1

79 5 2
                                    

Gadis berambut panjang ikal dengan kulit pucat itu tengah duduk di kursi kelasnya. Ia membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa peralatan sekolahnya.

Seorang perempuan berambut sebahu menghampirinya. "Pagi Leora!" Sapa perempuan itu dengan senyuman. Leora yang tengah sibuk mempersiapkan peralatannya itu terhenti.

"Pagi juga Nad!" Leora menjawabnya dengan senyuman manis di bibirnya yang merah muda itu.

"Gue boleh minta tolong sesuatu enggak?" tanya Nadine, teman sekelas Leora.

"Minta tolong apa Nad? Sebisanya pasti gue bantu." Leora berkata.

"Pinjem PR Matematika yang hari ini harus dikumpul dong. Gue lupa ngerjain," ujar Nadine sambil nyengir. Leora buru-buru mengeluarkan buku PRnya yang sudah ia isi itu.

"Nih. Enggak usah sungkan-sungkan Nad kalau butuh bantuan, kita kan teman." Leora berujar sambil memberikan buku PRnya.

Nadine menerimanya dengan ceria. "Makasih  Ra, lo emang teman paling baik!" Setelah itu Nadine membawa buku PR itu dan menyalinnya.

Leora tidak merasa keberatan, tidak sama sekali. Sejak dulu, ia memang sebegitu baiknya pada teman. Ia akan mengorbankan apapun yang ia miliki asal bisa membahagiakan orang sekitarnya.

"Ups!" Nadine berujar yang memang kebetulan tempat duduknya dekat dengan Leora. Leora otomatis mendengarnya. Dan Leora menatap ke arah bangku Nadine, di sana, buku PR Leora terkena air dari botol minum Nadine.

Nadine panik dan membawa buku PR Leora yang sudah basah itu. Ia membawanya kembali pada Leora. "Ra, maaf ya. Gue enggak maksud. Serius."

Leora hanya tersenyum. "Iya, gapapa." Leora menerima buku PR nya yang sudah basah itu dan bangkit dari tempat duduknya.

Setelahnya, ia menuju toilet yang biasanya terdapat kain pel. Ia mengambil kain pel dan membawanya ke kelas. Setelah itu, Leora mengepel air yang tergenang di lantai karena tumpahan dari botol minum Nadine.

Nadine buru-buru mengambil kain pel dari tangan Leora. "Jangan Ra, biar gue aja yang ngepel. Ini kan salah gue."

Leora tetap memegang erat kain pel itu. "Biar gue aja, lo duduk aja ya Nad." Nadine akhirnya memilih duduk. Meski dalam hati, ia tidak enak. Leora mengepel lantai dengan cekatan.

"Yaampun, Ra. Rajin bener lo pagi-pagi udah ngepel." Damar, teman sekelas Leora yang baru saja tiba berujar.

"Ini pasti gara-gara Nadine kan? Suruh dia aja yang ngepel. Jangan lo." Damar berujar lagi.

"Iya Ra, biar gue aja. Gue enggak enak sama lo." Nadine berkata dengan nada rendah.

"Udah gue bilang, gapapa Nad. Santai aja. Lagian cuma dikit kok," ujar Leora.

"Nah ini udah selesai!" Leora berkata sambil berjalan keluar kelas dengan masih memegang kain pel.

Di toilet, Leora menaruh kain pel di tempat janitor. Setelahnya, ia menatap pantulan wajahnya di cermin dengan senyuman seringai.

"Mereka semua peduli sama lo Ra."

"Itu semua yang lo pengenin kan? Perhatian, kepedulian."

"Maka teruslah bersikap lemah dan baik. Agar mereka memedulikan lo, Ra."

"Kalau perlu, korbanin diri lo biar mereka peduli. Buat diri lo sakit, agar mereka peduli. Agar lo merasa diperhatikan."

Leora berkata dalam hatinya dan dikeluarkannya sebuah belati dari kantung yang ada di rok abu-abunya. Leora menatap sekeliling toilet yang masih sepi.

Kalopsia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang