Ketika keduanya telah sampai di gedung bioskop. "Mau nonton apa?" tanya Leora sambil memasukkan tangan ke dalam kantong hoodienya.
Damian tampak melihat ke arah layar monitor yang menunjukkan jadwal film hari itu. Ponsel Leora bergetar membuat Leora lantas mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya.
Ibu is calling
"Bentar ya Dam, gue mau angkat telepon dulu..," ujar Leora pada Damian yang tengah sibuk melihat jadwal bioskop. Damian mengangguk membiarkan gadis itu menyelesaikan urusannya.
Saat sampai ke pojokkan, Leora menarik napas dalam-dalam. Menguasai emosinya. Tentu ibunya menelpon bukan untuk mencarinya pasti untuk memakinya. Leora menekan tombol jawab telepon.
"Leora, kamu di mana sekarang?!" ujar suara ibunya dengan nada tinggi.
"Apa pentingnya buat ibu? Gaji Leora belum turun bu. Besok baru turun. Ibu nanyain Leora karena butuh uang kan?!" jawab Leora dengan nada lembut tapi penuh penekanan.
"Pulang sekarang!"
"Enggak. Leora enggak mau. Paling di rumah Leora cuma bakal dapatin omelan dan pukulan ibu, ibu selama ini enggak pernah peduli kan sama Leora?"
"Kenapa tumben banget ibu nelpon Leora dan suruh Leora pulang? Ibu butuh samsak sekarang kan? Ibu butuh Leora untuk ibu nyalurin semua emosi ibu kan?"
"Berhenti untuk anggap Leora bukan manusia bu. Bukan berarti dengan Leora enggak ngerasain rasa sakit, ibu bebas ngelakuin apapun yang ibu mau."
Setelah mengatakan itu, Leora terdiam sesaat merasakan buliran air keluar dari kelopak matanya. Ia buru-buru menghapusnya dan menarik napas dalam-dalam membiarkan oksigen memenuhi rongga dadanya yang mulai terasa sesak itu.
"Ibu bilang, pulang sekarang! Atau kamu enggak usah pulang selamanya." Ibunya berkata dengan nada tinggi, setelah berteriak.
Leora tersenyum. "Ibu yakin biarin Leora tinggal di luar? Leora sih enggak papa. Ada kos-kosan murah yang bisa Leora bayar pake gaji Leora sendiri. Tapi, ibu? Ibu masih butuh uang kan? Uang tanpa kerja," ujar Leora dengan nada sinis lalu tertawa kecil.
"Dasar anak biadab. Denger ibu baik-baik, ibu tahu kamu lagi pergi sama temen cowok kamu kan? Namanya, Damian Hespherus Melviano," ujar ibunya yang membuat Leora terdiam membisu di tempat.
"Denger ibu, jangan deketin dia. Jangan kamu berani-berani sama dia."
Leora hanya berdecak. "Apa peduli ibu? Ini hak Leora, mau dekat sama siapapun. Kenapa jadi ibu yang repot? Ibu habisin gaji Leora selama dua hari aja, Leora udah peringatin ibu. Tapi, ibu enggak dengerin kan? Jadi untuk apa Leora dengerin ibu. Kalo ibu sendiri enggak pernah dengerin Leora."
"Berhenti untuk ngatur hidup Leora. Kalo hidup ibu sendiri aja belom bener."
Selanjutnya Leora mematikan sambungan telepon dengan kesal. Meski begitu ia masih bisa mendengar kata terakhir di telepon itu. "Kamu harus tahu, Damian itu siapa."
Leora yang mendengar ucapan itu hanya menyeringai.
"Leora tahu, dengan siapa Leora sedang berhadapan sekarang bu."
"Damian, cowok bersampul prince charming dengan kelakuan setan."
Leora lantas menghampiri Damian yang tengah memilih-milih tempat duduk. "Jadi nonton apa Dam?" tanya Leora yang membuat Damian sedikit terkejut karena tadinya Damian tengah fokus pada monitor.
"Joker. Lo enggak papa kan sama film yang ngandung thriller gitu?"
Leora mengangguk. "Gapapa," jawab Leora sambil menatap ke arah Damian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia✓
Teen Fiction#6 dalam Attention (22 Juli 2019) Tentang Leora yang selalu menyakiti dirinya sendiri agar diperhatikan dan karena ia merindukan rasa sakit. Tiba-tiba seorang kasanova sekolah bernama Damian menawarkan segalanya. Damian menawarkan perhatian yang tid...