Siang itu, Leora menghabiskan waktunya di perpustakaan. Ia memilah-milah buku dalam rak perpustakaan yang hendak ia baca. Kemudian membawanya ke ruang baca.
Leora suka membaca cerita berakhiran bahagia. Ia suka cerita Disney, ia suka cerita kerajaan di mana seorang putri menikah dengan pangeran dan hidup bahagia selamanya. Ia suka semua cerita yang hanya terjadi dalam angan manusia.
Karena, hidupnya tidak akan pernah bisa sebahagia itu. Maka, apa salahnya untuk membiarkan diri berangan walau hanya sedetik. Setidaknya, ia bisa melupakan masalahnya.
Leora membuka halaman novel Memoire. "Setiap orang memiliki masalah masing-masing, yang membedakan adalah bagaimana caramu menghadapinya." Begitulah kutipan yang terdapat dalam salah satu halaman dari Novel Memoire itu.
Leora terdiam. Ia berharap kali ini, semoga novel ini cukup bisa menghibur dan memotivasi dirinya. Sebab, dari kover ceritanya, tampaknya novel ini cukup menarik.
Ia membacanya dengan serius. Terkadang ia menampilkan senyum tipis begitu melihat tingkah Vano yang slengean. Terkadang ia datar begitu menyadari betapa mirisnya kehidupan Regan. Terkadang ia merasa kesal sebab sikap Rivaldo yang keterlaluan.
Halaman demi halaman terlewat. Setiap Leora membaca suatu buku, ia akan melupakan segalanya. Ia akan menempatkan diri seolah-olah berada dalam negeri yang sama seperti dalam tokoh-tokoh novel yang dibacanya.
Sebuah tangan tiba-tiba saja menutupi kedua matanya. Leora terkejut, sebab ia tengah serius membaca. "Ini siapa?" tanya Leora dalam kegelapan karena matanya tertutup.
"Ayo coba tebak," jawab si pemilik tangan itu. Leora membisu begitu mendengar suara itu, jelas ia mengenal siapa yang menutup matanya itu.
"Damian?" Leora berujar.
"Sial. Kenapa si Damian ke sini pas gue lagi asyik baca."
Kemudian gelak tawa kecil keluar dari bibir laki-laki tampan itu. "Bisa lepas tangan lo?" Leora berujar.
"Ada syaratnya." Damian berkata sambil masih menutup mata Leora.
"Apa syaratnya?" Dengan spontan Leora mengutarakan pertanyaan itu.
"Kasih tahu enggak ya?" Damian berujar dengan usil.
Leora mendengus. "Cepetan!" ujar Leora.
"Lo harus datang ke pertandingan basket gue besok sore di Lapangan Laksmana." Damian berujar.
"Kalo gue enggak bisa dateng?"
"Bersikaplah seolah lo enggak mau Ra, agar Damian memaksa lo dan membuat lo merasa kalau lo dibutuhkan."
"Buat Damian mengemis pada lo, Ra."
"Ya, gue enggak bakal lepasin tangan gue. Biar nutupin mata lo terus," ujar Damian.
"Dih, kok gitu?" protes Leora.
"Maunya gimana?" tanya Damian balik.
"Maunya lo lepasin tangan lo."
"Kalo gue enggak mau, gimana?"
"Harus mau," ujar Leora ketus.
"Kalo gitu, lo juga harus mau nonton gue main basket." Damian berkata.
"Gue enggak bisa," tolak Leora sambil menarik napas dalam.
"Yaudah gue juga enggak bisa lepasin tangan gue." Damian berujar yang membuat Leora manyun.
Beberapa menit berlalu dan keduanya masih dalam posisi yang sama. "Oke gue udah mulai pegel juga nutupin mata lo dan bukannya gue yang harusnya buat lo enggak nyaman. Malah gue yang enggak nyaman sekarang." Damian berujar sambil melepas tangannya dan duduk di bangku sebelah Leora.
![](https://img.wattpad.com/cover/194307783-288-k61244.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia✓
Ficção Adolescente#6 dalam Attention (22 Juli 2019) Tentang Leora yang selalu menyakiti dirinya sendiri agar diperhatikan dan karena ia merindukan rasa sakit. Tiba-tiba seorang kasanova sekolah bernama Damian menawarkan segalanya. Damian menawarkan perhatian yang tid...