Leora tengah menghabiskan waktu istirahat di kantin. Ia menemani Nadine yang ingin makan mie ayam. Ketika Leora dan Nadine tengah sibuk dengan makanan masing-masing.
Segerombolan siswi datang, tampaknya mereka adalah geng. "Weh, katanya Damian udah punya gebetan baru. Patah deh hati dedek." sayup-sayup Leora bisa mendengar perkataan siswi-siswi itu.
"Iya, tapi biasalah. Gengnya Damian emang sering gonta-ganti cewek gak sih?"
"Iya, gengnya emang. Cuma setahu gue, Damiannya enggak. Kayaknya baru kali ini deh dia ada gebetan."
"Serius lo? Gue denger-denger katanya Damian punya banyak cewek."
Leora sibuk menyendok mie ayamnya sedangkan Nadine yang tampaknya juga mendengar pembicaraan itu memilih sibuk makan juga.
"Wow! Keren dong. Ceweknya siapa weh? Beruntung banget."
"Udah kapten basket, ketua OSIS. Terus katanya dia penerus Inclaneus Corp. Gantengnya minta ampun. Bener-bener paket lengkap."
"Itu tuh," ujar salah satu siswi yang rupanya duduk di dekat meja Leora dan Nadine. Salah satu siswi itu menunjuk-nunjuk ke arah Leora.
Meski Leora tidak melihatnya, ia merasa terintimidasi. "Oh. Padahal ceweknya biasa aja. Mending sama gue deh," ujar salah satu siswi itu dengan nada tajam.
"Iya, kebanting weh kalo jalan bareng Damian. Hahaha! Palingan juga dijadiin selingan sama Damian."
"Atau cuma buat dipake di ranjang doang kali? Hahaha."
"Lo kalo ngomong, parah banget! Entar orang sakit hati."
"Biarin, biar sadar."
"Iya sih, emang enggak pantes dia kalo bersanding sama Damian."
Leora hanya melengkungkan senyumnya. "Dan cewek biasa ini bakal ngehancurin Damian."
"Kalian tahu, gue bukannya merasa sedih mendengar perkataan kalian. Tapi gue merasa bahagia."
"Karena gue diperhatikan, gue jadi bahan omongan kalian. Kalian sampe iri sama gue, hahaha.. omongan kalian itu wujud iri kalian sama diri gue."
Nadine melihat ke arah Leora sambil berkata. "Lo gapapa kan Ra? Sabar ya. Emang kadang-kadang orang kayak mereka harus kena azab dulu baru tobat."
Leora hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu sebuah tangan mendarat pada pundak Leora, bersamaan dengan tatapan terkejut Nadine.
Leora menatap Nadine meminta penjelasan kenapa ia terkejut. Namun Nadine terdiam. Leora memutar badannya dan melihat wajah Damian yang memberi gestur pada Nadine untuk tidak bicara.
"Lo? Ngapain di sini?" tanya Leora heran.
"Nyamperin pacar gue. Emang kenapa? Enggak boleh?" Tiba-tiba Damian duduk di sebelah bangku Leora yang kebetulan kosong.
"Sejak kapan kita pacaran? Jangan harap." Leora berkata dengan nada ketus.
"Oh, lo lupa? Kita kan baru aja jadian." Tiba-tiba Damian merangkul Leora dan menghadapkan wajahnya ke arah siswi-siswi yang membicarakan Leora.
Leora berusaha melepaskan diri dari rangkulan Damian. Tapi Damian tetap menaruh tangannya di pundak Leora.
Kemudian Damian melepaskan rangkulannya dan berjalan ke arah tempat duduk siswi-siswi itu.Mereka tampak gusar. Dan Leora yang melihatnya hanya tersenyum.
"See? Damian yang kata lo pada berkuasa itu, bisa gue buat tunduk. Dia bakal lakuin apapun yang gue inginkan."
"Mulai sekarang, orang yang berani ngomongin pacar gue, Leora Vandella Shaletta. Bakal berhadapan langsung sama gue. Kalo lo pada mau jelek-jelekin, ngomongin dia mending lo langsung omongin di depan gue," tegas Damian sambil menekan permukaan meja dan menatap satu per satu gadis itu.
"Sekali lagi, lo pada jelek-jelekin pacar gue. Jangan harap nyawa lo pada selamat. Ingat itu, gue enggak pernah main-main," ujar Damian dengan nada dingin. Leora yang berada cukup jauh saja bergidik ngeri. Entah aura Damian begitu berbeda dari yang biasanya.
Dan lagi, apa maksud perkataannya? Apakah semudah itu seorang Damian menghilangkan nyawa orang?
Setelah berkata itu, Damian meninggalkan gadis-gadis itu. Dan Leora menampilkan seringai. "Bagus."
Leora dapat mendengar ocehan gadis-gadis itu karena ditegur Damian.
"Apaan banget sih. Gue jadi sebel sama dia. Apa salahnya coba berpendapat? Emang si Leora jelek kok."
"Sok-sokan ngancem jir. Gue jadi ilfeel, bucin banget! Matanya buta kali ya."
Damian kembali duduk di sebelah Leora. "Ra," panggil Damian dengan nada biasa.
Leora menarik kesimpulan mungkin tadi Damian tengah berada di titik kemarahan.
"Hanya dengan cara gue bilang lo pacar gue. Lo bisa selamat dari omongan jelek orang dan hal-hal buruk yang mungkin akan menimpa lo karena lo sering bareng gue," ujar Damian lembut sambil menatap kedua iris Leora.
"Maaf gue omong kalo lo pacar gue.."
"Gue tahu, lo enggak suka."
"Gue cuma mau melindungi lo. Pokoknya kalo ada yang jahat-jahat sama lo, cerita ya. Biar gue langsung habisin orangnya," ujar Damian dengan senyuman.
Dan entah kenapa senyuman itu begitu mengerikan di mata Leora. Bagaimana bisa ia semudah itu berkata untuk menghabiskan orang.
"Lo terlalu berlebihan."
"Cukup tegur mereka, itu udah lebih dari cukup," kata Leora kemudian menyendok mie ayamnya.
"Enggak. Teguran enggak pernah cukup buat orang kayak mereka, Ra," ujar Damian sambil mengelus rambut Leora yang tergerai.
"Mereka harus dikasih pelajaran, biar ingat terus." Damian berkata dengan bisikan, bisa Leora akui kalau ia merinding seketika. Leora menatap wajah Damian yang menyeringai.
Sebentar, baru kali ini Leora melihat Damian menyeringai. Ia seperti berhadapan bukan dengan Damian.
"Kamu mau pelajaran kayak apa yang aku kasih Ra?" Damian bertanya dengan nada pelan.
"Apa aja aku bakal kabulin sesuai permintaan kamu."
"Kamu mau besok mereka udah enggak ada? Atau mau besok mereka enggak punya kaki lagi?" tanya Damian sambil mengelus rambut Leora.
Leora meneguk ludahnya sendiri. "Dam, ini beneran lo? Lo kenapa? Mereka cuma ngomong doang, lagian gue enggak papa. Serius. Lo kok jadi serem gini." Leora berkata dengan menatap kedua iris Damian.
"Ah, gue enggak suka sama mereka. Mereka nyakitin lo."
"Dan setiap orang yang berani nyakitin orang yang Damian cintai, berhak mati."
Leora hanya terdiam membisu. "Dam? Lo kenapa sih. Main habis-habisin nyawa orang dari tadi. Lo pikir nyawa orang itu mainan?"
Meskipun Leora sudah merasa kehilangan sisi manusianya tapi ia tetap menghargai nyawa manusia. Ia tidak menerima tiap candaan yang berkaitan dengan nyawa manusia.
"Lo tahu Ra," ujar Damian.
"Bagi gue, mereka emang mainan." Damian tersenyum.
"Sialan. Jangan bilang sisi gelap Damian, Damian psikopat? Masa sekarang gue harus menghancurkan dan diperhadapkan dengan seorang psikopat?"
"Hahaha! Serius amat sih lo. Gue canda doang elah." Ledak tawa Damian keluar begitu saja. Meninggalkan Leora dengan wajah sebal.
"Ya kali, haha. Lo serius banget, lo pasti udah mikir gue yang enggak-enggak nih. Gue normal Ra, maaf buat lo kaget." Tangan Damian terulur begitu saja pada helai rambut Leora dan menyisipkan helaian rambut itu ke belakang telinga Leora.
Leora terdiam sambil menatap senyum Damian yang begitu ceria. Membuatnya juga ikut tersenyum.
"Makin enggak sabar gue, buat liat sisi gelap lo Dam. Apa ya kira-kira?"
0.52
29 September 2019
![](https://img.wattpad.com/cover/194307783-288-k61244.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia✓
Teen Fiction#6 dalam Attention (22 Juli 2019) Tentang Leora yang selalu menyakiti dirinya sendiri agar diperhatikan dan karena ia merindukan rasa sakit. Tiba-tiba seorang kasanova sekolah bernama Damian menawarkan segalanya. Damian menawarkan perhatian yang tid...