Perjalanan Pulang
Setelah melapor pada colonel di markas, kapten Yoo tahu apa yang baru saja dia hadapi. Informasi resmi menyatakan kalau itu adalah perbuatan geng yang memperdagangkan senjata secara illegal. ‘black market’ ini sudah biasa ada di sana, namun geng mana yang mendistribusikan masih belum bisa diketahui.
Mereka masih belum tahu sejauh apa koneksi yang geng itu miliki. Karena mereka terbilang sangatlah berani maka kemungkinan koneksinya berbanding lurus dengan keberanian mereka. Karena mereka tak takut hukum.
Kapten Yoo diminta untuk menjauhi kasus ini dan jangan sampai terlibat ke dalamnya. Dia diberitahu kalau mereka dikenal sebagai ‘pedagang kematian’. Dan dia diingatkan kalau tugasnya akan berakhir dalam waktu yang tinggal sebentar lagi, harus pulang meninggalkan Urk dan mendapatkan promosi jabatan. Belum lagi dia diperintah untuk membuat ulang laporan yang pasti akan menghabiskan waktunya berkutat dengan kata-kata yang sangat membosankan.
Belum lagi surat titipan dari colonel untuk sersan Seo. Surat pemindahan tugas yang membuatnya harus menghabiskan sisa waktunya di Urk tanpa rekan sekaligus sobat dekatnya itu. Dan colonel menekankan kalau itu adalah perintah langsung dari komandan.
“Apa kau sudah memakai internetnya?” tanya Kapten Yoo memulai percakapan sambil mengemudikan mobilnya. Dia ingin melepaskan penat di kepalanya.
“Seperti itulah.”
“Kau sempat memintanya mengantarmu membeli pizza?” dia melirikkan matanya pada sekotak pizza di pangkuan dokter Julie.
Padahal, apa yang terjadi sebelumnya adalah Julie tidak menggunakan wifi di tempat itu. Kebiasaannya yang suka berjalan mengeksplor tempat baru lah yang mengantarkan dia pada kedai pizza local yang memiliki jaringan internet. Karena perempuan bernama Yehwa itu tidak meyakinkan kalau dia tahu apa yang dicarinya.
“Oh, ini.” Perempuan ituu membukanya dan memberikan sepotong pizza pada kapten. “Cobalah, rasanya tidak buruk.”
Dia seperti menginginkannya. Namun kedua tangannnya tak lepas dari kemudi. Dia menoleh dan mengisyaratkan sesuatu, dokter Julie tak mengerti. Dokter Julie mengangkat tangan dengan sepotong pizza hendak memberikan itu pada kapten, namun kapten menggigitnya dan membuat dokter Julie terlonjat kaget karena gerakan tiba-tiba itu. “Yak!”
“Aku sedang mengemudi, dan aku tak mau tanganku kotor.” Katanya santai sambil mengunyah gigitan besar pizza. “Barak masih jauh dari sini.”
“Kenapa tidak mengatakannya? Bergerak dengan tiba-tiba, membuatku kaget.”
Dia hanya tertawa. Tapi raut wajahnya menyiratkan sesuatu yang lain.
“Apa semua baik-baik saja? Did something bad happen?”
“One of my men is being transferred back to Korea, Sersan Seo.”
“Are you jealous of him going home before you or you sad to see him go?” dokter Julie mengejeknya.
“Aku kesal karena perintah ini tak adil.”
“Kenapa kalian menerimanya kalau begitu?”
“Karena kami bekerja dengan mengikuti perintah.” Dia membuang nafas berat. “This isn’t from his superior, its from a father.”
“Ayah sersan Seo?”
“Ayah Myeongju, pacar sersan Seo.”
“Myeongju? Seperti tidak asing dengan namanya.”
“Kau tak tahu cerita fenomenal itu?” dia menoleh padaku. “Kalau kau bekerja di rumah sakit universitas pasti tahu.”
“Apa Yoon Myeongju? Dokter dari Akademi Militer Korea?”