I - 9

346 12 0
                                    

Kamp Tentara. Asrama Besar Militer

Di malam yang sudah larut ini kapten Yoo masih menyita perhatian anak buahnya. Seorang anak buah memegangi cermin besar untuknya di dalam barak sementara dirinya tengah menimbang seragam mana yang akan dia pakai besok. Saat itu sersan Seo baru saja kembali memasuki barak setelah rutinitasnya lari di malam hari.

"Aku lebih tampan pakai yang mana, ini atau ini?" kapten meminta pendapat sersan Seo.

Anak buah yang memegangi cermin dengan cermat dan segenap hati berusaha menimbang dan memikirkan pertanyaan atasannya.

"Coba ku lihat yang sebelah kanan." Sersan Seo menyahuti. Tapi dia langsung berjalan lebih dekat dan memperhatikan kelakuan rekan sekaligus atasannya itu yang bingung pada pakaian mana yang harus di pakai saat tengah malam begini. "Kau mau kemana dengan pakaian yang bagus begini?"

"Aku mau mensterilkan lukaku ke RS. Haesung." Dia segera mencocokkan dirinya dengan seragam di tangan kanannya dan menimbangnya.

"Disini ada klinik, tapi dia tetap mau jauh-jauh ke rumah sakit itu." Sahut bawahannya yang bersandi Piccolo itu.

"Diam kau," kapten menghiraukan cemoohan bawahannya itu. "Aku harus sehat agar bisa merawat negaraku. Aku ingin dirawat di RS. Haesung yang memiliki staf dan peralatan terbaik, jadi aku bisa sembuh dengan cepat dan melindungi bangsaku."

"Aaahh," anak buah yang sedari tadi memegngi cermin menanggapinya serius dan seolah itu adalah pelajaran berharga yang bisa dia ambil dari pemimpinnya malam ini. Semua orang di dalam asrama itu hanya dapat memaklumi tindakan bodoh rekannya itu karena dia masih anak baru.

"Benarkah?" kata sersan Seo mengejek dengan wajah datarnya. "Dokternya pasti sangat cantik."

Dan tiga anak buah lainnnya hanya bisa berkata 'oh' dengan nada mengejek.

"Benar juga." Kata si anak baru yang masih setia memegangi cermin.

"Dokter disini tidak begitu cantik," kata kapten sambil mencoba seragamnya.

"Ada satu." Sersan Seo tidak terima.

"Aku tahu siapa!" si anak baru tiba-tiba menyambar. "Letnan Yoon Myeongju 'kan?" dia tidak menyadari air muka sersan seo yang berubah, menatap dirinya geram. "Wow, dia memang cantik sekali."

Dua anak buah lain-Piccolo dan Harry Potter saling bertatapan melempar pandang, bertukar kode untuk segera menghentikan si anak baru dan memastikan tidak akan ada peperangan di dalam kamar asrama ini.

Si anak baru bahkan terus melanjutkan celotehannya tanpa bisa merasakan kondisi ruangan yang sudah berubah auranya. "Pacarya telah memutuskannya. Aku penasaran ingin tahu siapa si berengsek itu."

Kapten Yoo mulai memberikan kode pada dua temannya itu dengan menunjuk si anak baru sambil memejamkan matanya, tidak bisa melihat ekspresi yang akan dikeluarkan sersan Seo. Dengan cepat Piccolo dan Harry Potter melompat menghampirinya, memojokkannya dan menghimpitnya dengan cermin yang sedari tadi dia pegang.

"Hey, ada apa dengan kalian?" si anak baru meronta dalam himpitan cermin.

"Dengarkan aku. Karena rasa ingin tahumu itu, kau akhirnya mati." Itu adalah nasehat terbijak kapten Yoo malam ini.

Descendant of the Sun : Another StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang