24

5 1 0
                                    

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Leora tengah membereskan buku-bukunya. "Dam, hari ini gue pulang sendiri ya. Soalnya gue mau ziarah ke makam papa gue dulu." Leora berujar sambil memasangkan tali tas di pundaknya.

"Oh gitu, oke deh. Hati-hati ya Ra. Gue balik dulu," ujar Damian meninggalkan Leora.

Leora melihat ke arah meja di sebelahnya. Meja Nadine. Semenjak hubungan Leora dan Damian terjalin, Nadine tampak menghindari Leora. Mungkin karena Nadine belum sepenuhnya bisa menerima dan melupakan Damian.

Leora hanya tersenyum. "Gue hebat kan Nad? Gue bisa buat cewek baik dan sempurna kayak lo iri."

Leora lalu meninggalkan kelas dan keluar dari sekolah. Sepanjang perjalanan, Leora memasangkan earphone di telinganya. Membiarkan instrumen lagu mengisi keheningan.

Setelah beberapa lama, Leora telah sampai di komplek pemakaman. Ia masuk ke dalam dan menuju makam papanya. Setelah sampai Leora melepas earphonenya dan menarik napas dalam. Ia berjongkok dan membersihkan batu nisan papanya dengan cekatan.

Setelah itu, Leora mencabuti rumput liar yang ada di sekitar makam papanya. Lalu membuka tas ransel dan mengeluarkan sekuntum bunga kemudian menaruhnya di dekat batu nisan.

"Pa, Leora kesini." Leora berujar dengan nada pelan.

"Leora sekarang udah besar pa. Leora udah umur tujuh belas tahun sekarang."

"Leora berhasil hidup tanpa papa selama 7 tahun. Hebat kan?" Tanya Leora memandang batu nisan papanya. Menganggap kalau papanya benar-benar ada.

Air mata keluar dari pelupuk mata Leora. Leora menghapusnya. "Leora sekarang udah mandiri pa."

"Pa, Leora kangen papa." Leora berujar lirih.

"Leora pengen nyusul papa."

"Karena, Leora udah capek pa sama hidup ini. Rasanya enggak pernah adil buat Leora."

"Tapi, papa tahu? Leora bersyukur karena Tuhan memberikan Leora Damian untuk bisa menemani Leora. Damian, laki-laki yang baik pa. Dia mau nemenin Leora di saat-saat terpuruk dan dia satu-satunya alasan Leora bahagia."

"Dia satu-satunya alasan yang buat Leora enggak bunuh diri saat itu dan untuk kedepannya." Leora berujar sambil membenahi rambutnya yang tertiup angin.

"Karena Leora pengen menghabiskan waktu sama dia. Leora akan hidup lebih lama untuk bersama Damian, pa."

"Leora enggak suka mama, mama enggak bisa bahagiain Leora. Mama kasar sama Leora, pa. Leora benci mama semenjak papa meninggal."

"Segalanya jadi begitu jahat buat Leora semenjak papa meninggal. Cuma Damian yang baik sama Leora," ujar Leora sambil tersenyum.

"Tapi, Leora bersyukur karena semenjak papa meninggal. Leora jadi sadar kalau selama ini, teman-teman di sekeliling Leora hanya baik saat ada maunya aja. Leora belajar enggak ada yang gratis di dunia ini, semuanya butuh perjuangan."

"Orang akan memperlakukan kita baik ketika kita bermanfaat buat mereka. Leora belajar kalau hidup itu soal sebesar apa kamu bisa membantu dia, maka sebesar itu juga dia akan baik sama kamu."

Leora menarik napas. Memorinya tentang teman-temannya yang hanya akan peduli padanya ketika ia terluka. Mereka hanya akan peduli ketika Leora memberikan sesuatu pada mereka. Mereka hanya akan ada di saat Leora berguna bagi mereka.

Mereka akan baik selama Leora melakukan apa yang mereka perintahkan. Bahkan mamanya pun begitu, hanya akan memperhatikan Leora ketika Leora baru gajian. Hanya akan bersikap lembut ketika meminta uang.

Kalopsia✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang