Prologue

3.2K 60 0
                                    

Zona Demiliterisasi. Garis Demakrasi Militer. Selatan, point 690M



Langit malam yang gelap dengan taburan bintang itu tidak memiliki devinisi indah ketika hembusan angin yang menggoyangkan semak ilalang setinggi dada dan membuat sebuah pelindung kepala bekas yang berderik bergesekan dengan sebuah pasak besi berkarat. Ketika lima orang tentara militer Korea dengan seragam lengkap dengan senjata siaga di genggaman membelah lahan ilalang, mengendap dengan pencahayaan minim. Waspada. Mereka harus tetap waspada karena mala mini adalah malam berat lainnya yang harus mereka hadapi. Yang harus mereka lewati meski taruhannya nyawa.



Sementara mereka menuju tempat tujuan, rapat militer darurat sedang dilangsungkan di markas besar tentara bersama perdana menteri.



"Sekitar puku satu pagi, tiga pasukan khusus Korea Utara melewati garis Demakrasi Miliiter dari Zona Demiliterisasi (DMZ). Mereka menyerbu penjaga POS 301 dan menyandera dua tentara kita. Dan terus melakukan peyerangan." Papar moderator dari kelompok militer.



"Penyerangan?" Perdana Menteri mengerutkan kening, membuat alisnya terlihat seperti meyatu. "Apa mereka mengirim tiga pasukan itu untuk memulai perang atau apa?"



"Tindakan ini memancing provokasi." Komandan militerpun menengahi. "Pertama, mereka melewati batas DMZ dan hal itu sudah melanggar perjanjian gencatan senjata. Korea Utara ingin memancing ita berbalik menyerang, agar mereka bisa menjadikannya alasan negosiasi dalam perjanjian internasional."



"Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita tidak bisa terjebak dalam taktik mereka, tapi, kita tidak bisa begitu saja mengabaikan du pasukan kita yang disandera." Tanya perdana menteri, menekan.



"Kita harus menyelamatkan mereka dengan cara yang bagus." Jawab komandan dengan tenang. "Aku telah mengirim Pasukan Khusus, Tim Alpha."



Kembali ke Zona Demiliterisasi, kelima tentara dari Tim Alpha semakin mendekati POS 301 dan memulai strategi. Dalam radius 100 meter dari pos terlihat beberapa tentara jaga sudah bersiap untuk menyerang menunggu aba-aba. Tidak tahu, sekaligus berjaga, tentara jaga ini tersentak ketika mengetahui ada tentara lain dan siap untuk menyerang.



Salah seorang dari tim alpha maju selangkah dan mengangkat kedua tangannya. "Aku Yoo Sijin, Kapten Tim Alpha. Mulai sekarang kami yang akan memimpin."



Tentara jaga pun mengangguk mengerti dan berjaga di tempat yang ditunjukkan, sementara tim alpha memulai strategi mereka. Seorang penembak jitu sudah siaga dan mengarahkan senjata laras panjangnya dari jarak cukup jauh dan membidik sasarannya. Sementara satu orang bersiap memasang alat peledak jika sewaktu-waktu dibutuhkan.



Kapten Yoo melepaskan atribut luar yang berfungsi sebagai pelindung serta menurunkan senjata yang dibawanya, diikuti oleh seorag sersan di belakangnya dengan hal yang sama.



Seorang tentara jaga yang bertugas memimpin saat itu menatap keheranan.



Kapten Yoo memasang alat komunikasi jarak jauh di telinga kirinya. "Kita ada sekarang berada di DMZ. Jadi, jalan terbaik adalah berunding." Terangnya dengan senyuman, menepuk pundak tentara jaga itu dan mulai berjalan mendekati POS penyanderaan dengan kedua tangan diangkat.



Dengan jarak yang semakin dekat, mereka berhenti. Dengan posisi tangan yang masih sama, kapten Yoo kembali memulai negosiasi dengan sedikit berteriak. "Aku adalah Kapten Tim. Apakah pasukan Kore Selatan tidak terluka?"



Sementara keadaan di dalam pos, dua orang tentara Korea Selatan sedang berlutut di lantai dengan dua tangan terangkat, senjata yang sudah dilucuti dan ditodong senjata api di depan kepalanya oleh dua orang tentara Kore Utara. Sedangkan satu orang tentara Korea Utara yang terlihat seperti pemimpin disana tengah duduk di atas meja di sudut Pos yang menghadap ke jendela dengan tralis besi yang membuatnya dapat melihat dua orang Tim Alpha dari dalam.

Descendant of the Sun : Another StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang