Pagi itu, Leora merasa bahagia. Sebab Nadine muncul di hadapannya dengan mata sembab dan keadaan yang cukup berantakan. Dibanding biasanya.
Leora tidak perlu bertanya apa yang membuat Nadine begitu. Tentu karena mengetahui Damian memberikan Leora buket bunga, dan coklat.
Namun karena Leora adalah teman yang baik. Ia menghampiri Nadine. "Nad, maafin gue sekali lagi," ujar Leora dengan nada pelan.
Nadine terdiam dan melihat Leora. "Gapapa, itu bukan salah lo kok."
"Gue udah biasa, udah biasa liat cewek lain sama Damian." Nadine berujar.
"Tapi dia enggak pernah sepeduli kayak sama lo ke cewek-cewek lain, Ra. Mungkin..., mungkin dia suka sama lo."
Senyum tipis tergambar di bibir Leora. Namun sedetik kemudian memudar. "Enggak mungkin Nad. Gue, gue enggak mungkin khianatin lo gini." Leora berujar.
"Enggak. Lo enggak khianatin gue Ra. Setiap orang punya pelabuhannya masing-masing. Dan, lo enggak bisa paksain orang itu buat pindah ke pelabuhan lain. Karena tujuan orang itu beda. Mungkin lo emang pelabuhannya Damian. Dan yah, gue yang nyatanya udah melabuhkan diri di Damian. Nyatanya dia lagi labuhin dirinya ke lo."
"Cinta emang selucu itu ya Ra..." Nadine berujar dengan nada pelan dan tersirat kesedihan di sana.
"Lo tau Ra?"
"Level paling tinggi dari mencintai adalah melepaskan orang itu untuk bahagia bersama orang yang ia cintai."
"Dan gue rasa, gue udah mencapai level itu Ra. Jangan ngerasa bersalah, gue gapapa." Nadine berujar dengan matanya yang mulai menyendu.
Leora tidak tahu harus berkata apa. "Gue enggak bisa membuat Damian cukup bahagia. Dan kalau dengan lo ia bisa bahagia. Kenapa enggak?" Nadine berkata lagi sambil mengambil lengan Leora yang tergantung.
Ia mengamitnya dan menatap kedua iris Leora. "Bahagiain Damian. Gue titip dia sama lo."
"Apaan sih lo Ra! Gue juga enggak suka sama Damian. Gimana gue bisa jadian sama dia?" Leora berkata.
"Apa mungkin, lo enggak bakal suka? Jangan membohongi diri lo sendiri, Damian, bukan cowok biasa."
"Semua orang tahu Ra, bahkan dengan kedatangan Damian aja udah bikin setiap orang di sana jatuh cinta. Damian, yang kasih lo coklat dan buket bunga itu kasanova sekolah."
"Mustahil, kalau lo enggak terjatuh karena pesonanya. Dia sempurna Ra," ujar Nadine yang membuat Leora terdiam.
"Kalaupun enggak sekarang. Percayalah, akan ada saatnya lo suka sama dia."
Leora meneguk ludahnya sendiri. "Gue enggak pernah ada niatan pacaran dalam waktu dekat ini. Gue enggak bakal jadian sama Damian, Ra. Gue udah sahabatan sama lo. Masa persahabatan kita hancur gitu aja?" Leora berkata dengan nada rendah.
"Siapa yang bilang kalau persahabatan kita bakal hancur? Kita akan tetap sahabatan Ra. Seperti yang gue bilang, gue enggak apa." Nadine berkata sambil tersenyum lebar.
"Gue udah merasa bahagia begitu tahu Damian bahagia. Sejak awal, gue udah tahu kalau Damian enggak bakal menyukai gue, dia enggak akan balas perasaan gue."
"Gue udah tahu kalau bakal kayak gini Ra..., gue enggak apa." Nadine berujar dengan air mata menetes kemudian ia keluar dari kursi. Lalu berjalan ke luar kelas dengan langkah cepat.
Leora hanya bisa mematung melihat kepergian Nadine. "Menangis lagi? Baiklah, karena lo sendiri udah buka gerbangnya. Gue akan masuk Nad sama Damian. Lo enggak apa kan? Kayak kata lo, lo enggak apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia✓
Teen Fiction#6 dalam Attention (22 Juli 2019) Tentang Leora yang selalu menyakiti dirinya sendiri agar diperhatikan dan karena ia merindukan rasa sakit. Tiba-tiba seorang kasanova sekolah bernama Damian menawarkan segalanya. Damian menawarkan perhatian yang tid...