Leora berjalan menuju parkiran tempat ia biasa memarkirkan sepedanya. Namun sebuah tangan menahannnya.
"Mulai hari ini, pulang sama gue ya," ujar Damian dengan senyuman.
"Eh, tapi..."
"Iya, entar malem sepulang kerja. Lo juga gue jemput." Damian berkata lagi. Seolah mengerti maksud Leora.
Leora hanya membisu. "Tapi, sepeda gue.."
"Mulai besok juga, lo enggak usah naik sepeda ke sekolah. Gue anterin. Oke?"
Leora mengulum senyum sebab parkiran mendadak ramai karena Damian si kasanova sekolah tengah mengandeng seorang perempuan.
"Yaudah yuk!" Ujar Damian sambil menarik tangan Leora.
"Sepeda gue gimana Dam?" tanya Leora sambil mengigit bibir bawahnya.
"Entar gue suruh orang buat ngambil sepeda lo terus anterin ke rumah lo." Damian berujar. Leora tampak ragu namun akhirnya mengikuti kemauan Damian.
Leora dapat merasakan begitu banyak pasang mata yang melihat ke arahnya. Bahkan tidak sedikit yang menjelek-jelekannya karena tidak suka Leora jadian dengan Damian.
"Jelek banget ceweknya. Selera Damian ternyata serendah ini."
"Gilak sih, mukanya kampungan abis."
"Make pelet kali nih cewek. Sampe Damian bisa kepincut gitu."
"Kalian tahu, ketika kalian ngomong kayak gitu. Yang rugi diri kalian sendiri. Liat aja nanti!"
Damian yang melihat Leora menunduk karena omongan orang-orang di sekitarnya itu lantas menarik gadis itu untuk lebih mendekat padanya. Damian merangkul Leora. Kemudian Damian menatap sekelilingnya.
Tepatnya orang-orang yang menjelek-jelekan Leora. "Bentar dulu ya Ra. Gue mau ngelakuin satu hal dulu." Damian berujar yang kemudian mendapat anggukan dan senyuman manis dari Leora.
"Mampus kalian."
Leora memasang wajah lemah dan polos. Damian dengan tenang mendatangi salah satu siswi yang membicarakan hal buruk terkait Leora.
"Bisa ulangin apa yang lo omongin tadi?!" Ujar Damian dengan nada tinggi. Dari sorot wajahnya terlihat murka yang mendalam. Begitu berbeda dengan wajah yang Damian tunjukkan pada Leora.
Leora hanya menontonnya dengan senyuman tipis. "Karena dengan Damian, gue enggak perlu takut dibenci. Gue enggak perlu susah-susah untuk dapetin apapun yang gue inginkan. Termasuk menyingkirkan lo semua."
Siswi itu terlihat kaget namun kemudian membalas tatapan Damian dan berkata, "Make pelet kali nih, makanya Damian bisa kepincut gitu."
Tiba-tiba tamparan mendarat begitu saja di pipi mulus gadis itu. Leora lantas berpura-pura menghampiri Damian dan menenangkan laki-laki itu.
"Dam, astaga! Lo ngapain. Enggak perlu sampai kayak gini." Leora terlihat panik walaupun dalam hati ia begitu puas.
"Apa salah gue? Emang tuh cewek enggak cocok sama lo Dam. Sadar Dam, itu cewek cuma manfaatin lo doang. Dasar cewek caper!" Siswi itu kembali berkata tanpa rasa takut sedikitpun walaupun sudah tertampar. Ia sedikit memegangi pipinya yang memerah itu dan meringis.
Damian meremas kedua tangannya. Lalu menyeringai. "Siapa lo? Siapa lo yang berhak ngatur-ngatur dengan siapa gue berpacaran?!"
"Udah, udah Dam. Enggak usah diperpanjang." Leora menarik lengan Damian namun sekuat apapun Leora tidak menggeser tubuh Damian sesentipun.
"Diem dulu Ra. Biar gue kasih pelajaran ke nih cewek! Ini jelas bukan sekali dua kali lo ngalamin kayak gini. Biar mereka ngerasain ganjarannya." Damian berkata sambil masih menatap ke arah gadis itu.
Siswi itu hanya terdiam membisu, menyadari posisinya. "Sekali lagi lo ngomong kayak gitu, gue pastiin nyawa lo enggak ada."
"Bilangin ke temen-temen lo juga untuk berhati-hati dalam bicara. Karena yang mereka omongin bukan cewek biasa. Yang mereka omongin adalah pacar gue. Gue masih baik kasih lo kesempatan. Tapi besok-besok, jangan harap." Damian berujar dengan tatapan dingin dan nada serius.
Leora hanya tersenyum tipis sambil menatap ke siswi malang itu. "Udah-udah, yuk Dam! Gue enggak apa-apa kok." Leora berujar sambil menggenggam tangan Damian.
Damian menerima genggaman itu dan keduanya berjalan meninggalkan siswi itu. Namun di pertengahan, Leora menatap ke belakang dan melihat ke arah siswi itu sambil tersenyum.
Siswi itu hanya menatapnya datar. Leora dan Damian telah sampai di mobil Damian. "Dam, serius gapapa. Lo enggak usah sampe kayak gitu." Leora berujar sambil memakai seat belt.
Sedangkan Damian yang tengah memegang setir dan menatap ke arah Leora. Lalu tangannya tergerak untuk mengusap pipi Leora.
Ia memegangi kedua pipi Leora dan menatap iris Leora dalam. "Lo enggak tahu, gimana rasanya jadi gue."
"Gue selalu sedih tiap lo nyakitin diri lo sendiri. Gue selalu marah tiap lo disakitin orang lain. Gue selalu pengen melindungi lo Ra."
"Gue pengen melindungi lo. Karena lo adalah orang paling berharga di hidup gue. Orang yang ingin gue habiskan waktu seumur hidup gue sama dia. Orang yang gue ingin selalu lihat senyumnya."
Leora meneguk salivanya. Leora memegang kedua tangan Damian. "Makasih Damian."
"Tapi, enggak usah kayak tadi. Itu berlebihan."
"Lo udah sering bilang gitu ke gue Ra. Tapi tetep aja mereka berulah, artinya yang kayak tadi itu enggak cukup Ra."
"Mereka harus ngerasain hal yang lebih parah lagi. Biar enggak nyakitin lo."
Leora menggeleng. "Enggak Dam. Gue enggak apa. Serius. Itu cuma omongan, gue enggak mudah tersakiti karena omongan orang."
"Karena lo udah kebal?" Tanya Damian dengan sorot sendu.
"Belajarlah untuk jujur sama diri lo sendiri. Lo bukan superhero yang bisa nahan semuanya sendiri. Makanya, gue ada di sini. Gue ada di sini bersama lo."
"Untuk ngelindungin lo."
Leora terdiam sesaat. Pertahanannya runtuh begitu saja setelah mendengar perkataan Damian yang begitu lembut dan sorot mata Damian yang begitu meneduhkannya.
Leora memang tak pernah menemukan orang lain yang bisa sepeduli Damian. Bahkan tak pernah terlintas di benak Leora akan adanya seorang seperti Damian di hidupnya.
Apa sekarang ia boleh bahagia?
Apa sekarang Tuhan mengizinkannya untuk bahagia tanpa bayaran apapun?
Leora meneteskan air matanya begitu saja. Menyadari itu, Damian menghapusnya dan mengecup pipi kanan Leora.
Lalu berbisik, "Jangan nangis. Gue ada di sini. Gue akan jadi sumber kebahagiaan lo."
Leora menarik senyuman lebar. "Yaudah, kita berangkat ya!" Kata Damian sambil menarik rem tangan dan menjalankan mobilnya.
18.51
15 Oktober 2019
Gimana? Gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia✓
Teen Fiction#6 dalam Attention (22 Juli 2019) Tentang Leora yang selalu menyakiti dirinya sendiri agar diperhatikan dan karena ia merindukan rasa sakit. Tiba-tiba seorang kasanova sekolah bernama Damian menawarkan segalanya. Damian menawarkan perhatian yang tid...