Damian menarik napas dalam. Ia mondar-mandir sendari tadi di ruangan rumah sakit. Wajahnya terlihat khawatir, ia mengkhawatirkan Leora yang tengah tergeletak di atas ranjang rumah sakit.
Lagi-lagi, ia merasa gagal dalam melindungi Leora. Terlihat jelas kantung mata Damian yang menghitam, tanda ia tidak tidur semalaman.
Damian menarik kursi di samping ranjang. "Ra," panggilnya pelan sambil menatap ke arah Leora yang tengah memejamkan mata, wajah Leora begitu pucat. Nyaris seperti tidak ada darah yang mengalir.
"Bangun Ra."
"Maaf, gue gagal lagi. Gue gagal untuk bisa lindungin lo."
"Gue harus gimana Ra? Gue harus gimana biar bisa bahagiain dan lindungin lo?"
"Kalau bisa, gue rela nukar kehidupan gue sama kehidupan lo, Ra..."
Damian berkata pada Leora yang masih terpejam. Ia menarik tangan Leora dan memeganginya. Tangan Leora begitu dingin.
Sejak awal, Damian tahu kalau gadis ini. Gadis yang memiliki hidup menyedihkan. Damian ingin melindunginya.
"Bangun Ra, lo enggak capek tidur terus? Lo enggak kangen liat wajah tampan gue?"
Damian terus berkata guna membangunkan Leora. Damian memejamkan mata rapat, kemudian ia bangkit berdiri dan meninggalkan Leora.
Ia berjalan keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju tempat dokter jaga berada.
Begitu sampai, hanya ada beberapa suster. Kebetulan rumah sakit Bunda Harapan, rumah sakit yang ditempati Leora masih di bawah Inclaneus Corp.
Suster-suster yang melihat keberadaan Damian itu lantas menunduk hormat. Bagaimanapun, Damian adalah calon pewaris pemilik rumah sakit ini. Walaupun hanya 30 persen dari saham yang ada.
"Di mana Dokter Gunawan?" tanya Damian pada suster-suster itu.
"Dokternya lagi di ruangan salah satu pasien. Ada keperluan? Nanti saya panggilin," ujar salah satu suster.
Mata Damian menajam. "Saya butuh sekarang. Pacar saya enggak bangun-bangun sampai sekarang! Udah lebih dari dua hari," ujar Damian dengan nada tinggi.
"Baik. Pasien di kamar berapa?" tanya suster itu.
Damian berdecak. "VVIP 1."
Setelah mendengar itu, suster itu kemudian mengecek di monitor. "Pasien Leora? Nak Leora masih dalam tahap pem--"
"Dari kemarin saya tanya masa masih dalam pemulihan, sekarang juga? Apa gini cara kalian ngurus pasien? Pantes enggak pernah berkembang. Kalian pikir saya buta? Sejak kemarin, tidak ada kabar apapun terkait pacar saya."
"Bahkan tidak ada penjelasan diagnosa apapun. Tapi kalian memberi pacar saya infusan yang entahlah isi obatnya apa. Kalian mau bahayain nyawa pacar saya?!"
Suster-suster itu terdiam. Beruntung keadaan rumah sakit sedikit sepi karena hari sudah malam. "Tidak ditemukan sakit apapun pada pasien Leora. Regenerasi tubuhnya terhadap sakit pun cepat."
Damian tersenyum miring. "Apa benar Leora terkena kelainan kromossom?"
Suster itu terlihat terkejut. "Benar kan?" tanya Damian.
"Sampai saat ini, kami belum bisa memastikan tentang hal itu. Karena harus melewati pengecekan DNA lebih lanjut.."
"Tapi, berdasarkan ciri dan pengecekan yang telah pihak rumah sakit lakukan, memang kemungkinan nak Leora mengidap kelainan kromossom sangat mungkin."
Damian melengos, ia jatuh terduduk begitu saja. "Apa benar kelainan itu belum bisa disembuhkan, sus?"
"Ya, memang sampai saat ini belum ada obatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalopsia✓
Teen Fiction#6 dalam Attention (22 Juli 2019) Tentang Leora yang selalu menyakiti dirinya sendiri agar diperhatikan dan karena ia merindukan rasa sakit. Tiba-tiba seorang kasanova sekolah bernama Damian menawarkan segalanya. Damian menawarkan perhatian yang tid...