Perbatasan Afghanistan-Pakistan. Camp Perdamaian Pasukan PBB
Pantulan proyeksi di dalam markas utama menunjukkan tiga buah gambar-foto dengan data diri. Markas utama itu tidak terlalu besar, hanya berisi layar proyeksi, meja rapat yang lumayan panjang dikelilingi 10 kursi yang sudah terisi penuh oleh pasukan militer gabungan. Prajurit terbaik Amerika dan Korea Selatan.
Sementara itu tiga orang anggota perdamaian memberikan arahan apa-apa saja yang saharusnya dilakukan oleh para anggota. "Dua pekerja PBB dan satu dokter relawan dari RS. Haesung, yang aktif di wilayah Gandamak, telah diculik oleh Taliban." Lalu layar proyeksi menunjukkan gambar yang lain, "Ini adalah gedung tempat para Sandra itu ditahan." Dia menunjuk pada sebuah titik yang terdapat gambar letak bangunan yang menyendiri diantara rimbunnya pepohonan hutan. "Satu tim akan masuk dari timur laut dan tim lainnya akan masuk dari arah tenggara."
Dan rapat pun berjalan baik membawa dua tim unggulan ini ke sebuah tempat pelatihan yang dibuat semirip mungkin dengan gedung tempat penculikan.
Tim alpha masuk melalui sisi tenggara. Dengan persenjataan lengkap dan atribut lengkap, mereka mulai masuk dengan strategi yang sudah dipikirkan dengan matang. Mereka masuk dan mulai memeriksa ruangan demi ruangan yang hendak mereka lewati dan memastikannya tetap bersih tanpa ada musuh yang dapat menghalangi.
Dari radio komunikasi mereka dapat mendengar sebuah komando, "Kalian memiliki waktu 90 detik untuk menyelesaikan misi ini. Apa sudah jelas?"
Ini adalah misi latihan untuk mereka namun tetap saja mereka tak bisa main-main dengan ini.
Mereka semua akhinya memasuki sebuah ruangan besar yang dipenuhi kotak yang bentuknya seperti labirin. Kapten Yoo memimpin dan memberi aba-aba untuk waspada. Sementara anggot lainnya tetap setia mengikuti komando pemimpin mereka dan sangat berhati-hati dalam melangkah. Namun, satu diantara mereka membuat kesalahan.
Si anak baru melewatkan arahan kapten dan terus bergerak maju dan tidak melihat peringatan yang sudah dikeluarkan sersan Seo. Dia terus maju sampai akhirnya kakinya mengenai sebuah tali tipis yang terhubung pada sebuah bom tiruan yang mengakibatkan ledakan yang cukup untuk merubuhkan semua tumpukan kotak yang tersebar menjadi labirin itu.
Semua anggota tim alpha membuang nafas berat, Piccolo dan Harry Potter mengerlingkan mata mereka kesal sementara wajah sersan Seo yang setia datar kini menaikkan alisnya membuatnya menukik menunjukkan emosi.
Kapten memndengus cukup keras. Berjalan maju menatap si anak baru dan melepas helm nya dengan malas. "Misi gagal. Semua pasukan kita 'mati'."
"Ini adalah Booby Trap (bom tiruan). Kita harus kembali." Kata sersan Seo setengah berteriak.
"Maaf," kata si anak baru dengan suara lantang.
Tiba-tiba sebuah pisau swiss melayang di udara dan menancap pada sebuah kotak yang masi tersusun yang posisinya tepat di sebelah kanan kepala kapten Yoo. Terperangah, hatanya membulat memelototi pisau yang menancap dalam.
Ketua Delta Force melepas helmnya kesal dan membantingnya. Dia yang telah melempar pisau tepat ke sebelah kepala kapten Yoo. "Hey man! What's going on?" bentaknya. "Why not you and your Korean boys go back home, and trying with your mama?!" ejeknya lalu seluruh tim delta menertawakan.
Kapten Yoo mengambil pisau yang menancap itu, memegangnya dan menggerutu, "Aish, aku tak bisa memaafkannya." Dia membidik ketua tim delta yang memunggunginya dan melemparkan pisau itu sampai menancap tepat pada kotak yang berada dekat selangkangannya.
Ketua tim delta geram. Berbalik. Marah. Dia menjatuhkan senjata dan rompinya lalu berjalan melewati kotak yang berceceran. Begitupun kapten Yoo, dia melakukan hal yang sama dan mereka bertemu tepat di tengah ruangan. Ketua tim delta segera melayangkan sebuah tonjokkan, namun kapten Yoo cukup cerdik untuk memanfaatkan tubuhnya yang terbilang kecil itu segera menunduk dan memeluk sambil mendorong ketua tim delta sampai terjengkang menabrak kotak yang berserakan. Dengan posisi itu kapten Yoo memiliki keuntungan yang cukup besar, dia menduduki tubuh ketua tim delta dan segara menghajarnya habis-habisan.
Namun, bukan hanya tubuhnya yang besar, tenaga yang dihasilkannya pun besar. Sesaat sebelum tonjokan lainnya dari kapten Yoo mendarat di wajahnya, dia segera melayangkan tinjunya hinga kini kapten Yoo terdorong, terjengkang begitu saja.
Sementara dua ketua tim ini berkelahi, anak buah mereka justru meneriaki selayaknya anak sekolah yang sedang berkelahi. "Tendang!" "Tinju!" "Rasakan itu!" dan sebagainya.
Dengan tubuh kapten Yoo yang masih terbaring, ketua tim delta segera berdiri dan berusaha menginjak tubuh kapten Yoo dengan kasar, dan lagi, kapten Yoo terus meghindar dengan menggelinging kesana kemari menyulitkan ketua tim delta.
Lagi. Kapten Yoo tidak menyiakan kesempatan. Begitu kaki ketua tim delta menyentuh tanah, dia segera memeganginya hingga kehilangan keseimbangan dan kwmbali menghantam tumpukan kotak.
Geram. Ketua tim delta mundur ke sudut dan mengambil sebuah kursi besi lipat dan dengan membabii buta memukulkan ke segala arah berusaha menghantam kapten Yoo.
Sementara yang lain bersorak, si anak baru justru merengek, "Kalau seperti ini terus dia bisa mati. Bagaimana ini?" dan dia hendak berlari menolong kapten Yoo, namun segera ditahan oleh sersan Seo.
"Pilihannya hanya membunuh atau terbunuh." Sersan Seo masih menahan si anak baru. "Saat dua pasukan khusus bertemu dalam operasi gabungan, kedua tim harus bertarung untuk melihat apakah tim satu dapat dipercaya. So, ini bukan lagi latihan, tapi pertempuran yang sebenarnya. Kau tak akan bisa meghentikannya."
Dan pertarungan pun semakin sengit. Semakin sengit. Mereka kini tidak hanya menggunakan tubuh mereka namun mulai menggunakan barang yang ada di sekitar.
Tapi di tengah ketegangan itu, beberapa petugas tentara datang menghentikan pertarungan mereka dan menodongkan senjata api. "Delta Force Captain, Black Bull."
"Yes, sir!" dia menjawab.
"707 Captain, Big Boss."
"Yes, sir!"
"Break time is over. Back to work, now. Anyone got a problem?" tegas seorang petugas.
"No, sir!" Jawab kapten tim alpha dan kapten tim delta bersamaan.