lalu berdiri dan berjalan ke arah pantry untuk mengambil pancakenya sementara Rose dan Wendy menatap Jisoo yang dengan polosnya berjalan seperti orang bodoh.

Wendy tertawa dengan keras sedangkan Rose menepuk jidatnya. "Mwo? Kenapa kalian tertawa? Tidak ada yang lucu di sini!!" seru Jisoo menatap Eonnienya antara bingung dan polos.

"Kau'kan bisa menggunakan kekuatan telekinesismu. Kemana otakmu ini? Aku ragu kau akan lulus kuliah nanti," ejek Rose disela tawanya.

Jisoo menatap pancakenya tercengang lalu berjalan kembali ke kursinya sembari menggerakan jari telunjuknya untuk mengambil garpu dengan kekuatannya.

"Aku sering mengeluh ketika di kampus bila ingin mengambil sesuatu yang jaraknya jauh dariku harus menggunakan anggota tubuhku dan sekarang ketika aku mempunyai kesempatan, aku malah tidak menggunakannya!" gerutunya kesal.

Seakan belum puas, Jisoo kembali melanjutkan gerutuannya dan bertanya, "Eonnie, kenapa kita tidak menjadi seperti mereka saja? Dan mereka malah ingin menjadi seperti kita! Aku bingung," tanya si bungsu.

"Kita ini istimewa Kim Jisoo. Kita ini bukanlah manusia pada umumnya. Mereka yang ingin menjadi seperti kita hanya berpikiran pendek! Mereka tidak merasakan susahnya hidup seperti kita," balas Rose.

Rose meneguk air mineralnya lalu melihat ke arah jam dinding dan berkata, "Aku akan mengecek Irene, tidak biasanya dia bangun terlambat. Terima kasih untuk makanannya," ujarnya lalu menghilang.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang