23

2 1 0
                                    

Malam itu, Leora menghabiskan waktu seperti biasa. Ia melihat ke tanggalan yang menunjukkan tanggal 9 Maret. Besok hari ulang tahunnya. Leora hanya menarik napas dalam. Apa yang sebenarnya ia harapkan.

Ulangtahun baginya seperti hari biasa. Tidak ada yang spesial. Kecuali setiap tanggal itu, Leora selalu berziarah ke makam papanya. Leora duduk di bangku belajarnya dan mengerjakan soal-soal UN. Ia membiasakan dirinya untuk mengerjakan soal sulit.

Agar ia menjadi lebih pintar sehingga nilainya akan terus bagus. Dan beasiswanya akan terus ada. Tanpa beasiswa jelas Leora tidak akan bersekolah. Ditambah bersekolah di Wangsadinata. Sekolah Wangsadinata bukan sekolah biasa yang bisa ditempati semua orang dari semua kalangan. Hanya orang kaya sajalah yang bisa bersekolah di sana.

Kecuali Leora, itu karena dia memiliki beasiswa. Tiba-tiba layar teleponnya menyala. Leora lantas melihat ke teleponnya.

Damian : "Selamat Ulangtahun Ra! Bahagia selalu dan makin sayang ya sama gue."

Leora melirik ke arah jam. Benar sekali sekarang sudah pukul 12 malam. Hanya dengan chat begitu saja, Leora merasa begitu bahagia.

Leora mengetikkan balasan. "Makasih Damian."

Setelahnya ia kembali belajar. Namun bayang-bayang masa lalunya tepat saat ayahnya masih ada di dunia. Kembali teringat di benaknya.

Saat itu Leora baru pulang sekolah dan lampu di rumahnya mati semua. Leora kecil sangat terkejut sebab tidak biasanya rumahnya gelap.

Ia pikir kedua orangtuanya pergi. Leora yang saat itu masih begitu polos hanya bisa menangis. Lalu ayahnya muncul dari kegelapan membawa kue ulangtahun dengan lilin di atasnya.

"Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun! Selamat ulang tahun anak ayah yang paling ayah sayangin. Tiup dulu lilinnya."

Leora kecil menarik senyum selebar-lebarnya dan meniup lilin itu. Kemudian memeluk ayahnya erat-erat.

Sampai sekarang pun, Leora masih ingat kehangatan pelukan ayahnya itu. Leora masih ingat kehangatan pelukan ibunya yang masih membekas itu.

Leora menarik napasnya dalam. Hidup tetap berjalan. Ia tidak bisa untuk terus mengingat masa lalunya.

Tiba-tiba Leora teringat akan perkataan ibunya. "Kamu harus tahu Damian itu siapa. Dia adalah keluarga Melviano. Keluarga Melviano enggak segan-segan untuk ngancurin setiap orang yang ngehalangin jalan mereka."

Leora buru-buru mengetik pada search google. "Melviano."

Lalu sesuai dugaan Leora begitu banyak artikel yang membahas keluarga konglomerat itu. Kebanyakan beritanya tentang berita yang tidak buruk. Kebanyakan tentang perusahaan Inclaneus yang semakin berkembang.

Ibunya pasti tengah membual saat itu. Leora berpikir begitu. Akhirnya Leora memutuskan kembali belajar.

***

Esoknya, Leora bangun pagi dan mempersiapkan dirinya untuk sekolah. Setelah semuanya siap ia membuka teleponnya dan memeriksa chat masuk.

Damian : "Ra, gue udah di depan rumah lo."

Buru-buru Leora keluar dari rumah. Namun lagi-lagi ibunya kembali berulah.

Rumahnya dikunci dan kuncinya entah di bawa kemana oleh ibunya. Leora mendengus. "Bu, kuncinya kemana?" tanyanya setengah berteriak.

"Ibu enggak akan kasih kamu berangkat kalo sama Damian." Ibunya mendatanginya sambil berpangku tangan.

Leora memutar bola matanya sebal. "Kenapa sih bu? Udah Leora bilang kan, ini urusan Leora. Leora juga udah tahu kalo Damian bukan orang sembarangan.  Leora tahu, Damian akan membahayakan. Apa itu kurang cukup?"

Kalopsia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang