Siang itu, Leora tidak seperti biasanya. Leora pergi ke kantin bersama Nadine. Kali ini karena Leora merasa bosan juga di kelas, dan dia tidak mau mengobrol dengan Damian. Jika ia berada di kelas, pasti Damian akan menghampirinya dan ia malas. Meskipun sekarang berjalan bersama Nadine juga hal yang dibencinya.
Karena, Nadine akan menyapa banyak teman di luar sana dan semua perhatian akan tertuju pada Nadine. Semua orang di Sekolah Wangsadinata mengenal Nadine Xaviera. Siswi yang memiliki wajah cantik, pintar, dan baik hati. Leora mendengus saja mengingat semua pujian yang orang lain lontarkan pada Nadine.
Semua orang memang sama, ketika berada di depan akan memuji-muji sedangkan ketika di belakang, akan menjelek-jelekkan. Leora hanya menampilkan senyum miring.
"Ra, lo mau makan apa? Gue makan bakso. Lo mau juga?" tanya Nadine dengan senyuman tulus.
"Gue...," ucapan Leora tergantung begitu saja. Leora tampak berpikir, sial. Ia seharusnya sejak awal memikirkan makanan apa yang akan ia makan.
Sebab, Leora sebenarnya tidak nafsu makan. Ia tidak pernah merasa lapar. "Gue bakso juga aja Nad," putus Leora yang membuat Nadine menganggukkan kepalanya.
"Hai, Nad!" sapa seorang siswi berambut pendek dengan rambut diombre warna ungu. Roknya diketatkan. Serta polesan wajah yang begitu tebal.
Leora yang melihat penampilan dan wajah gadis itu mengerutkan kening. Nampaknya, ia pernah bertemu dengan siswi ini. Ia berpikir sejenak sedangkan Nadine tengah sibuk mengobrol dengan siswi itu. Ah, Leora ingat, siswi itu adalah siswi yang ia temui di toilet beberapa minggu yang lalu.
Leora bisa begitu ingat karena siswi itu tengah menjelek-jelekan Nadine di toilet bersama dengan teman-teman segengnya. Kebetulan Leora sedang di dalam bilik toilet dan menguping.
Kalau tidak salah, siswi itu berkata kalau Nadine sudah tidak perawan lagi. Kalaupun itu kebenaran, hal itu bukan hal yang mengejutkan bagi Leora.
Bagi Leora, semua orang memiliki sisi gelapnya sendiri. Barangkali, sisi gelap dari Nadine adalah itu. Leora justru bahagia karena Nadine memiliki kelemahan seburuk itu, yah, Leora bukan superhero yang akan membela temannya sehidup semati. Leora justru tersenyum dari balik bilik toilet.
Leora yang melihat keakraban Nadine dengan siswi itu hanya tersenyum tipis. "Lo tahu Nad, gue enggak sabar lihat lo hancur berkeping-keping. Gue akan jadi orang pertama yang menghibur lo sekaligus orang pertama yang bahagia setengah mati."
"Udah yuk Ra! Kita ke kantin." Lalu Nadine berkata dan melambaikan tangan perpisahan pada siswi berambut ombre itu.
Leora mengikuti langkah Nadine. "Tadi siapa Nad?" tanya Leora di tengah-tengah perjalanan mereka.
"Ah, itu..., Alexandria Mikayla. Panggilannya Alexa. Dia temen gue sejak SD. Kita udah akrab banget Ra. Meskipun penampilannya gitu, dia baik banget. Emang bener ya perumpamaan, don't judge a book by its cover itu."
"Dia orang penting dalam hidup gue Ra. Gue percaya banget sama dia." Nadine berkata sambil menampilkan senyumnya lagi. Barangkali gadis itu sedang mengingat masa-masa indah bersama Alexa.
"Oh," ujar Leora beroh-ria. Diam-diam Leora menyeringai.
"Menarik. Dihancurkan oleh sahabat yang paling lo percaya? Ah, gue enggak sabar liatnya."
"Nah, mau duduk di mana Ra?" tanya Nadine dengan mata menyebar ke seluruh kantin. Ia mengincar meja kosong.
Leora menatap sepenjuru kantin, tidak ada meja kosong satu pun. Pandangan Leora terpaku begitu melihat Damian yang tengah makan bersama teman-temannya. Dan di meja Damian, tersedia dua buah kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia✓
Fiksi Remaja#6 dalam Attention (22 Juli 2019) Tentang Leora yang selalu menyakiti dirinya sendiri agar diperhatikan dan karena ia merindukan rasa sakit. Tiba-tiba seorang kasanova sekolah bernama Damian menawarkan segalanya. Damian menawarkan perhatian yang tid...